Suara music Coffee Shop terdengar lirih di pendengaran Kinan.
Hot coffe yang sudah lama di pesan belum dia sentuh sama sekali.
Dia merenung memandang lurus pada kepulan asap yang berasal dari minuman yang dia pesan.
Tak lama suara kursi di tarik terdengar. Kinan melirik dan melihat siapa gerangan yang telah berani mengganggu ketenangan nya.
Mata itu berubah sendu setelah tahu siapa pelakunya.
Wanita itu duduk dengan indah di hadapan Kinan, sambil tersenyum dia berucap.
"apa kabar?"
----
Hari hari biasanya Kinal lalui dengan hampa, di rumah, di sekolah, dimana saja tempat wajah yang biasa terlihat manis itu sudah tak menunjukkan guratan keceriaan, yang ada hanyalah wajar datar dan begitu dingin, bukan tidak tapi belum saja.
Seperti hari hari yang lalu kerjaannya setelah pulang sekolah langsung pergi dari rumah. Entah itu main ketempat Yona, nongkrong atau mager di pondok. Dan saat ini pun Kinal melakukan rutinitas yang sama yaitu duduk seorang diri didalam pondokan yang jelas dia menghindari Melody.
Mata hazel itu memandang lurus kedepan. Hembusan nafas berat dia hempaskan.
Entah mengapa dia begitu merindukan seseorang, seseorang yang dulu dia kenal. Seseorang yang membuatnya tersenyum bahagia, seseorang yang bisa di bilang 'cinta pertamanya' sebelum Melody.
"dia apa kabar ya? " monolog Kinal. Setelah dia berucap seperti itu dia tertawa kecil. "bodoh!" dia terkikik geli, bagaimana tidak? Orang yang di tanya dimana keadaannya belum tentu melakukan hal yang sama seperti apa yang Kinal lakukan saat ini.
Kikikan itu berhenti berganti dengan helaan nafas terdengar lirih.
Dia sangat rindu, tapi mustahil rindu nya terbalas. Melihat penolakan dari Melody membuat Kinal takut untuk berlari. Yang cuma bisa Kinal lakukan hanyalah menahan rindu dan menjadikannya sebagai harapan semu.
"aku baik kok, kamu gimana kabarnya? Aku cari cari selama ini ternyata kamu disini, Nay"
Kinal tersenyum miring, pikirannya sedang tak terkontrol saat ini. Bisa bisanya dia berkhayal jika cinta pertamanya datang kemari, mencarinya dan menemukannya.
Sesaat Kinal terkaget merasakan sentuhan di tangannya yang bebas diatas paha. rasa yang selama ini tidak dia dapatkan dari siapapun, rasa yang begitu mendebarkan dan menegangkan, bahkan rasa ini tak dia dapatkan jika bersama Melody. Kinal enggan menoleh, dia takut dengan ekpetasi yang menggilai. Takut berkhayal tinggi. Tapi kinerja otak Kinal tak sesuai dengan hatinya. Hati itu menginginkan dirinya untuk memutar kembali rasa yang timbul ini karena apa, dan apa penyebabnya, seingatnya rasa ini timbul di saat...
Kinal menoleh. Betapa kagetnya dia. Bukan, bukan kaget karena takut atau cemas, tapi terkaget tak percaya sekaligus bahagia.
"kam.. Kamu" ucap Kinal terbata...
Wanita itu mengangguk seolah menjawab dari keterkagetan Kinal.
Sudah berapa lama mereka terdiam. Kinal yang masih dalam mode tak percaya masih membungkam mulut enggan bersuara. Sedangkan perempuan disampingnya pun berkasus yang sama, sama sama malu untuk berkata.
"hmm kam.. "
"kam.. "
Ucap mereka bersamaan.
"ah kamu duluan gih"
"kamu duluan atuh" kembali mereka burucap berbarengan. Mereka saling tatap dan tak lama saling tertawa.