DENY
Akhirnya, ia menyetujui ajakan Karina melalui email. Hanya Tuhan yang tahu betapa berdebar jantungnya menunggu balasan gadis itu. Setelah kurang lebih satu jam, balasannya datang dengan sangat formal dan sopan. Mengatakan bahwa ia akan menunggunya di Plaza Senayan pada pukul 10 pagi karena acaranya dimulai jam 11 siang.
Oleh karena itulah, ia sekarang berdiri di kamarnya, memeriksa tampilannya yang mengenakan stripe t-shirt, black jacket dan slim-fit washed grey jeans.
Apakah ia terlihat terlalu formal? Terlalu berlebihan? Mungkinkah harusnya ia hanya memakai kaos dan celana pendek? Deny bertanya berulang-ulang di pikirannya.
Setelah menghela nafas berulang kali di depan kaca, ia akhirnya berhasil meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia sudah terlihat presentable.
Ketika keluar kamar ia cukup terkejut mendapati Diny di ruang makan, sedang melamun sambil bermain dengan sereal fruit loops-nya. Deny mengumpat dalam hati, semestinya di hari Sabtu Diny hanya akan bangun ketika lapar di jam makan siang, tidak biasanya Diny bangun sepagi ini. Jika, Diny mengetahui kemana ia pergi hari ini, Diny tidak akan berhenti membahasnya hingga seminggu bahkan sebulan ke depan.
"Keajaiban banget kamu udah bangun sepagi ini, Din..." ucapnya berusaha tenang.
Diny terlihat seperti orang bangun tidur yang kehilangan gairah. Ia menatap Deny dengan lesu. "Kepikiran masa lalu yang terlalu menyediahkan untuk diingat. Lagipula aku harus ke kantor kayaknya..."
Mendengar itu Deny ternganga, "Kamu ke kantor? Di hari Sabtu? Apa aku enggak salah dengar?" Deny menghampiri Diny dan menyentuh kening saudara kembarnya itu, yang langsung ditepis dengan wajah cemberut oleh Diny.
"Ya, apalagi kalau bukan karena CFO tersayang kita itu! Dia nyuruh dokumen tim datang untuk filing bukti-bukti pembayaran yang baru datang kemarin!" seru Diny sambil menusuk-nusuk mangkok fruit loops-nya dengan sendok.
Deny menepuk kepala saudari kembarnya dan berkata, "Enggak apa-apa-lah. Kapan lagi kamu kerja di hari Sabtu," ucapnya dengan senyuman mengejek.
"Aku bukan workaholic kayak kamu Deny!" serunya, wajahnya tetap cemberut. Tetapi, seketika raut wajahnya berubah ketika melihat penampilan Deny. "Speaking of which... kamu mau ke mana? Keren banget..."
"Kerja," sambar Deny cepat dan mengalihkan pandangannya.
Diny nyengir lebar, "Kamu tahu kalau kamu enggak akan bisa bohongin aku atau nyembunyiin sesuatu dari aku, Den. Sebelum aku kitikin mendingan kamu bilang," ucapnya, memainkan dua alisnya. Wajahnya jadi mirip Margaery Tyrell ketika sedang menyeringai.
Deny tidak menghiraukan cecaran Diny dan melengos pergi, "Aku pergi dulu..." Deny jadi tambah salah tingkah.
"Ooo, rupanya sesuatu yang berkaitan dengan Karina, ya?" Diny tambah menggoda saudara kembarnya itu dan sukses membuat Deny menghentikan langkahnya.
"You just can't get over it, can you?" Deny menghela nafas dan meletakkan tangannya di pinggang, ia benar-benar menyerah dengan intuisi adik yang hanya dipisahkan selisih 7 menit itu.
Seketika Diny meletakkan sendoknya hingga susu di sereal-nya terpercik dan bersorak. "Oh, my God! So, this is your first date! We're so going to celebrate it!"
Pandangan mata Deny mengikuti Diny yang berjingkat-jingkat mengambil red wine di salah satu lemari dapur. Ia memutar bola matanya. "Diny... Diny..." panggil Deny, namun yang bersangkutan tampaknya terlalu bersemangat sehingga tidak mengacuhkan panggilan itu. "Diny, ini masih jam 9 pagi, we don't need wine. Aku pergi dulu. Bye!" Dan, tanpa mempedulikan Diny yang cemberut karenanya, Deny langsung meluncur pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Come True
Romance[COMPLETED] Dua cerita cinta... Ada yang gila kerja dan penuh penyangkalan jika sudah menyangkut soal cinta. Ada yang menganggap cinta adalah petualangan hingga menyakiti dirinya sendiri. Kenapa emosi yang bernama cinta harus serumit ini?