🚗

550 28 0
                                    

Hari itu di ruas jalan tol hujan turun saat Yuri mengemudi dalam perjalanan antar kota. Gelap dan hujan membuat jarak pandang pengemudi menjadi pendek, Yuri sebagai pengemudi pun jadi tidak nyaman mengemudi. Yuri kesal, dia membenarkan posisi kacamatanya yang melorot, meskipun sebenarnya dia butuh kacamata tapi dia hanya menggunakannya sesekali saat dia pikir dia sangat membutuhkannya.

Suami Yuri yang duduk disebelahnya memberi ide, "Istirahat dulu di rest area, yuk. Kita parkir saja sampai hujannya reda -eh! Tapi kalau Abang mau turun cari makan juga bisa sih."

"Katanya mau cepat rebahan di rumah." Kata Yuri.

"Tapi Abang bawa mobil sambil marah marah begitu. Istirahat dulu juga nggak apa apa kok, Bang. Kasihan Abang." Kata Jin.

Yuri akhirnya memutuskan melakukan saran Jin. Yuri membawa mobil masuk ke kawasan rest area dan mencari parkir, setelah parkir mereka hanya diam saja di mobil.

Hujan masih sangat amat deras. Yuri masih kesal, dia melepas kacamatanya dan menaruhnya asal di atas dashboard mobil, sementara Jin melirik ke sekitar mereka, kanan, kiri dan belakang mereka terparkir mobil sementara depan mereka jalan, di seberang mobil mereka juga terparkir mobil mobil lain. Mereka berada di tengah tengah mobil.

"Abang pintar pilih parkir." Kata Jin. Dia senyum senyum sendiri.

"Itu pujian atau .... ?"

"Pujian, Bang." Kata Jin, "Kalau begini kan kemungkinan orang mengintip kecil."

Yuri terlihat bingung. Dia berpikir dalam bahasa Rusia, otaknya masih harus menerjemahkan bahasa sampai Yuri bisa merespon perkataan Jin, tapi karena dia bingung proses penerjemahan pun terhambat.

Kali ini Jin yang jadi kesal. "Abang, ih."

"Abang kenapa, Cintaku?"

"Abang nggak kangen aku?"

"Lah kita sama sama terus, bagaimana mau kangen?"

"Tuh, kan! Abang, ih!"

Yuri makin bingung lagi. Apalagi saat Jin tiba tiba tertawa kecil.

"Ya, bukan salah Abang juga, memang aku mendadak maunya." Kata Jin.

"Apa sih, Cinta? Sumpah aku bingung."

Jin tidak menjawab, dia meminum seteguk air dari botol air mineral kemasan yang sudah hampir kosong.

"Cinta." Panggil Yuri.

"Kita main yuk, Bang." Kata Jin, "Di jok belakang."

"Main apa?" Awalnya Yuri bertanya, tapi Jin hanya tersenyum saja. Yuri akhirnya menyadari, "Main yang itu?"

Jin melepas sabuk pengamannya, dia pindah ke belakang dengan susah payah karena sekecil kecilnya Baek Jin dia masih tergolong tinggi. Apalagi Yuri? Tapi Yuri masih menyusul Jin ke kursi belakang.

Mereka duduk bersebelahan dan Jin bertanya, "Sekarang sudah paham?" Tangannya mengelus elus paha Yuri.

Wajah mereka saling mendekat dan Yuri langsung saja mencium Jin.

Tangan Jin berusaha membuka celana Yuri sementara Yuri berusaha membuka kancing kancing teratas kemeja Jin.

Jin melepas ciumannya dan bertanya, "Abang, nanti kalau ada yang mengintip bagaimana?"

"Sedikit saja, Cinta, biar leluasa." Alasan Yuri.

"Ya sudah, buka celananya juga biar leluasa." Perintah Jin.

Mereka dengan cepat membuka celana mereka, lalu Yuri menarik Jin duduk memunggunginya di pangkuannya. Tangan Jin berpegang pada kursi di hadapannya.

Rest AreaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang