Prolog

2.1K 87 15
                                    

[Attention, please]
Cerita ini adalah sequel dari cerita author yg lain, yaitu 'Conflict in Land of Dawn'.

Jadi sebelum membaca lebih jauh, author sarankan untuk membaca 'Conflict in Land of Dawn' terlebih dahulu.

Jadi sebelum membaca lebih jauh, author sarankan untuk membaca 'Conflict in Land of Dawn' terlebih dahulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekian,
Risya_fina

.....

Suasana di kelas XI Mipa 1 sangat ramai. Maklum saja, kelas itu dihuni oleh 40 siswa yang terdiri dari 36 siswa putra dan 4 siswi putri.

"Woiii kalian bisa diem, gak, sih?!" teriak Martis sembari memukul papan tulis menggunakan pengaris kayu.

Jika kalian berpikir bahwa kelas tersebut sama seperti kelas unggulan yang lain, maka dugaan kalian salah. Kelas tersebut justru dipenuhi oleh preman sekolah, cowok playboy, trouble maker, serta sultan songong.

Ketua kelas XI Mipa 1, Martis Ashura dan wakilnya, Lancelot Baroque. Sekertaris kelas, Freya Valkyrie. Lalu ada Miya Archery yang menjadi bendahara sekaligus sekertaris cadangan.

Ya, sekertaris cadangan. Dalam artian lain, dia hanya bertugas ketika sedang dibutuhkan.

"Ada tugas, nih. Kita jamkos sekarang," ucap Martis. Ia menatap Freya dan Miya yang kebetulan duduk berseberangan. "Sekertaris nulis di papan, sini."

Miya melirik Freya yang duduk di depannya. Cewek itu mendengus. Selalu aja kayak gini, batin Miya.

Miya mengambil buku cetak yang dibawa Martis, kemudian menyalin tulisan yang ada di buku itu di papan tulis.

"Miy, almamatermu kemana?"

Miya menoleh ke arah Alucard dan Granger yang duduk di bangku terdepan, berhadapan dengan meja guru.

"Gak bawa," jawab Miya santai. Ia kembali menulis di papan tulis dengan cekatan.

Beberapa anak cowok mulai ikut mencatat. Suasana kelas pun menjadi lebih kondusif.

"Eh, Miy, tulisanmu kok naik gunung, gitu?"

Lagi, Miya menoleh dan langsung memelototi Alucard. "Mau gantiin aku, sini?!" tantangnya galak.

"Gak, deh. Tulisanku gak sebagus punyamu," tolak Alucard.

Miya menghentakkan kakinya kesal. Ia kembali menulis di papan tulis dengan wajah tertekuk kesal.

Sementara itu, Alucard tertawa melihat ekspresi Miya yang kesal terhadapnya. Granger yang sedari tadi menonton perdebatan mereka pun turut tertawa.

"Miy," panggil Alucard.

"Miy!"

"Miya." Kali ini Granger ikut memanggil cewek itu.

"Ya elah, gitu aja ngambek," cibir Alucard. Cowok itu terkekeh. "Miy, itu tulisanmu ada yang typo tau!"

Miya langsung menoleh. Ekspresi kesalnya langsung hilang entah kemana. Ia meneliti satu per satu tulisannya, mencari letak kesalahan yang Alucard maksud.

"Mana, sih?" tanya Miya.

Alucard menunjuk papan tulis. "Itu, di bawah. Organ reduksi."

"Ups." Miya segera menghapus dan mengganti tulisan yang salah itu. "Udah? Ada lagi gak?"

Alucard menggeleng. Cowok itu kembali fokus mencatat.

"Eh, Miy, geseran dikit, dong. Gak keliatan." Alucard membuat gestur mengusir Miya.

Miya memutar bola matanya malas. Ia pun berlutut di lantai dan melanjutkan menulisnya.

"Udah, tuh. Kalo spidolnya mau habis ya jangan maksain."

"Ish! Cerewet banget sih, Alu. Gantiin gue nulis sini!!!" geram Miya.

Alucard terdiam. Granger dan beberapa anak lain yang duduk di bangku paling depan pun tertawa. Sejak kelas 10, Alucard dan Miya memang tak bisa lepas dari yang namanya perdebatan.

...

Cewekku, Dilan-kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang