Happy Reading ❤
👑
PLAK
"Cukup Clarissa!" sebuah tamparan mendarat di pipi kanan Clarissa, Lio sudah tidak bisa menahan amarahnya pada Clarissa karena Clarissa terus saja berniat melukai Adelia.
Clarissa memegang pipi kanannya yang terasa sakit, ia menatap Lio lekat-lekat. "Maaf Lio," ucapnya pelan.
Lio mengelus pelan rambut Clarissa lalu ia menarik Clarissa ke dalam pelukannya. "Maaf, gue kasar," ucap Lio, merasa bersalah.
Walaupun Clarissa salah tidak seharusnya Lio sampai menampar Clarissa apalagi di depan banyak orang seperti ini, pasti Clarissa merasa malu.
Lio melepaskan pelukannya, ia takut seseorang yang membencinya jadi mengincar Clarissa, walaupun ia tahu Clarissa adalah gadis yang kuat tapi ia tidak mau jika Clarissa sampai diganggu.
Clarissa menggenggam kedua tangan Lio, ia menatap mata Lio lekat-lekat. "Walaupun gue bakal terluka karena dekat sama lo, gue gak peduli Lio. Gue sayang sama lo, lo tau itu kan?"
Clarissa memeluk Lio dengan erat seakan tidak membiarkan Lio untuk pergi kemanapun. "Ayo saling berbagi penderitaan dan kebahagiaan Lio. Udah ada gue di sini, jadi, lo gak perlu menghadapi semuanya sendirian lagi," ujarnya lembut.
Lio mendorong pelan Clarissa agar pelukannya terlepas. "Nggak, gue gak bisa libatin lo dengan semua ini. Gue mau lo tetap aman," balas Lio.
Lio sudah merasa cukup selalu melibatkan orang dan ujung-ujungnya orang itu akan terluka seperti Adelia, ia tidak mau itu terjadi lagi.
Clarissa bisa melihat kecemasan dari mata Lio, bukan hanya kecemasan, tapi juga kesepian.
Clarissa mengambil sesuatu dari tasnya yang lagi-lagi membuat semua orang terkejut, seisi kelas tampak bertanya-tanya bagaimana bisa Clarissa memiliki itu.
Borgol, ya, Clarissa yang notabenenya seorang murid SMA memiliki borgol di dalam tasnya, bukan kah itu aneh dan patut untuk dipertanyakan?
"Darimana lo dapet borgol itu?" tanya seorang siswa yang merasa penasaran.
Clarissa tersenyum, ia melirik siswa tersebut. "Dari kantor polisi, gue nyuri borgol ini dari sana saat gue ditangkap," jelas Clarissa.
Lio tampak terkejut dengan pernyataan Clarissa. "Ditangkap? Apa maksud lo? Lo ditangkap karena apa?" tanya Lio.
"Lo gak perlu khawatirin tentang itu Lio," Clarissa memasukkan salah satu tangannya ke borgol itu, lalu dengan cepat ia juga memasukan salah satu tangan Lio ke borgol itu.
"Yang harusnya lo khawatirin saat ini adalah ini. Lo gak bisa lagi jauh dari gue Lio," ujar Clarissa sambil mengangkat salah satu tangannya yang diborgol agar Lio dapat melihat itu.
"Lo gila?! Ngapain lo lakuin ini? Lepasin borgol ini Clarissa!" ucap Lio dengan nada yang agak meninggi. Ia merasa panik karena borgol itu tidak mau lepas dari tangannya.
Clarissa tersenyum tipis, ia menepuk pelan pucuk kepala Lio. "Lo gak bisa lepas dari gue Lio, lo milik gue," ucap Clarissa.
"Gue udah bilang, lo harus bagi penderitaan lo ke gue. Ceritain semua rasa sakit lo selama ini ke gue Lio. Kalau nggak... Gue gak bakal lepasin borgol ini," lanjut Clarissa.
"Okeh, gue bakal cerita. Ayo kita pergi dulu dari sini. Terus sebelum pergi lo harus minta maaf dulu sama Adelia karena lukain pipi dia," balas Lio.
"Adelia, maaf gue lukain pipi lo dengan sengaja. Maaf juga buat yang ada di kelas ini kalau kalian merasa keganggu dengan kehadiran gue," Clarissa sedikit membungkuk, itu membuktikan kalau ia tulus meminta maaf.
Lio tersenyum, ia mengelus rambut Clarissa. "Pinter," ucapnya pelan.
Setelah kepergian Lio dan Clarissa, Adelia bergegas ke rooftop sekolah karena ia mendapat pesan dari orang itu.
"Lo liat kan tadi?! Dia berani lukain pipi gue, lo harus kasih pelajaran ke cewek gila itu!" Adelia langsung mengeluarkan isi hatinya pada orang itu.
Orang itu tertawa. "Kalau tadi lo mampu lawan dia pipi lo gak bakal luka kaya gitu. Jadi, itu salah lo, karena lo, lemah!" cetus orang itu.
"Tapi dia emang bahaya, mending sekarang lo jauh-jauh dari mereka berdua kalau lo gak mau terluka lebih dari ini," lanjut orang itu.
"Apa gak ada hal lain yang bisa gue lakuin biar lo bayar gue lagi?" tanya Adelia.
"Untuk saat ini nggak ada," jawab orang itu yang sedang memandangi langit yang tampak mendung.
"Gue mau tanya satu hal, apa lo juga yang nyuruh Rendy buat ngomong kalau dia dibully sama Lio?"
Orang itu tersenyum tipis, ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana abu-abunya. "Itu bukan gue, pasti ada orang lain yang juga benci sama Lio," jawabnya.
"Pokoknya tentang pembullyan itu bukan gue. Kenapa lo nanyain tentang itu? Apa lo gak suka ngeliat Lio dijauhi karena dia tukang bully?"
Adelia tertawa pelan. "Itu bukan urusan gue, tugas gue udah selesai buat deketin Lio dan tinggalin dia. Gue gak ada rasa apapun ke dia, yang gue lakuin ke dia selama ini cuma demi uang," balas Adelia.
Tanpa mereka berdua sadari ada seseorang yang menguping pembicaraan mereka. "Hebat," ucapnya, tersenyum lebar.
👑
Makasih udah mampir ❤
Komen ya, gimana part ini?
18 JULI 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Adelio
Teen FictionAdelio merupakan cowok yang selalu menyimpan lukanya sendirian. Ia tidak pernah bercerita tentang luka yang ada di dalam hatinya pada siapapun. Kehidupannya begitu hitam, tidak ada yang menyenangkan, tidak ada yang memberi warna pada kehidupannya, i...