DENY
Acara gathering itu sangat menyenangkan untuk Deny. Ia larut dalam diskusi, obrolan dan bahkan ikutan bermain board game Game of Thrones. Jangan bertanya kenapa Deny yang biasanya tertutup menjadi seperti itu karena ia sendiri tidak menyangka. Mungkin karena ia merasa nyaman, seperti halnya ketika ia mengobrol dengan Nicky tentang Star Wars. Dan, yang terpenting, tidak ada yang melihatnya dengan tatapan aneh atau tatapan menghakimi. Di sini tidak ada yang tahu kalau ia adalah direktur dari salah satu perusahaan minuman terbesar di Indonesia. Di gathering ini ia hanyalah salah seorang warga dari Westeros yang membenci King Joffrey.
Selain itu, Karina bahkan bisa mengobrol dengannya seperti teman, bukan atasan dan bawahan. Mereka tertawa ketika mendegarkan candaan tentang hubungan Cersei dan Jamie Lanister atau sama-sama bersimpati ketika mendengar cerita ironis klan Stark. Perlahan Karina juga sudah bisa menggunakan "kamu" sebagai pengganti "anda". Intinya, Karina begitu menyenangkan dan itu membuatnya ingin mengenal Karina lebih jauh.
Membuatnya ingin tahu apa yang sebenarnya ia rasakan terhadap gadis itu dan sedalam apa rasa itu.
Lalu, seperti yang Diny sampaikan melalui pesan LINE-nya, begitu acara berakhir sekitar pukul 5 sore, ia menawarkan Karina makan malam.
Atau, setidaknya berusaha untuk menawarkan.
"Terima kasih buat hari ini," ucap Deny ketika mereka mengucapkan salam perpisahan kepada penduduk Westeros yang lain. Mereka kemudian berjalan beriringan perlahan-lahan.
"Justru saya yang berterima kasih sudah ditemani," balasnya, tersenyum kepada Deny. "Saya jarang banget punya teman yang mau menemani saya ke acara seperti ini, mereka lebih suka berbelanja daripada ngomongin serial TV berdarah-darah," lanjutnya dengan kekehan kecil.
"Yeah, I know that feeling. Kebanyakan relasi saya juga lebih suka ngomongin bisnis. So, this is refreshing. Thank you..." tambahnya lagi. Karina membalas dengan anggukan. Menyadari suasana yang sedang tepat, akhirnya Deny memberanikan untuk bertanya, "Oh, ya kamu habis ini masih ada acara?" tanyanya, jantungnya berdegup dengan cepat.
Karina terdiam, sedikit terlihat canggung, tampaknya ia mengerti arah pertanyaan Deny. "Enggak ada, sih. Tapi, eng, kamu mau makan malam bareng saya? Kebetulan saya lagi pingin banget makan di situ, sih. Tapi, tempatnya mungkin enggak sesuai dengan selera kamu."
Ini di luar dugaan Deny.
Kenapa jadi Karina yang menawarinya makan malam? Baiklah, sekarang apa yang harus ia perbuat. Menolak? Atau, apa? What's the plan, Deny?
Tidak. Tidak seharusnya ada rencana dalam hal ini. Ini hanyalah makan malam, bukan perencanaan strategi bisnis.
Akhirnya ia mengangguk, "Selama tempatnya enggak di luar Jakarta, I'm cool with that," ujarnya, mencoba sewajar mungkin, padahal gugup setengah mati. "Kalau tempatnya di luar mall, kita bisa pakai mobil saya."
"Oke.." Karina tersenyum lagi, ini entah kesekian kalinya Deny melihat senyum yang membuat Karina terlihat seperti anak kecil itu.
"Tapi, kalau tempatnya enggak sesuai selera kamu, jangan marah, ya..." kekehnya.
Meskipun ingin marah, sepertinya tidak akan bisa jika kamu terus tersenyum seperti itu, pikir Deny.
***
Pasar Santa. Pasar yang dulunya terkenal hanya untuk jual sayur mayur dan daging-dagingan ini sekarang jadi tempat nongkrong anak muda, khususnya dari daerah selatan Jakarta. Sekarang Deny berada di tengah-tengah pengunjung yang kebanyakan tampaknya masih mahasiswa. Sayangnya, banyaknya pengunjung membuat sirkulasi udara terasa kurang lancar dan itu diperparah dengan asap makanan yang bercampur dengan asap rokok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Come True
Romans[COMPLETED] Dua cerita cinta... Ada yang gila kerja dan penuh penyangkalan jika sudah menyangkut soal cinta. Ada yang menganggap cinta adalah petualangan hingga menyakiti dirinya sendiri. Kenapa emosi yang bernama cinta harus serumit ini?