Eleven

755 80 7
                                    


"kamu tinggal di mana sekarang, Ve? " tanya Kinal pada Veranda yang berjalan di sampingnya.   Kini Veranda dan Kinal sedang berjalan menuju kediaman Kinal.

"di Jakarta, kamu kenapa kok pindah?"  Kinal menggeleng,  "aku nah nurut aja Ve"

Veranda berdehem menanggapi ucapan Kinal.

"Nay.. " panggil Veranda. Dia sedikit menggigit bibir bawahnya.  "iya? " Kinal melihat kearah Veranda. Dan dapat di lihat oleh Kinal jika Veranda ingin membicarakan sesuatu, tapi sepertinya Veranda sedikit ragu.

"ngomong aja atuh" Veranda bukan ragu, tapi takut. Takut waktu cepat berlalu dan mereka akan berpisah lagi. Yang Veranda inginkan untuk saat ini dan seterusnya selalu ada Kinal di sisinya.

"kamu mau ngga ikut aku ke Jakarta? Tinggal sama aku, sekolah bareng aku?" Kinal diam, dia bingung harus menjawab apa. Disisi lain Kinal tak ingin menyianyiakan kesempatan bagus ini.  Mengingat dia dan Veranda sudah lama tak bertemu di samping itu dia ingin menjauh dari kakaknya - Melody-. Tapi setelah berapa kali membujuk orang tua Kinal tak pernah mendapatkan izin untuk ke Jakarta, jangan kan untuk menetap, liburan aja ga di bolehin. Kadang Kinal penasaran akan larangan orang tua nya,  tapi ya namanya aja Kinal, anaknya penurut jadi nurut aja apa kata orang tua. Apa iya dia harus membangkang dan meninggalkan rumah untuk kali ini?  Kinal menggeleng.

"kamu kenapa Nay?  Ga mau ya? " tanya Veranda kecewa.

"ga, ga gitu. Aku sih mau mau aja Ve, tapi.. " Kinal menggantung dengan menatap lekat wajah Veranda yang berjalan di sampingnya.

"tapi apa? " Veranda cepat.

"ayah ibu ku loh yang susah kalo berurusan dengan Jakarta"

"lah kenapa gitu?"

Kinal mengangkat dua bahu tak tahu "ga tau" ucapnya sendu "padahal aku pengen ke Jakarta, walau sekali aja"

Veranda menatap lekat pada wajah samping Kinal. Terlihat berbeda dari beberapa tahun yang lalu. Jika di lihat dengan seksama Kinal begitu mirip dengan..

"Nay, kamu punya kembaran ya?" tanya Veranda tiba tiba. Kinal menggeleng. "kenapa?  Ada yang mirip aku ya? " Veranda mengangguk "mirip banget, cuma di cowok" Kinal membulatkan bibirnya.  "nama kalian pun hampir sama" seketika Kinal menoleh cepat kearah Veranda.

"ah yang bener Ve? Kebetulan banget kan itu" Kinal sedikit terkekeh, merasa lucu dengan penuturan Veranda.

"ih Nay,  kok malah ketawa. Aku beneran loh. Namanya Devan Kinan Putra, hampir sama kan namanya sama kamu" Kinal menghentikan tawanya. Wajah itu terlihat serius kali ini "dia di mana sekarang?"

"di Jakarta" pikiran Kinal melayang dia angkasa. Bagaimana tidak?  Apakah ini cuma kebetulan atau memang takdir yang sudah di gariskan. Setaunya seumur hidupnya dia tidak memiliki kembaran,  yang dia tahu cuma Melody satu satunya saudaranya.

---

Kinan yang sedang bercengkerama dengan Shani terhenti ketika sebuah chat masuk di ponselnya.  Alisnya terangkat di saat nama Naomi tertara di layar sana. Pasalnya, wanita cantik dan sesexy Naomi itu tak pernah mau bertukar chat dengan Kinan. Penasaran sih,  tapi merasa di sayangkan juga kalo di anggurin.  Wkwkwk playernya Kinan balik lagi.  Padahal tadi udah bilang ga mau ngecewain orang lagi,  dasar Kinan.

Setelah membalas pesan dari Naomi, Kinan menatap pada Shani.

"eh Shan, kamu kesini sama siapa? " tanya Kinan

"Angga,  kenapa?"

"gapapa, terus Angga nya mana? "

"lagi ke toko buku bentar"

D E S T I N YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang