"Aku mengatakan ini karena aku peduli, Hyeri. Jangan jadi Hyeri yang selalu dapat ditindas oleh Yoojung mengerti. Buktikan jika kau itu kuat. Aku pun sama berharap bisa selalu berada di sampingmu, tapi kita bukan pasangan adam dan hawa yang bisa selamanya bersama. Suatu saat kita pasti berpisah." Yura menarik napasnya pelan, Hyeri dapat mendengarnya.
"Ada apa?" tanya Hyeri penasaran.
"Sebenarnya aku tak ingin mengatakan ini, hanya saja aku yakin sampai saat ini pun kau masih belum bisa melupakan Suga."
Deg!
Jantung Hyeri seakan berhenti sejenak ketika mendengar namanya. Apa yang terjadi sehingga sahabatnya itu kembali mengungkit nama lelaki yang telah menyakiti hatinya, sedang ia tahu jika sahabatnya itu memendam dendam pada Suga.
"Aku tahu kau itu memiliki hati yang baik, tapi aku mohon jangan pernah berharap lagi tentang Suga. Sekolah heboh pagi ini karena berita jika Yoojung dicampakan lelaki dari Seoul, sudah jelas itu Suga. Yang jelas, cinta Yoojung itu bertepuk sebelah tangan, alih-alih di pesta Yoojung saat itu tujuan Suga memang jelas menyakitimu."
Sungguh memang apa yang harus ia harapkan lagi dari seorang lelaki pendusta sepertinya. Ingin ia berteriak dan memaki tapi nyatanya hati tak pernah sekalipun mendengarkan. Otak dan hati bagai terbelah dua, tak pernah berpikir sejalan. Meski hanya berlalu dalam hitungan bulan, bagi dua insan yang saling mencintai itu adalah momen yang membahagiakan. Hatinya bagai terikat benang merah yang selalu berharap jika ia adalah takdir. Rasa sakit jelas tak sebanding dengan rasa cinta yang ia miliki, hatinya terlalu lemah hingga dapat memaafkan lelaki yang telah menyakitinya. Ia tetap membiarkan pintu hatinya terbuka berharap jika sosok lelaki yang pernah ia kenal akan kembali dalam dekapannya.
"Hyeri-ah, kau masih di sana?" tak mendengar gemingan suara Hyeri, Yura bertanya memastikan.
Hyeri ber "Puh" pelan, mengelus dadanya berusaha agar suaranya tak bergetar saat berbicara.
"Tentu saja. Aku tidak mungkin akan bertemu lagi dengannya, yah bukan urusanku lagi Yoojung dicampakan atau tidak, itu masalah pribadi mereka," jelas Hyeri berusaha meyakinkan Yura juga dirinya sendiri.
"Aku ingin jalan-jalan, seperti katamu aku tak ingin jadi anak ruamahan lagi. Kau bisa menyarankanku suatu tempat yang dapat membuatku tenang dan bahagia?"
"Ada tempat yang cocok untukmu, pergilah ke Yunjungno Cherry Blossom Tunei, itu tepatnya di belakang gedung Dewan Nasional. Emm, sepertinya tidak jauh, kau bisa naik kereta bawah tanah, atau kau bisa menyuruh supirmu, bukankah kau sudah kaya sekarang? Sudahlah kau terlalu banyak bicara dan aku ini sibuk, aku tutup eoh."
Terdengar buru-buru Yura menutup teleponnya kasar. Hyeri dapat mengerti perlakuan sahabatnya itu, selalu kasar dan tak ragu mengungkapkan apa yang ada dalam kepalanya, tak peduli menyakiti jika hal itu benar untuk dikatakan maka tak akan ada kata ragu baginya. Pun Hyeri tak pernah ambil pusing ataupun merasa sakit hati.
***
Perjalanan pertama Hyeri di kota Seoul terbilang aman untuk saat ini, dengan berbekal GPS serta maps yang diterimanya dari pak supir Hyeri dapat sampai di Yunjungno Cherry Blossom Tunnei tanpa tersesat.
Sepanjang mata memandang akan terlihat bunga sakura bermekaran indah menghiasi jalanan dan membentuk sebuah terowongan. Banyak lalu lalang orang yang menikmati keindahannya, dominan pasangan kekasih dan membuat Hyeri merasa sedikit iri.
"Ahh, apa aku ini tipe orang yang susah Move on? Darah ibuku tentunya telah mendarah daging bahkan untuk persoalan cinta sekali pun. Haishh, menyingkirlah aku datang kemari untuk menenangkan diri dan tidak memikirkan percintaan lagi. Ayo fokuslah Lee Hyeri, fokus!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Brother and Boyfriend - KTH [END]
FanficLee Hyeri harus merelakan cinta pertamanya yang berakhir menyedihkan. Ia pun pindah ke seoul untuk memulai hidup baru dengan Ayah serta kakak tirinya. Namun, sang kakak sangat sulit ditemukan. Berbagai kejadian berlangsung di sekolah barunya. Ia sec...