Sora PoV
Entah sudah berapa hari aku dirawat. Keseharian ku hanya duduk diam di ruanganku, berjalan-jalan di taman belakang rumah sakit, duduk diam di kursi tunggu dimanapun di rumah sakit ini, ataupun menyimak obrolan orang lain. Itu kebiasa normalku saat ini.
Kebiasaan anehku akhir-akhir ini adalah duduk di lantai balkon dengan kedua kaki ku menjuntai di sela-sela pagar balkon lantai lima, mengguyur tubuhku dengan air keran, bermain dengan pisau buah atau benda tajam lainnya hanya untuk menggenggam benda itu erat di telapak tanganku, atau menggunakan benda tajam itu untuk mengukir pergelangan tanganku.
Awalnya Kakak yang tahu kebiasaan burukku memarahiku dan meminta dokter untuk membatasi ruang gerak kedua tanganku dengan baju khusus yang bagian lengannya menyatu. Ditambah lengan baju itu dilengkapi dengan sabuk untuk mengikat kedua lenganku.
Karena kondisi itu aku hanya diam membisu tanpa melakukan hal berguna dan hanya berjalan-jalan di kamar layaknya pasien sakit jiwa.
Sakit jiwa? Huh!
Mungkin aku memang sakit jiwa. Setelah apa yang terjadi Mom dan yang lain tidak pernah membahas Kevin lagi di depanku.
Berkat kediamanku dokter melepas baju aneh itu. Sekarang aku bagai mayat hidup dengan tatapan kosong melihat dunia ini.
"Pagi, Sora. Apa kamu ingin ke tamam seperti biasa?", tanya salah satu suster yang mengenalku. Aku diam dan hanya mengangguk singkat. Kulepas sandal rumah sakit dan membiarkan kakiku menapaki hamparan rumput yang sejuk karena embun pagi. Aku menuju salah satu kursi di sudut taman dan duduk di sana. Itu tempat favoritku di taman.
Kantuk mulai menyerangku. Sejak di rawat aku selalu merasa lelah dan mengantuk kapanpun dan dimanapun.
"Sora!"
Kulihat di kejauhan Mommy dan Kakak menghampiri ku dengan wajah cemas mereka.
"Jangan keluyuran sendirian! Setidaknya tunggu sampai kami datang atau meminta perawat menemanimu.", omel Kakak.
Aku terdiam. Mom menuntunku untuk kembali ke kamar. "Tunggu! Mom melupakan jus yang Mom buat pagi ini. Kalian duluan saja, Mom akan menyusul setelah mengambil itu." Mom berlalu pergi untuk mengambil sesuatu yang ketinggalan. Aku kembali berjalan bersama Kakak. Kakak dengan ceria menceritakan berbagai hal, namun aku tak mendengarkannya.
Setelah sarapan Mom mengajakku jalan-jalan. Aku hanya mengangguk mengiyakan ajakan Mom.
Menjelang siang kami bertiga pergi menuju taman bermain. Kakak terus mengajakku berbicara namun kutanggapi seadanya. Setelah Kakak berhasil menyeretku untuk mencoba beberapa permainan, tibalah saatnya makan siang. Mom memutuskan untuk makan di restoran sushi di dekat lokasi taman bermain.
"Lihat Sora, ada sushi salmon kesukaanmu!" Aku sedikit tersenyum melihat makanan kesukaanku terpampang di daftar menu restoran sushi ini.
"Baiklah, kita pesan sushi salmon. Apa lagi yang enak? Kalian saja yang tentukan. Mom ingin mencoba sushi yang enak menurut kalian."
Setelah memesan banyak farian sushi, Mom dan Kakak terus membicarakan kegiatan kami selanjutnya. Tak lama pesanan kami datang. Meja telah penuh dengan berbagai macam sushi. Dengan khidmat aku menyantap sushi-sushi kesukaanku.
Sekitar setengah jam kami habiskan di restoran sushi itu. Ketika kami akan pergi, langkahku terhenti saat mendengar suara yang sangat kukenali di sekitarku. Mataku menyusuri seluruh restoran dan mendapati sebuah televisi tengah menyiarkan berita tentang seseorang yang sangat kukenal.
"..Dia adalah calon istriku, Neila Selndare. Sebentar lagi akan menjadi nyonya Arthur."
Ke..vin? Dia..bersama wanita yang..waktu itu. Apa katanya? Is..tri? Wanita itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
MY CARAMEL [YAOI/MPREG]√
Genç Kurgu"Manis, seperti karamel." -Kevin "Siapa sih dia?! Dasar tidak sopan!" -Sora <><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><> INI CERITA GAY, HOMO, YAOI, APA LAH ITU. POKOKNYA SEJENIS ITU. PLUS MPREG HOMOPHOBIC MENJAUH SAJA(tidak maksud untuk ngusir. Dem...