::::::::::::::::::::::::::::: HAPPY READING :::::::::::::::::::::::::::::
Kementerian ramai seperti biasanya. Semua orang berbeda seragam dan lambang departemen berbaur jadi satu di lobi. Beberapa tampak santai, ada pula yang berjalan cepat, bahkan berlari saking gugupnya. Satu persatu masuk lift. Ataupun muncul dan menghilang dari beberapa lorong perapian batu pualam.
Salah seorang pegawai yang berjalan cukup cepat adalah Harry Potter. Masih berseragamkan jubah Aurornya, ia masuk ke sebuah ruangan tepatnya di Departemen Pengaturan dan Pengawasan Makhluk-Makhluk Gaib.
Harry disambut oleh seorang pria ramah yang mempersilakannya masuk. Ia membantu Harry menemukan orang yang sedang ingin ditemui oleh Harry.
"Hai, Harry," Pria bersyal hitam berdiri dari bangkunya setelah dipanggil oleh pria yang ikut bersama Harry.
"Hai, Tom. Aku butuh bantuanmu," sahut Harry serius.
Setelah mereka tinggal berdua, pria yang dipanggil Tom oleh Harry itu mengajaknya pada sebuah ruangan berdinding hijau pastel. Ruangan itu penuh kuali dan beberapa tabung kaca tertapa di setiap rak. Ada juga buku-buku tebal dan laci-laci penuh kertas dan perkamen bertuliskan nama makhluk-makhluk sihir beserta segala informasinya.
Tom menarik satu kursi agar Harry ikut duduk di sisinya. "Kau membawa sampelnya?"
"Ya. Hanya darah kering dari saputangan," Harry mengeluarkan saputangan Hermione yang terkena darah Angeline.
Ada keraguan saat Harry mengutarakan niatnya meneliti DNA sihir dari bercak darah di saputangan itu semalam pada Tom. Tentu saja karena darah itu adalah darah Angeline. Niat Harry menemukan siapa ayah Angeline masih sangat menggebu.
"Ini sudah lebih dari cukup, Harry. Darah kering pun, DNA sihir seorang penyihir masih mudah dideteksi," tutu Tom. Ia adalah seorang pegawai dari Devisi Makhluk. Ia sering sekali melakukan penelitian DNA pada berbagai makhul gaib sesuai cabang pekerjaannya.
Dan menurut Harry, Tom bisa membantunya. "Jadi, aku hanya perlu melihat DNAnya dan mencocokkan sementara dengan DNA para pegawai satu Kementerian?"
"Ya, kalau kau terlalu berat, dahulukan untuk mencocokkannya pada pegawai laki-laki. Karena aku membutuhkan siapa orang yang sekiranya positif sebagai orang tua pemilik darah itu,"
"Serahkan saja padaku. Aku akan kabari hasilnya esok,"
Tom dan Harry lantas berjabat tangan setuju, "Deal!" putus Harry.
***
Sampai di usia kandungan sembilan bulan, Hermione bungkam dengan apa yang sedang ia sembunyikan dari Ron. Masalah besarnya tentang Ron, Angeline, calon anak mereka dan tentu saja keluarga. Hermione terduduk sendiri di atas sebuah sofa empuk berbentuk mangkuk merah.
Sofa itu Ron yang membelikannya. Ron ingin sofa itu bisa menyamankan Hermione saat menyusui anak mereka nanti. Menurut cerita Harry, kegiatan menyusui seorang istri harus didukung sepenuhnya oleh suami. Salah satunya memberikan tempat yang nyaman bagi si ibu dan juga si anak.
Hermione mencoba sofa itu sendirian. Tanpa Ron yang melihatnya. Ya, karena Ron sekarang sedang nyaman tertidur di atas kasur. Hermione menatap sang suami begitu damai. Suara dengkuran Ron memang luar biasa dan itu yang membuat Hermione jatuh cinta sekaligus sebal dengan kebiasaan mendengkur Ron yang full volume.
Ranjang bayi di sampingnya sudah berdiri siap ditempati. Berkat arahan Hermione membacakan langkah-langkah merangkai box bayinya, hampir dua jam penuh Ron sukses menyelesaikan box bayi untuk anaknya tanpa sentuhan sihir sedikitpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something We Need (Romione - HP Fanfic)
Fanfiction[Cerita lama yang sudah sempat aku publish di FFN. Publish ulang di Wattpad dengan perbaikan dan penambahan hal-hal kecil] Berturut-turut, Hermione seperti sedang dipermalukan oleh sang pencipta. Dua tahun lebih pernikahannya dengan Ron, tidak ada t...