Prolog

1.4K 237 75
                                    

"Masa sih?"

Disebuah kafe, 4 orang sedang berbincang riang. Ah... Salah satu diantara mereka tidak sedang dalam keadaan yang baik.

Mereka memang rutin bertemu seminggu sekali untuk lepas kangen disela kesibukan kuliah mereka.

"Iya..." Jawab salah satu namja dengan Suara lirih

"Aku tidak pernah menyangka lho dia seperti itu"

"Iya, ah... Sayang sekali kenapa orang kota seperti itu ya~"

"Sudahlah Seokjinie, kau harus sabar. Nanti... Kau pasti bisa menemukan pasangan sesuai keinginanmu. Untuk sementara jauhi saja mantan kekasihmu itu"

Suara tenang nan teduh itu membuat namja yang tadi dipanggil Seokjinnie tersenyum dan menganggukkan kepalanya dengan semangat.

"Iya hyung, siapa juga yang mau punya kekasih bermuka dua macam Ken itu"

"Lalu bagaimana dengan kalian, Jessica, Ahra?"

"Aku sibuk kuliah, kekasihku bahkan mengomel sepanjang waktu saat aku lebih mementingkan tugas kuliahku" Jawab Jessica dengan sebal

"Tapi kan memang tugas kuliah harus diutamakan"

"Menyebalkan sekali kekasihmu itu" Ucap Ahra

"Bagaimana denganmu?"

"Biasa saja, tidak ada kemajuan apapun yang berarti. Eommanya masih tidak menyetujui hubunganku dengannya" Ahra kemudian menghela nafas

Namja yang sejak tadi memperhatikan teman - temannya itu menghela nafas, semua menpunyai masalahnya masing - masing. Pasti sangat berat...

"Kau bagaimana? Diantara kami, kau yang masih betah sendiri"

"Aku? Aku sibuk mengurusi tugas akhir, jangan lupa membantu keuangan keluarga" Jawabnya cepat

"Sudah mau lulus kuliah masih saja betah sendiri" Sindir Seokjin

"Daripada kau... Selalu ditinggal" Usil sang namja

"Ih~ Menyebalkan kau hyung!"

"Kan, aku bilang juga apa! Kau sih tidak mau mendekati anak kepala desa kita Seokjin an!" Ucap Jessica

"Gila! Mana nyambung aku sama dia yang bacaannya buku sastra!" Sahut Seokjin

"Tapi dia hebat, dia bekerja di perusahaan besar di Seoul menjadi karyawan magang dan bukan hanya itu. Bukan cuma karyawan magang tapi dia menjadi asisten bos besar perusahaan itu!"

"Yak! Kenapa kalian jadi menjodohkanku dengan orang yang tidak aku kenal!" Pekik sang namja

"Kau mengenalnya, dia kan berada di semester yang sama denganmu"

"Iya, tapi dia sudah mengikuti ujian akselerasi dan sekarang jadi satu angkatan dengan kalian noonadeul, hyungie"

"Sayang sekali kau melewatkan namja seperti itu Seokjinnie"

Dan satu namja diantara mereka diam memperhatikan teman - temannya. Bersyukur tadi dia bisa mengalihkan pembicaraan sehingga dia tidak menjadi pusat obrolan.

'Maaf ya Seokjinnie' Batinnya

Saat jam menunjukkan pukul lima sore mereka berpisah karena memiliki kesibukan masing - masing setelahnya. Dan namja yang menjadi tokoh utama dalam book ini pun berjalan pulang ke arah rumahnya setelah turun dari bis.

Dia memandangi petakan sawah yang dia lewati dan tersenyum melihat matahari yang sudah hampir tenggelam.

Tidak lama dia sampai ke rumahnya dan membuka pintu, orangtuanya sedang pergi ke desa sebelah karena menghadiri acara pernikahan dan diperkirakan akan sampai di rumah pukul delapan malam.

Dia masuk ke dalam kamar dan segera beranjak ke kamar mandi tanpa menyadari bahwa ponsel yang dia letakkan di atas meja belajarnya bergetar menandakan panggilan masuk.

"Eoh?"

Setelah keluar dari kamar mandi sembari mengusak rambutnya yang basah, dia melihat ponselnya bergetar. Dengan segera mendekat dan dia membulatkan matanya, dengan segera memakai piyama dan menaruh ponselnya di meja, sebuah panggilan video.

Setelah menerima panggilan itu, hal pertama yang dia lihat adalah seorang namja dengan wajah sedikit berantakan, rambut seakan diusap dengan kasar tapi tidak mengurangi ketampanannya.

"Kenapa baru mengangkat panggilanku?"

Suara rendah itu membuat namja manis merinding. Cukup seksi suaranya.

"Aku baru selesai mandi" Jawabnya pelan

"Bagaimana acaramu?"

"Menyenangkan bisa pergi dengan teman - temanku diakhir pekan. Wae? Kenapa kau berantakan sekalian hyungie?"

"Aku baru sampai ke Korea dan yah... Tugas kantor menumpuk"

"Istirahat saja dulu, berendam juga bagus. Jangan lupa makan juga"

"Bagaimana kalau kau ke sini dan mengurusku?"

Blush

Pipi namja manis itu bersemu, meski baru beberapa kali bertemu namja di depannya ini selalu mampu membuatnya merona bahkan kalau mereka hanya bertelepon saja.

"Hyung! Kau tahu itu tidak mungkin!"

"Bagaimana kalau aku buat hal itu menjadi mungkin?"

"Huh? Apa maksud hyungie?"

"Ah! Aku dan asistenku akan mengurus pembangunan pabrik di Chungnam dua minggu lagi selama sati bulan"

"Y-ye?!" Namja manis itu membulatkan matanya

Dia kaget, sangking kaget dan pikirannya kemana - mana, keringat mengalir dari pelipisnya sampai namja yang tengah ber video call mengerutkan keningnya.

"Kenapa kau tampak kaget mendengarnya, Jaejoongie? Kenapa kau terlihat ketakutan?"

DEGH

Namja yang tadi dipanggil Jaejoongie itu menelan ludahnya dengan susah payah. Bukannya takut hanya....

"Bu-bukan begitu Yunho hyung... Aku senang" Ucap namja manis bernama Jaejoong itu kemudian tersenyum, sedikit dipaksakan

"Kalau begitu sampai jumpa dua minggu lagi Jaejoongie" Ucap namja diseberang sana kemudian tersenyum  tipis

"Y-ya"

Glup


"Mati kau Kim Jaejoong"





.
.
.
~ END aja ya? ~
.
.
.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Little SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang