petualangan

36 2 0
                                    

Jeongyeon telah mengisi dan mengumpulkan formulirnya tanpa sepengetahuan kedua sahabatnya itu. Dan kini ia menghampiri Chaeyoung dan Mina yang telah lebih dulu duduk di gazebo.

"Halo," akhirnya ada yang memecah keheningan diantara Chaeyoung dan Mina.

"Jeong, aku akan ikut seleksi bersamamu," ucap Mina membuat mereka berdua terkejut.

"Apa!?!" ucap mereka berdua.

"Aku sudah mengumpulkan formulirnya."

"Apa?!" ucap mereka bersamaan lagi.

"Tapi darimana kau..." tanya Chaeyoung terpotong.

"Aku mendapatkannya dari Sana. Ia tak menginginkan formulir itu."

"Apa kau gila? ambil dan batalkan sekarang!" perintah Jeongyeon terdengar serius.

"Apa?"

"Aku tak mau tahu, batalkan sekarang!" perintahnya lagi.

"Aku tak mengerti dirimu Jeong."

Sejak saat itu hubungan mereka berdua dengan Mina semakin memburuk. Kini mereka sudah berada di akhir semester di tahun terakhir mereka bersekolah di SMP itu. Tapi hubungan mereka dengan Mina tak kunjung membaik,dan sampai sekarang Mina tak mencabut laporan itu.

"Kau begitu gelisah. Aku berjanji akan menjaganya," ucap Jeongyeon menenangkan Chaeyoung.

"Aku tidak bisa tenang. Bagaimana aku bisa tenang jika seleksinya saja saling bunuh!" Chaeyoung begitu risau setelah mengetahui bagaimana aturan main dari seleksi para penjelajah itu.

"Chaeyoung, aku janji. Aku akan membuatnya gagal dan pulang dengan selamat," ucapnya.

"Itu mustahil."

"Percayalah padaku."

Chaeyoung memang mengangguk, tapi hatinya masih ragu. Ia membayar salah satu siswa agar menyerahkan formulir pendaftaran dan segera mengisi lalu menyerahkannya pada wali kelas.

Jeongyeon yang kebetulan berada di kantor mendengar pembicaraan Chaeyoung dan Pak Manoban selaku wali kelas sekarang ini. Dengan pikiranya yang memanas, ia berjalan keluar dan melanjutkan langkahnya untuk pergi ke kelas.

"Son Chaeyoung!" teriaknya berlari dan memberikan bogeman tepat di pipi Chaeyoung.

"Kau begitu bodoh Chaeng! Bagaimana caranya aku mengeluarkan kalian dengan selamat!" Jeongyeon berteriak dan memukuli Chaeyoung tepat di depan kelas yang sudah sepi.

"Bodoh! Aku hanya ingin kau diam, menunggunya dan menikah dengannya ketika sudah keluar!" teriaknya lagi dengan hati yang sakit. Chaeyoung tak melawan, ia pasrah menerima pukulan bertubi, tapi ia cukup terkejut dengan kalimat Jeongyeon.

"Hentikan!" teriakan Mina menghentikan aksi Jeongyeon.

Mina berjalan dengan wajah memerah menahan amarah dan menampar Jeongyeon begitu saja. Kesalah pahaman sepertinya terjadi disini.

"Aku tahu hidupmu rumit, berhentilah melampiaskannya pada orang lain, aku membencimu," Mina membantu Chaeyoung berjalan.

Jeongyeon berdiri mematung mencerna kalimat Mina baik-baik. Mengoreksi dirinya dalam diam dan berharap menemukan jawaban, tapi nihil. Air matanya lolos begitu saja menatap dua punggung manusia berlawan jenis itu semakin menjauh.

~~~

Waktu semakin berlalu, udara yang dingin menusuk telah tergantikan dengan cerahnya mentari disertai gugurnya kelopak-kelopak bunga sakura. Sebuah upacara kelulusan sedang dilaksanakan saat ini. Tapi itu seakan menjadi ucapan selamat tinggal bagi Jeongyeon. Firasatnya buruk mengenai masa depannya. Ia hanya tersenyum kecut menghadapi firasat buruk yang menghantuinya.

Hanya Masalah (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang