"Lunaaa, tolong beliin bahan-bahan buat bikin kue dong ke supermarket depan." teriak Liana dari arah dapur.
Aluna yang tengah membaca novel fiksi sambil tiduran di sofa ruang tengah pun dengan pasrah menghampiri Bundanya itu.
"Nih uangnya. Buruan ya, Bunda mau bikin kue nih. Resep baru soalnya tadi Bunda nonton youtube bikin ngiler." ucap Liana.
"Oke, Bun."
Aluna berjalan keluar dari rumahnya, jam masih menunjukan pukul 7 malam. Ia tak habis pikir dengan Bundanya yang sangat hobi sekali memasak, pasti saja setiap kali Liana melihat resep-resep makanan di youtube beberapa jam kemudian langsung mempraktikannya di dapur.
Ia memasuki supermarket dan memilih beberapa bahan kue yang sudah dikirimkan listnya via whatsapp oleh Bundanya.
Tak butuh lama bagi Aluna untuk mencari bahan-bahan, ia lalu berjalan menuju kasir. Membayarnya lalu keluar dari supermarket.
Tiba-tiba hujan turun begitu deras membuat Aluna berdecak pelan, ia tak membawa payung. Bahkan Aluna juga saat ini hanya memakai kaus hitam polos beserta celana pendek selutut dengan kantung plastik lumayan besar di tangannya.
Apa ia harus hujan-hujanan?
Aluna menarik kakinya untuk melangkah duduk di kursi yang di sediakan supermarket, ia memeluk dirinya sendiri. Dingin.
Sesekali Aluna mengusap lengannya dan memejamkan matanya, ia meraih ponselnya untuk meminta Saga menjemputnya. Namun sayangnya ponselnya mati kehabisan batrai membuat Aluna kembali berdecak sebal.
"Nih."
Suara berat milik seseorang membuat Aluna mendongakkan wajahnya.
Aluna terkejut ketika di hadapannya Radja tengah menyodorkan payung berwarna biru muda kepadanya.
"Ini, kalau lo pengen buru-buru pulang. Jangan ujan-ujanan, nanti sakit." ucap Radja menggoyangkan payung itu.
Aluna menatap tak enak kearah Radja, lalu ia mengambilnya perlahan.
"Kakak gimana?"
"Santai aja, gue bisa lari." ucap Radja sambil membuka minuman kaleng dingin yang tadi ia beli di supermarket.
Memang sejak tadi Radja sudah melihat Aluna yang tengah memilih beberapa bahan makanan, sontak membuat Radja memperhatikan dan mengikutinya hingga perempuan itu duduk di pojok sendirian.
"Bukannya rumah Kak Radja bukan disini ya?" tanya Aluna.
Radja menganggukan kepalanya. "Emang, gue lagi di rumah Sam."
Aluna hanya beroh ria mendengar jawaban dari Radja.
Radja melirik Aluna dari ekor matanya, perempuan itu mengusap lengannya menandakan jika dirinya kedinginan. Dengan pelan Radja membuka hoodie abunya dan melemparkannya pada Aluna membuat perempuan itu terkejut.
"Pake, dingin." ucapnya.
"Tap.."
"Pake aja." potong Radja cepat tak terbantahkan.
Aluna hanya mengerucutkan bibirnya lalu ia memakai hoodie milik Radja yang kebesaran di tubuh mungilnya. Radja yang melihat itu hanya tertawa kecil.
Aluna menyipitkan pandangannya menatap wajah Radja, ia melihat memar di pipi juga ujung bibirnya yang robek kemudian sedikit mengeluarkan darah.
Aluna berdiri dari duduknya dan berjalan menghampiri Radja, lelaki itu mengerutkan dahinya melihat tingkah laku Aluna.
"Lo ngapain?" tanya Radja ketika melihat wajah Aluna yang sangat dekat dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Radja ✔️
Teen Fiction{HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU KARENA SEBAGIAN CERITA AKU PRIVATE, TERIMA KASIH} ---- "Kita nggak bisa sama-sama." ucap Radja. "Kasih aku satu alasan, kenapa kita nggak bisa sama-sama?!" tanya Aluna dengan menekankan setiap katanya. Radja menghela na...