#18

1.4K 55 1
                                    

Kini, waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Dan saat ini, Anna dan Gabriel sedang berbincang bersama, di dalam kamarnya Anna.

"Oh ya, bolehkah aku mengetahui, kenapa kau bisa menjadi seorang vampire?" tanya Anna, sambil menatap Gabriel dari samping.

Namun Gabriel malah menghela nafasnya dengan kasar, dan menundukkan kepalanya, sehingga membuat dahinya Anna jadi mengerut, "Ceritanya cukup panjang, dan sebenarnya, aku agak malas untuk menceritakannya" jawabnya.

Karena melihat raut wajahnya Gabriel, yang langsung berubah dalam seketika, Anna pun menggangguk paham, dan berkata, "Kalau begitu tidak usah kau ceritakan, aku tak akan memaksanya".

Segera Gabriel menoleh ke arahnya, dan menatapnya, "Tapi kurasa, kau harus tetap mengetahuinya, agar kau tidak penasaran" katanya.

Tapi Anna hanya diam saja, dengan satu alisnya yang terangkat.

Lalu dengan berat, Gabriel menghela nafasnya lagi, dan memalingkan pandangannya ke depan, "Dulu, di abad ke-19, aku adalah seorang adalah pemburu hewan-hewan buas. Hampir setiap malam, aku selalu datang ke hutan, hanya untuk berburu saja. Terkadang, aku ditemani oleh para pemburu lain, tapi tak jarang pula, aku berburu seorang diri, tanpa ada yang menemani. Dan pada suatu malam, aku pergi berburu, dan hanya seorang diri saja, di sebuah hutan, yang berada di negeriku. Tapi saat berada di dalam hutan, dan sedang mengawasi sekitar, tiba-tiba saja ada seorang pria, yang menggigit leherku, sehingga membuatku begitu terkejut. Aku tak tahu, dari mana pria itu datang. Pada saat itu, aku berusaha untuk mendorong tubuh pria itu, tapi ia malah terus menghisap darah, dari leherku, sehingga membuatku kehilangan cukup banyak darah, dan tubuhku menjadi begitu lemas. Namun di saat aku sedang mendekati mautku, pria itu langsung meneteskan darahnya, pada mulutku. Awalnya, aku memuntahkan darah yang ia berikan, karena rasanya sangat tidak enak. Tapi ia malah memaksaku, untuk meminum darah, dari tangannya. Dan setelah itu, aku langsung kejang-kejang, dan tak sadarkan diri. Tapi beberapa saat kemudian, aku sadarkan diri, namun dengan diriku, yang sudah menjadi seorang vampire, seperti pria itu. Lalu, ia membawaku ke rumahnya, yang berada cukup jauh, dari hutan itu. Dan besok malamnya, ia mulai mengajariku cara berburu manusia, dan menghisap darah, langsung dari sumbernya" jelasnya.

Anna pun mendengarkan ceritanya Gabriel dengan seksama. Lalu ia mengganggukkan kepalanya, dan beralih menatap ke jendela, "Lalu sekarang, ke mana vampire itu?" tanyanya, yang kemudian menoleh ke arah Gabriel.

Namun Gabriel malah menghela nafasnya dengan kasar, dan berjalan menuju tempat tidurnya Anna. Lalu ia mendudukkan tubuhnya di tepi tempat tidur, dan menundukkan kepalanya, "Ia sudah mati, karena di bunuh oleh Count" jawabnya, sehingga membuat kedua matanya Anna, langsung membelalak.

Segera Anna berjalan menghampiri Gabriel, dan duduk di sebelah kanannya, "Kenapa bisa seperti itu? Memangnya vampire itu mempunyai salah pada Count, sehingga ia dibunuh?" tanyanya.

Dengan berat, Gabriel menghela nafasnya lagi, dan menoleh ke arah Anna, "Aku tidak tahu apa salahnya, namun yang kutahu, ia hanya tidak mau menuruti perintahnya Count saja. Tapi rupanya, hal tersebut membuat Count begitu murka padanya, sehingga ia membunuh vampire itu. Dan setelah vampire itu mati, Count mengatakan padaku, kalau aku harus menuruti semua perintahnya, karena kalau tidak, maka aku akan bernasib seperti vampire itu" jawabnya.

Mendengar jawabannya Gabriel, membuat Anna langsung bergidik ngeri, dan mengulum bibirnya. Ia tak menyangka, jika rupanya Count sekejam itu, sampai-sampai ia membunuh vampire, yang tak mau menuruti perintahnya. Dan hal tersebut, membuat Anna jadi semakin takut, dengan apa yang akan terjadi pada Gabriel nantinya. Karena Gabriel sudah mengkhianati Count, dan sudah pasti, Count sangat murka padanya.

Melihat raut wajahnya Anna, membuat Gabriel mengerutkan dahinya, dan memegang bahunya Anna, "Anna, kau baik-baik saja? Kenapa kau malah diam saja?" tanyanya, sehingga membuat Anna langsung tersadar, dari lamunannya.

Segera Anna menggelengkan kepalanya, dan menyunggingkan senyuman, yang sedikit terpaksa, "Tidak apa-apa, aku hanya tak menyangka, dibalik sifat baik, dan sopannya, rupanya Count sangatlah kejam, dan tak mempunyai perasaan kasihan sedikit pun" jawabnya.

Gabriel pun langsung mengganggukkan kepalanya, dan menghela nafasnya dengan kasar. Lalu ia memalingkan pandangannya ke depan, dan berkata, "Ya, begitulah Count. Bukankah, sudah pernah kukatakan padamu? Untuk tidak tertipu, pada sifat baik, dan sopannya Count. Tapi kau tetap saja membelanya, dan mengatakan, kalau ia begitu baik".

Mendengar apa yang baru saja Gabriel katakan, membuat Anna langsung menghela nafasnya, dan menundukkan kepalanya. Ia merasa, apa yang Gabriel katakan memanglah benar, karena dulu, Anna begitu membela Count, dan tak memperdulikan, apa yang Gabriel katakan, tentang raja kegelapan itu. Namun kini, barulah ia menyadari, kalau semua yang Gabriel katakan tentang Count, memanglah benar adanya, bukan hanya sekedar omong kosong belaka.














To be continue. . .

Second Life [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang