It's Not Over

250 8 0
                                    

Wonho Monsta X

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wonho Monsta X

-/-

Aku mengambil cardigan lengan panjang di gantungan baju dan langsung memakainya begitu menerima pesan dari Wonho dua menit yang lalu. Tidak peduli dengan wajah yang tanpa make up dan rambut yang diikat asal. Aku harus bergegas menemuinya. 

Aku mendengar berita tentang hengkangnya Wonho dari grup yang selama ini telah membesarkan namanya. Ia memutuskan untuk keluar dari grupnya setelah berita yang begitu tak mengenakkan. Sekarang ia harus mengorbankan impiannya yang selama ini sudah ia perjuangkan dengan usaha dan kerja kerasnya. Aku tahu ia pasti sedang hancur, sangat hancur. Dan malam ini ia memintaku untuk menemuinya. 

Napasku tersengal-sengal karena berlari menuju gedung pertokoan di dekat rumah. Langkahku terhenti begitu Wonho terlihat di mataku. Ia tengah duduk di sisi pot tanaman besar. Di udara yang cukup dingin ini ia hanya memakai kemeja agak tipis berwarna putih. Matanya nampak bengkak dengan pandangan yang kosong. Wajahnya juga sangat muram bahkan sedikit pucat.

Aku mengatur napas sambil melangkah menghampirinya. Ia tak menyadari kehadiranku meskipun aku sudah berada di sampingnya. Kutepuk bahunya pelan, menyadarkan lamunannya.

Wonho menoleh. "Yoon Hee-ya.." lirihnya sambil menatapku nanar.

Ia beranjak dari duduknya dan memelukku erat sambil menautkan dagu di bahuku. Aku bingung dan tidak tahu harus berkata apa-apa. Yang bisa aku lakukan adalah membalas pelukkannya dan mengelus punggungnya selembut mungkin. Berharap aku bisa membuatnya sedikit lebih nyaman.

"Gwaenchana. Aku ada di sini sekarang." Hanya itu yang bisa aku katakan pada sahabatku ini. Itupun dengan suara yang sedikit berbisik.

"Semuanya sudah berakhir.. impianku terhenti.." 

Aku menggeleng. "Ini bukanlah akhir dari segalanya. Percayalah!"

Aku mendengar ia menangis. Dan tak berselang lama, tangisnya mulai sesenggukan. Badannya pun ikut bergetar. Aku bisa merasakan bagaimana rasa sakit dan hancurnya dirinya. Aku beberapa kali menepuk punggungnya, berusaha menenangkannya.

"Aku benar-benar melakukan kesalahan hingga.. aku kehilangan impianku karena kesalahannku." tukasnya parau, bahkan aku hampir tidak bisa mendengar suaranya.

"Kau pun hanya manusia biasa yang tak luput dari segala kesalahan. Manusia mana ada yang sempurna?"

"Apa yang aku lakukan selama ini? Aku begitu bodoh!"

Aku melepas pelukkannya. "Hey!" Kurengkuh wajahnya dengan kedua tanganku. "Kau sudah melakukan yang terbaik selama ini, Wonho!"

Aku mencoba mencari celah untuk menatap matanya, tapi ia justru terus menunduk dan membiarkan air mata terus mengalir dari sudut matanya. 

"Kau berhak memperbaiki semua yang menurutmu adalah sebuah kesalahan. Kau berhak untuk mengikis segala luka yang bersarang di hatimu. Dan kau berhak untuk bahagia." Aku mengubah posisi kepalanya hingga bisa menghadap ke arahku. "Mari menutup lembaran lama dan membuka lembaran yang baru."

Ia kembali memelukku dan mengucapkan terimakasih.

"Jangan terluka lagi dan berbahagialah."


About StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang