One

54 8 3
                                    

Terik matahari tak dapat dicegah untuk tidak mengenai permukaan wajah Nayla Andira Syahirana. Matahari seperti berjalan tepat diatas kepalanya, karena langkah Nayla yang menuju gerbang sekolah tak sekalipun luput dari teriknya matahari.

Hari ini ia pulang sekolah saat matahari serasa diatas kepalanya. Ditambah lagi ia yang berdiri tepat di gerbang sekolah juga tak luput dari pengamatan matahari, padahal ia sudah mencari tempat yang sekiranya teduh.

Nayla sebenarnya sangat ingin mencari tempat yang lebih teduh. Namun mengingat pesan dari Gara yang memintanya menunggu digerbang untuk pulang bersama, maka ia pun menurut.  Gara itu pacarnya, Adrian Sagara Putra.

Ia juga tak mau jika kesempatannya untuk bersama Gara ditunda lagi. Berkat Ananda Deviana Syifa, selama seminggu terakhir ini Gara selalu bersama Nanda. Karena supir yang biasanya mengantar jemput Nanda sedang pulang kampung, maka Nanda dengan tatapan memohonnya meminta Gara untuk mengantar jemput dirinya selama supirnya belum kembali. Namun Gara dengan entengnya meng-iyakan keinginan Nanda, dan membuat Nayla lagi lagi dilanda kecemburuan.

Dan karena itulah waktu yang dimiliki Nayla bersama Gara amat sangat tersita. Sebenarnya Nayla ingin meminta Gara untuk menolak keinginan Nanda. Namun, Nayla sudah yakin bahwa Gara akan menjawab 'Kasian Nanda...Nay. Dia kan sahabat aku.' Nayla sudah hafal diluar kepala kalimat yang biasa dikeluarkan oleh Gara.

Lamunan nya terhenti saat sebuah motor berhenti tepat didepan nya. Nayla langsung menerbitkan sebuah senyuman diwajah cantiknya.

Gara, menatap Nayla yang ada didepannya. Melihat wajah Nayla yang dihiasi senyuman, Gara jadi tertular senyum milik Nayla. Wajah tampan nya kini bertambah tampan dengan senyum manisnya.

Nayla tak melewatkan kesempatannya untuk menatap lekat kekasihnya itu. Matanya terus menatap Gara tanpa menghilangkan senyumannya.

"Kangen banget ya." Ujar Gaga dengan senyum jahilnya seraya menjawil hidung Nayla. Nayla langsung tersadar dan tertawa kecil saat sadar bahwa dirinya ketahuan menatapnya amat lekat.

"Nih Nay." Ujar Gara seraya memberikan plastik yang berisi air mineral pada Nayla.
"Pasti haus kan." Ucap Gara seraya mengacak acak rambut hitam milik Nayla. Nayla tersenyum tulus pada Gara seraya mengambil alih plastik itu.

"Makasih ya." Nayla berkata dengan senyumnya yang dibalas dengan anggukan oleh Gara.

"Ayo naik." Ucap Gara pada Nayla dengan mata yang mengarah pada jok belakangnya. Nayla memberikan tanda 'oke' melalui tangannya.

"Sagara!! Garaa!"

Suara seorang gadis membuat Nayla menghentikan gerakannya yang ingin menaiki motor Gara. Gadis itu, Nanda. Ia sedikit berlari untuk mendekati Gara dan juga Nayla.

Saat Nanda sampai tepat didepan Nayla dan Gara, Nanda memusatkan perhatiannya pada Gara dengan menampilkan wajah lesu nya. Melihat raut wajah Nanda yang pasti tak baik baik saja, Gara menampilkan wajah bertanya pada gadis itu.

Berbeda dengan Gara dan Nanda yang menampilkan ekspresi di wajah mereka, Nayla malah terlihat menampilkan wajah datarnya saat melihat Nanda datang. Didalam hatinya, Nayla sudah mencak mencak. Ia menduga bahwa Nanda akan merusak waktunya dengan Gara.

"Loh, kamu belum pulang Nan?" Tanya Gara heran pada gadis didepannya.

"Iya nih Gar, supir aku ngeselin banget. Katanya ban mobil bocor ditengah jalan pas dia mau jemput aku. Sekarang aku bingung mau pulang naik apa. Kamu bisa anterin aku pulang gak Gar?" Jelas Nanda panjang lebar dengan pertanyaan yang paling tidak disukai oleh Nayla di akhir cerita.

'Lo kan bisa naik taksi!! Ojek juga banyak!' Ujar Nayla dalam hatinya dengan kesal.

"Aduh Nan, aku mau anterin Nayla pulang. Kasian dia udah nungguin aku." Ucap Gara yang menolak secara halus.

Nayla n SagaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang