Kebersamaan Aza dan Juna makin erat tiap harinya. Ibu Asri sudah menganggap Juna sebagai seseorang yang dekat. Karena tak jarang, ia akan meminta bantuan pada Juna entah memindahkan lemari, mengangkat sofa, diantar ke pasar dengan mobil. Ini agak berlebihan sih, tapi ini hanya dilakukan saat suaminya tidak ada dan sibuk kerja, dan Dafa yang masih tidur, kebetulan Juna tiap minggu ke rumah mereka. Bermain sama Aza. Dan ia harus membeli bahan-bahan dapur untuk menyetok sampai seminggu. Dan ada manfaat lebihnya juga, orang-orang disekitar sini agak segan melihatnya karena banyak berembus gosip bahwa ia punya menantu kaya.
Pak Seno juga tidak terlalu keberadaan lagi dengan keberadaan Juna. Ia jadi punya teman mengobrol saat minum kopi atau menghisap rokok di teras. Hanya Dafa masih memberi tatapan permusuhan dan Yuna yang menganggap keberadaan Juna tidak ada.
Pertemanan yang pernah digaungkan itu bahkan lebih erat dari apapun. Seiring kedekatan antara Juna dan Aza. Dan sifat Juna yang makin banyak menunjukkan perubahan. Ia menjadi sosok yang tak pernah dibayangkan Yuna sebelumnya.
17 maret 20xx
"Aza nggak mau mandi."
"Kenapa? Kamu mau mandi pakai air hangat?"
"Bukan. Ada kecoak di kamar mandi. Aza takut."
"Om Dafa tolong..."
Dafa menggeleng. Ia langsung mengusap lehernya, "Untuk yang ini Om nggak bisa."
"Jadi gimana Aza mandi? Ibu juga takut."
"Bukan takut tapi jijik."
"Itu Om Juna paling berani." Tunjuk Dafa pada Juna.
Juna sontak meneguk ludah.
"Om tolongin Aza."
"Baik, Om tolongin. Di kamar sini ya."
"Iya, Om."
"Cuman satu kan Aza?"
Kali ini Aza diam.
"Ini." Yuna menyerahkan penyemprot pembasmi kecoak.
"Terima kasih."
Juna membuka pintu kamar mandi. Dan rona merah di pipinya langsung terkuras. Rasa mual bercampur geli tak kasat mata menggerayangi lehernya. Ia bisa membayangkan bagian terburuk dari ini, saat kecoak itu terbang dan hinggap di tubuhnya. Dan ia juga tau, penyebab diamnya Aza. Ternyata bukan hanya satu, tapi ada belasan kecoak atau sekitar dua puluh lebihan yang tak sanggup ia hitung.
Tangannya yang menggenggam penyemprot nampak gemetar saat mengarahkan ke beberapa kecoak yang berkumpul. Ia berdoa di dalam hati. Seumur-umur ia belum pernah melakukan ini bahkan untuk melihat bentuk kecoak secara nyata saja baru sekarang. Hidup kaya membuatnya tak harus melihat dan berurusan dengan hal-hal membuatnya muntah.
Tapi, ini demi anakmu Juna!
Ketika uap gas itu keluar dan mengenai kecoak yang berkumpul itu. Sontak beberapa dari mereka terbang. Dan Yuna, Aza dan Dafa langsung tancap lari keluar kamar. Sementara Juna tetap menetap seperti kakunya patung saat salah satu dari kecoak itu hinggap di belakang lehernya. Dengan kaki-kaki kecil merayapi kulit telanjangnya. Ia ingin berteriak tapi ini rumah orang. Dan tidak mau dicap lemah oleh anaknya sendiri. Jadi, ia menutup mata. Mengunci rapat giginya. Menyingkirkan kecoak ditubuhnya dengan tangan sendiri. Kemudian menyemprot ke segala arah.
.
.
.Pintu kamar terbuka. Muncul Juna dengan wajah pucatnya.
"Om nggak apa-apa?"
Juna hanya merespon dengan gerakan tangan, "Om pulang ya."
"Hati-hati Om."
Juna pulang. Dafa dan Yuna memeriksa kamar mandi.
"Wow, bersih. Bagaimana dia melakukannya?"
Yuna diam.
"Om mau mandi juga sama Aza?"
"Aza kan sudah besar. Mandi sendiri dong." Dafa memberantaki rambut Aza dengan gemas.
***
Sementara di rumah Juna. Juna tengah mendekam di toilet. Tengah mengeluarkan isi perutnya.
"Aku tidak tau kalau ada orang yang khilaf mau melakukannya Jun."
"Oh diamh...ughhhh..." Suara muntahan terdengar lagi.
"Sudah berapa bulan Jun?"
***
27 Januari 2020Mmm... Maaf sudah hilang tiga hari dan nggak nepati janji. Sebenarnya kemarin-kemarin pengen memperbaiki cerita ini dan nabung chapter lagi. Bila perlu sampai tamat. Tapi kayaknya belum bisa. Dua hari kemarin sibuk, kemarinnya lagi badan aku meriang. Dan kayaknya sekarang antara demam dan cuman panas. Tapi, nggak taulah. Lihat nanti aja ya.
Ini cuman sekedar pemberitahuan takut nanti aku tiba2 ngilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga tahun [End]
Художественная прозаWaktu memang adalah hal menakutkan di dunia ini. Tak memandang pangkat, derajat, kekayaan, dan status. Ia akan terus berjalan. Tanpa diminta atau bisa dihentikan. Dan manusia pun bisa berubah karenanya. Sebelum tiga tahun dan setelah tiga tahun. Buk...