Rumah Junior

36 7 1
                                    

" Kenapa diem aja woy? Pake mangap-mangap lagi tuh mulut. Mikirin apaan?" Chika mengusap peluh yang mengucur di pelipis. Pelajaran olahraga di bawah teriknya matahari membuat dirinya berkeringat dan lelah.

" Bagi minum dong. Capek gue." Kayanna menyambar minuman dingin yang baru saja dibeli Chika dengan penuh perjuangan-tentunya dengan berdesak-desakkan di kantin-menyalip antrian dan mendapat amukan dari siswa lain.

" Eh, punya gue!"

" Minta dikit. Gue capek banget."

Chika mendecih, " Capek dari Hongkong? Lo kan cuma duduk-duduk aja di pinggir lapangan. Mana ada capeknya."

Kayanna merasakan adanya mata air segar yang mengalir di tenggorokannya yang gersang. " Gila, seger banget! Makasih ya, sahabatku tersayang..."

" Halah, lo gitu kalau ada maunya."

" Kok lo tau? Hehe..."

Chika merebut kembali minumannya dari tangan Kayanna. " Lo kenapa sih akhir-akhir ini suka ngelamun. Hobi baru ya?"

" Gak tau." Kayanna mengangkat bahu-tidak menganggap serius pertanyaan Chika.

" Lama kelamaan lo bisa kesambet tau gak?"

" Kagak." Jawab Kayanna seadanya. Tangannya berusaha menggapai minuman dingin milik Chika.

" Heit! Apa-apaan lo? Beli lagi sana. Gue juga haus tau!" Chika memukul punggung tangan Kayanna cukup keras.

" Males ah. Pelit amat jadi orang. Jangan pelit-pelit nanti gak ada yang suka." Kayanna mengelus-elus tangannya yang memerah.

" Terserah."

Drrtt... Drrtt...

" Siapa tuh?" Tanya Chika berbarengan dengan bunyi telepon dari ponsel milik Kayanna.

" Mana gue tau."

" Ya lihat lah. Gimana sih, Kay?"

" Males ah. Ntar juga berhenti sendiri." Kayanna membetulkan jepit rambutnya yang merosot.

" Jawab teleponnya, Kay. Berisik tau gak?"

" Iya, iya. Bawel lo."

Glek. Kayanna sudah melihat nomor siapa yang tertera pada layar ponselnya. Nomor tak dikenal itu lagi yang tertangkap oleh kedua manik Kayanna.

" Gue gak mau ngangkat." Kayanna memalingkan wajahnya yang merah ke sembarang arah. Yang penting ponsel itu jauh dari penglihatannya.

" Lah, kenapa?"

Kayanna menunjuk menggunakan sudut matanya. " Tuh, lo lihat aja sendiri. Males gue ngangkatnya. Gak penting."

" Nomor siapa tuh? No-mor tak di-ke-nal."

" Siapa lagi kalau bukan-"

" Kevin!" Potong Chika cepat. Bersamaan dengan itu, dering telepon seketika berhenti.

" Jangan sebut nama itu, please."

" Kenapa? Ada apa sama Kevin? Lo benci sama Kevin? Atau lo masih sayang sama Kevin? Lo kangen Kevin ya?" Chika malah semakin menjadi-jadi sehingga membuat Kayanna semakin kesal.

" Bisa diem gak sih lo? Alergi gue dengernya."

" Cie, jangan gitu sama Kevin. Dia pacar lo yang paling baik menurut gue. Beda sama pacar lo yang lainnya."

" Mantan pacar. Bukan pacar. Lagian gue cuma baru pacaran sama dia doang. Eh, sekalinya pacaran, malah berakhir dengan mengenaskan dan berujung dengan tangisan." Kayanna meninggikan sebelah sudut bibirnya.

Verruckte LiebeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang