iv, cerita selepas penat.

1.8K 224 20
                                    

perhatian, ditulis menggunakan huruf kecil.

...

senja kala itu mulai menampakkan warna jingga yang menyeruak di langit bumi kembang, yang sekarang tengah ramai akan jiwa-jiwa yang tengah menikmati senja.

sama seperti mereka, para jiwa-jiwa milik natraprira yang mulai berhambur pergi, untuk berdiam di asrama atau hanya sekedar singgah di tepi jalan menikmati jajanan kaki lima.

murah tapi menyenangkan.

itu sebuah kata yang cocok untuk menggambarkan betapa enaknya jajanan kaki lima itu.

"WOI MAU BELI BAKSONYA BERAPA MANGKOK?" indy berteriak keras sembari menyiapkan beberapa lembaran mata uang kertas.

"TIGA AJA DULU YANG LAIN KAN BELUM TENTU DATENG, OH IYA. JANGAN TERIAK-TERIAK WOI MALU ANJIR." sahut lesta dari bangku paling ujung bersama karta.

membuat karta, pemudi milik jakarta itu memukul pundak lesta pelan. "lo juga sama, jangan teriak-teriak." omelnya.

sedangkan yang di omeli hanya cengegesan saja sembari menampakkan deretangan giginya, membuat karta hanya bisa mendengus pelan.

"eh, les. anak ramgga hari senin pada ikut festival rasa?"

"ha, oh. iya acan sama indra yang ikut. gue sama Indy bagian siaran ehehehe."

"apaan nih bawa bawa nama gue? lagi ngomongin gue ya?" timpal indy,  membuat lesta mengetuk sirah miliknya dengan pelan menggunakan pulpen. "pede banget dih? udah kaya  arya aja."

pemudi keinanta itu lantas mengerucutkan bibirnya. "yaudah maaf. eh iya, yang lain gak pada ikut?

kedua pemudi itu menggeleng tak tahu menjawab pertanyaan indy. "gak tau, tadi sih sinta bilang dia mau ikut sama bulan, tapi gak tau anaknya kemana sama." jelas Karta.

indy hanya mengangguk-anggukan kepalanya dan sesekali meminum minumannya, sedangkan lesta gadis itu terlihat menghubungi seseorang.

"ngapain, les? ngehubungin siapa?"

lesta menunjukkan handphonenya, yang menampakkan gambar sepeda motor milik sinta yang terlihat sedang mogok.

"LOH MOGOK DIMANA ITU?!" ujar indy panik sembari merebut handphone milik lesta.

karta menggedikkan bah nya, tak tahu.  "mana gue tau. coba tanyain les."

lesta merebut kembali handphonenya dan mulai mengabari sinta, namun. baru saja dirinya hendak mengabari gadis itu tiba-tiba saja kotak suara milik sinta sudah menyapa.

"wah, apaan nih kok pada gak ngajak-ngajak," dua orang lainnya datang sembari menarik kursi yang kosong di samping mereka bertiga.

lesta berjengit kaget, sekaligus heran. "katanya motor lo mogok?"

bukannya menjawab gadis itu malah menghadiahi sebuab lengkunagan bulan sabit yang diikuti dengan kurva yang tercipta pada kanvas rupa.

"hehehe, ternyata engga mogok. tau-taunya kunci motornya belum gue nyalain." jelasnya.

bulan menatap sinta tajam, sembari misuh-misuh. "tau, malu banget anjir gue. padahal udah minta bantuan abang-abang buat bantuin."

penjelasan itu lantas membuat ketiga anak manusia itu menyerukan kotak tertawa milik masing-masing. sampai indy mulai bertanya.

"eh, iya. jenar, zati, wirda, darin sama tias kemana?"

sementara itu, di tempat yang tak jauh dari keberadaan mereka, dua orang pemudi tengah asik bercengkrama ria sembari memilih alat kecantikan apa yang akan mereka beli.

nestapa asa, kelahiran dua ribu.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang