The Red Covered Package (1)

47 6 0
                                    

This story was written by Cindy Handoko

((Berbeda dengan cerita-cerita sebelumnya, part ini dibuat dengan gaya fan fiction sehingga akan ada banyak bahasa asing yang dicampurkan di dalamnya. Setting cerita kali ini di Busan, Korea. Bagi yang asing dengan bahasa Korea, akan ada dictionary khusus yang menanti kalian di dalam cerita <3  Dan bagi yang tidak begitu menyukai fan fiction dapat langsung membaca episode Torment or Threat, terima kasih ❤️)

Hubungan kita tak ubahnya setangkai mawar merah
Dari luar tampak cantik, namun sejatinya berduri
Dari luar tampak lemah, namun sejatinya sanggup membuat siapa pun terluka
Baik kau maupun aku
Kita sama-sama memiliki duri tajam yang menyakitkan
Bersama, kita bisa membuat kesatuan yang mematikan
Tapi, jika kita terpecah belah, ingatlah...
Aku selalu sanggup menjadi musuh yang sangat berbahaya...

***

Ruangan berdinding batu bata itu tampak gelap tanpa sedikit pun penerangan. Bunyi gemerisik daun di luar jendela yang terusik angin terdengar jelas, membelah sunyinya malam. Lilin-lilin yang memancarkan cahaya redup tergantung di dinding-dinding ruangan, membuat suasana menjadi temaram.

Di tengah-tengah ruangan, tampak seorang gadis berjubah hitam, sedang berlutut dan memejamkan mata dengan khusuk. Kedua tangannya membawa sebatang lilin besar di depan dada. Mulutnya berkomat-kamit mengucapkan deretan kalimat tanpa suara yang terlihat seperti mantra-mantra mistis. Di hadapannya, tampak sebuah altar kosong, menambah kesan bahwa gadis itu sedang melakukan sebuah ritual terlarang.

Mata gadis itu perlahan-lahan terbuka, menampakkan sepasang bola mata berwarna cokelat gelap yang nampak penuh dendam nan licik. Bibirnya menyunggingkan seulas senyuman mengerikan yang penuh arti.

"Di hari ulang tahunnya...," gumamnya dengan suara berat dan serak yang berkesan mengerikan. Senyumnya bertambah lebar saat melanjutkan, "Bantu aku, di hari ulang tahunnya..."

Suasana menjadi hening sesaat, dan dalam beberapa detik setelahnya, yang tersisa hanyalah gadis itu, kegelapan, dan suara-suara tak berarti. Kemudian, detik setelahnya, sebuah suara menyahut pelan.

"Aku akan membantumu..."

Suara itu begitu sendu, kelam, dan mengerikan. Sekaligus begitu merasuk dalam relung hati gadis itu, kendati ia tak mengerti dari mana suara serak mengerikan itu berasal. Ia tersenyum keji, kemudian berbisik pada udara yang dingin.

"Terima kasih..."

***
Seminggu sebelumnya...

Udara malam itu terasa dingin menusuk tulang. Salju berjatuhan di permukaan kota Busan yang berlapis kabut pekat. Jam menunjukkan pukul sepuluh malam, kala aktivitas para penduduk Busan telah mulai surut oleh larutnya malam.

Di sudut kota, tampak sebuah gedung tiga tingkat yang berdiri kokoh, lengkap dengan lampu-lampu neon terang benderang yang masih saja dinyalakan kendati gedung itu sudah mulai sepi. "Sepi" yang dimaksud bukanlah sepi tanpa orang sama sekali, melainkan "sepi" karena acara yang baru saja diadakan di dalamnya telah selesai. Yang masih kelihatan di dalam bangunan itu hanyalah beberapa kru pengoordinasi acara yang sibuk berbenah, bersiap pulang dan beristirahat di rumah masing-masing.

[KUMPULAN CERPEN] Stacy's CursesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang