Dunia sedang dalam keadaan genting, dan aku juga merasakannya.
Malam-malam serasa panjang atau aku saja yang menyadarinya?
Kembali terbuai dengan ponsel di sudut mejaku dan kutelusuri kembali halaman dunia maya.
Pokok berita untuk beberapa waktu ke depan akan mempengaruhi setiap raga insan di bumi ini.
Mengapa masih saja terjadi?
Dendam yang menyebabkan nyawa lain pergi tanpa sempat mengucapkan cinta dan sayang.
Benci yang membara yang seharusnya bisa jadi ikatan persahabatan saling melengkapi.
Dan setiap hari, cerita isak tangis masih belum terhenti..entah sampai kapan?
Dunia memang tidak dalam keadaan baik..tetapi apakah berharap esok pelangi akan muncul sebuah dongengan?
Gambaran sebuah keindahan selalu terbayang, yang mungkin tidak mudah direalisasikan.
Aku melihat orang-orang tersenyum dan menyapaku di setiap harinya.
Matahari menunjukkan sinarnya yang lembut. Awan menutupi sebagian, karena dia tahu tidak semua orang benci Matahari.
Di malam hari bintang tak henti-hentinya mengerlingkan keberadaannya, begitu juga bulan yang tahu porsinya berbagi pertunjukkan.
Memikirkan banyak hal yang di urai tanpa tindakan membuat larut menikmati kesakitan ini.
Sayangnya, aku salah satu insan yang menikmati hal-hal melankonis.
Mendayu dan menatap kosong, sampai lupa seruan kewajiban.
Di atas penderitaan dan permasalahan yang berjalan
ada Maha Besar yang mengatur segalaNya dan lupa mengingat kehadirannNya di saat bahagia.
Manusia selalu teriak tak adil, jahat dan Egois
tapi apa benar apa yang di rasakan karena tanpa sebab?
Seruan kewajiban untuk pengembara kebahagiaan lintas dunia akhirat.
Salam jam 4 pagi, hanya 10 menit dengan segala kebaikan harapan.
Bersimbuh di hadapan Pencipta, dan meminta solusi di atas emosi.
YOU ARE READING
Salam Jam 4 Pagi.
PoetrySaat dunia mengalihkan dengan ceritanya, lupa bahwa jam 4 pagi adalah waktunya bercerita dengan Sang Maha Tahu.