PROLOG.

173 7 2
                                    

Bismillahirrohmanirrohim.

Waktu fajar yang sangat cerah, langit sudah berubah tidak sepenuh nya menggelap, suara adzan sebentar lagi akan berkumandang.

Obrolan semalam, membuat kedua pasangan itu sama-sama mendadak canggung di waktu subuh, bagaimana tidak? Kejadian itu membekas dengan sangat, halwah menahan panas nya kedua bola mata untuk tidak menetes dihadapan suaminya.

Terasa sangat menyayat sekali untuk hatinya, ketika ucapan itu keluar dari mulut nya hatinya langsung saja mencelos.

" Mas, udah mau subuh " halwah menyenggol bahu terbalut kaos hitam Gibran dengan pelan, sehabis sholat tahajud tadi tak ada percakapan, Gibran langsung tidur dengan tangan berada di atas dahi nya.

Mata Gibran perlahan terbuka, lalu dengan sigap langsung bangkit dari pejaman mata nya, tanpa ucapan sepatah pun.

Gibran beranjak ke kamar mandi, sedangkan halwah menyiapkan kokoh dari lemari serta sarung yang hendak dipakai Gibran, bersamaan dengan itu Gibran membuka pintu kamar mandi.

" Di pakai mas, hari ini pake warna abu-abu yaa " ucapnya memberitahu, padahal tanpa diberitahu pun Gibran bisa melihat, tetapi halwah bingung sedari mata mereka terbuka kedua nya sama-sama di baluti rasa canggung.

Setelah selesai memakai baju dengan dibantu mengancingi baju nya, " aku berangkat " pamit nya lalu diraih dengan cepat  tangan kanan Gibran oleh halwah di kecup nya hingga dalam, Gibran tau tarikan nafas itu menandakan apa, dia membiarkan halwah masih bertahan dengan posisi nya.

" Assalamualaikum" ucapnya dengan senyum tipis nya, sangat tipis lalu membelai puncak kepala halwah pelan.

" Wa'alaikumsalam warahmatullahi wa barakatuh " halwah tersenyum dengan sangat manis, Gibran yang melihat itu langsung berdetak lebih cepat jantung nya.

Halwah masih memperhatikan langkah Gibran, dia terus memperhatikan punggung kokoh laki-laki itu, tanpa sadar air mata nya menetes dengan begitu saja, halwah menghapus nya lalu bergegas ke kamar mandi untuk ambil wudhu.

Duaaarrrrr

" Subhanallah " lirih Gibran ketika mendapati hujan deras dengan sangat, baru langkah nya beberapa rumah hujan sudah mengguyur dengan sangat deras, pakaian kokoh nya sudah terkena air hujan, basah satu kata mewakili perasaan nya, mau tak mau dia harus kembali ke rumah karna langkah nya lebih dekat untuk kembali, sedangkan bila dia melanjutkan masih lumayan jauh, lagian pakaian nya juga sudah sangat basah.

Halwah hanya memakai Anduk ketika keluar dari kamar mandi, suara gemuruh terdengar jelas dari dalam rumah, halwah sengaja mandi dini hari karna merasa ingin menyegarkan tubuh nya yang lumayan lelah, dia tak tau hujan akan turun kalo tau begini mungkin dia tidak akan mandi sepagi ini, fikirnya

Ketika keluar dari kamar mandi halwah langsung menghampiri nakas, dan mencabut ponsel nya dan ponsel Gibran yang sudah di charger semalaman, dia tak menyadari ada orang lain di dalam kamar itu, ketika badan nya berbalik ingin menuju lemari pakaian, dia terdiam mematung. Melihat ada orang yang berdiri memakai baju kokoh, dan sedang menatap ke arah halwah, tatapan nya tak lepas dari perempuan itu

Perempuan itu jadi gugup bukan main, ini pertama kali sejak pernikahan itu, dia berpenampilan seperti itu di hadapan suami nya, Gibran pun hanya mematung tak terasa jantung nya berdegup berkali-kali lipat karna melihat pemandangan itu dipagi hari.

" Maaf " lirih nya ketika melihat halwah hanya diam, Gibran tersadarkan dari lamunan nya dan berbalik ke arah lain

" K-kenapa pulang? " Tanya halwah gugup, tangan nya spontan menutup area depan

" Di tengah perjalanan hujan deras baju aku basah " ucap nya masih membelakangi halwah

" Ma-maaf aku gak tau, kita sholat berjamaah aku tunggu di ruang sholat " gugup nya sambil ingin beranjak dari sana

" Gak papa, kalo masih mau disitu juga. " Tiba-tiba kalimat itu keluar dengan sendiri nya dari bibir halwah, keadaan semakin membuat kedua orang itu sama-sama merasakan butuh oksigen.

" Allahu Akbar. " Suara Gibran begitu tegas dan berat di telinga halwah

Hari ini, subuh ini pertama kali mereka sholat wajib berjamaah dari hari setelah menikah, halwah merasa sangat senang, rasa nya dia sangat ingin melakukan ini setiap hari tapi dia ingat kalo suami nya wajib sholat di masjid, tak apa. Mungkin lain kesempatan dengan kondisi lain bisa seperti ini

Setiap ayat yang dibacakan oleh Gibran membuat halwah terus menahan cairan bening dari kedua bola mata nya, dia tak mau sholat nya jadi tidak fokus akibat air mata itu, sekuat tenaga dia menahan agar tidak menangis.

Halwah menyelesaikan sholat nya dan langsung bergegas ke kamar mandi, dirinya tak kuasa menahan air mata yang sudah membendung sedari tadi

Gibran yang mengetahui perubahan halwah hanya diam sembari terus ber dzikir, perempuan itu butuh waktu untuk sendiri otaknya masih bekerja dari semalam akibat perdebatan antara dirinya dan istri nya

" Silahkan menikah dengan bunga mas. " Ucapan itu bagaikan beton yang menimpa Gibran bagaimana bisa? Seminggu pernikahan lalu perempuan itu minta dimadu? Ada apa dengan dirinya? Baru saja semuanya akan dimulai namun semuanya harus seperti ini? Tidak, Gibran tidak siap untuk itu.

Demi Allah, aku mencintai mu tepat suara mu dengan lantang dan lugas dihari akad, bulu kuduk ku merinding tak tertahankan. Aku mencintai mu di detik selanjutnya ketika kau melihat wajah ku tanpa niqab, mencintai mu ketika kau menatap ku dengan lembut, dan aku menci-cintai mu.. hikss:'( aku tak kuasa menyebutkan nya lagi

 Jazakumullah khairan katsiran 

☼ Semoga Allah tambahkan banyak ilmu untuk kita semua. Semoga readers selain suka sama cerita ini juga bisa mengambil isi baik nya. Aamiin

☼ Tegur bila salah dan keliru. Sesungguhnya manusia tidaklah luput dari kesalahan♥

▲ ' Ingatlah Allah,karna Ia tidak pernah lupa pada hamba-Nya.'

Follow : @agestif.dja // idline : agesty_purnama21 //
Jangan lupa bintang ukh.

Karya pertama ana:)

RIGHT, YOU?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang