#22

1.4K 57 3
                                    

Malam pun tiba, dan kini Anna sedang merenung di dalam kamarnya, dan hanya seorang diri saja. Karena Axell, dan Gabriel, sedang berada di dalam kamar mereka masing-masing.
Tapi tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu dari luar kamarnya, sehingga membuatnya langsung tersadar, dari lamunannya. Ia pun langsung menoleh ke arah pintu, dan mengerutkan dahinya.

"Siapa?" pekiknya

"Gabriel" pekik seseorang, di luar sana.

"Buka saja, pintunya tidak ku kunci" pekik Anna kembali.

Lalu seseorang di luar sana, tak menjawab lagi. Tapi Anna melihat, pintu kamarnya yang dibuka oleh seseorang, dan itu adalah Gabriel.

"Tolong tutup lagi pintunya" ujar Anna, dan Gabriel pun langsung mengganggukkan kepalanya, dan menutup pintu kamarnya Anna.

Setelah itu, ia segera berjalan menghampiri Anna, yang sedang berdiri di dekat jendela, "Kau sedang apa?" tanyanya.

Segera Anna menggelengkan kepalanya, dan menghela nafasnya dengan kasar, "Hanya sedang melamun saja" jawabnya.

"Melamun? Melamunkan apa?" tanya Gabriel, dengan dahinya yang mengerut.

Anna pun langsung mengangkat kepalanya, dan menatap Gabriel, "Tentang hidupku, yang sekarang ini" jawabnya, yang membuat Gabriel kembali mengerutkan dahinya, "Aku merasa, aku tidak menikmati hidupku, sebagai seorang vampir" sambungnya, yang beralih menatap keluar jendela.

Dengan berat, Gabriel menghela nafasnya, dan mengusap-usap bahunya Anna, "Aku tahu, apa yang kau rasakan saat ini. Tapi semuanya sudah terjadi, nasi sudah terlanjur menjadi bubur. Namun selama aku bisa, aku akan membuat kau menikmati hidupmu, sebagai seorang vampir" ucapnya, sehingga membuat Anna, langsung menoleh ke arahnya.

"Benarkah?" tanya Anna, dan Gabriel.langsung menganggukkan kepalanya, "Apa itu berarti, kau akan selalu menemaniku?" ucapnya.

Sebuah senyuman pun, langsung terukir di wajahnya Gabriel. Lalu ia berkata, "Iya Anna, aku akan selalu menemanimu. Apalagi jika mengingat, kau seorang vampir yang baru lahir. Kau tidak tahu dunia luar, maka dari itu, aku harus terus menemanimu, agar kau tetap aman".

Mendengar apa yang baru saja Gabriel katakan, membuat Anna tersenyum senang. Ia merasa bersyukur, karena dapat bertemu, dan mengenal Gabriel, yang mempunyai sikap, jauh berbeda dari Count.

"Ternyata kau memang baik ya. Tapi mengapa, saat awal-awal kita kenal, kau malah terlihat dingin dan cuek?" ucap Anna, dengan dahinya yang mengerut.

Gabriel pun menghela nafasnya, dan memalingkan pandangannya ke depan, "Sebenarnya, itu memang sifat asliku, dingin dan juga cuek. Tapi setelah lama kita kenal, aku merasa tidak bisa, bersikap seperti itu padamu. Apalagi sekarang ini, di mana kau selalu membutuhkanku" ucapnya, yang kemudian menatap Anna, dengan dalam.

Segera Anna memalingkan pandangannya dari Gabriel, dan mengulum bibirnya. Namun ia hanya terdiam saja, tanpa berkata apa-apa.

Karena melihat raut wajahnya Anna, Gabriel pun berkata, sambil memegang bahunya Anna, "Sudah tidak usah dipikirkan, ayo kita cari makan saja. Atau kau ingin kucarikan saja?".

Dengan cepat, Anna menggelengkan kepalanya, dan menoleh ke arah Gabriel, "Tidak usah, aku ikut saja bersama denganmu" jawabnya.

"Baiklah, kalau begitu ayo kita cari makan" ujar Gabriel, sambil menatap ke depan.

"Ayo!" jawab Anna, yang terlihat begitu bersemangat, sehingga membuat Gabriel, langsung menoleh ke arahnya, dan menatapnya dengan heran. Karena melihat raut wajahnya Gabriel, Anna pun berkata, "Kenapa? Apa ada yang aneh denganku?".

"Tidak ada, hanya saja kau terlihat lebih bersemangat, dari sebelumnya" jawab Gabriel, sambil menggelengkan kepalanya.

"Itu kan karena dirimu" ucap Anna, sehingga membuat dahinya Gabriel, jadi mengerut, "Katamu, tidak usah dipikirkan, jadi aku mencoba untuk tidak memikirkannya, dan cukup menjalaninya saja" sambungnya.

"Bagus" ucap Gabriel, sambil menggangguk pelan.

"Ya sudah, ayo!" ajak Anna, yang kemudian segera melompat, dari jendela kamarnya.

Melihat hal tersebut, membuat Gabriel sedikit terkejut, dan menggeleng-gelengkan kepalanya,"Dasar wanita itu, moodnya cepat sekali berubah" gumamnya.

Kemudian, Gabriel pun ikut melompat, dari jendela itu, dan terjun ke bawah, untuk menyusul Anna, yang sudah menunggunya di bawah sana.












To be continue. . .

Second Life [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang