Pagi hampir tiba, pergerakan tubuh pria yang menjadi sandaranya berhasil membangunkannya dengan mudah.
"Kau terbangun?" bisiknya berdesis dan dijawab anggukan.
"Ayo, kita harus keluar. Mereka sudah cukup mabuk untuk tidak menyadari keberadaan kita."
Dengan perlahan membuka pintu lemari itu dan keluar perlahan. Jeongyeon sedikit kesulitan dengan kaki kanannya yang terjepit oleh Mina, tapi akhirnya mereka berhasil keluar. Mengendap bagaikan pencuri untuk keluar dari tempat tersebut.
Mereka berlari ke suatu tempat mencari keberadaan Chaeyoung. Namun nihil, hingga siang tiba mereka masih tak menemukannya. Beberapa orang berlari mengejar mencoba membunuh, tapi untungnya mereka berhasil kabur. Namun, ada juga yang malah lari ketakutan melihat mereka berdua. Setengah hari berlarian tanpa makanan atau minuman benar-benar membuat mereka tersiksa. Mereka memutuskan mengambil persedian makanan dan sejata yang telah Jeongyeon sembunyikan.
"Apa kau mencuri persediaan makanan?" tanya Mina melihat banyaknya makanan ketika Jeongyeon mengangkat kasur dari dipannya.
"Jangan menuduhku yang tidak-tidak."
"Lalu dari mana?"
"Aku sering menahan hawa nafsuku. Aku tahu apa yang akan terjadi, lebih baik kau membantuku mengemas," ucapnya menahan sakit di dadanya ketika harus membungkuk memunguti makanannya.
"biar aku yang bawa," ucapnya menggendong ransel penuh persediaan konsumsi "simpan ini, jangan sampai jauh dari jangkauanmu," sambungnya memakaikan sabuk dengan pisau dan parfum yang tergantung disana.
"Cairan apa itu?" tanyanya tak dapat menahan keingintahuan.
"Hanya pewangi dengan kandungan alkohol yang tak terlalu tinggi tapi juga tidak rendah."
"Untuk apa?"
"Aish banyak tanya sekali. Gunakan otak cerdasmu itu, kau bisa menyemprotkan pada mata orang yang hendak mencelakaimu."
Mereka melanjutkan perjalanan dengan langkah waspada. Begitu berhati-hati seakan sedang berjalan di seutas benang yang terbentang menyeberangi tebing curam nan berbahaya.
Hari demi hari berlalu, mereka masih belum juga menemukan Chaeyoung. Namun mina mendapat petunjuk melalui isi surat Jeongyeon.
'Bersembunyi atau membunuh, kau bisa menemukan jalan dimanapun itu." tulisan dari surat yang didapat Jeongyeon.
Tapi Jeongyeon tahu bahwa seleksi saat ini hanya menguji mental dan ketahanan di tempat yang begitu bebas ini. Tujuannya hanya satu, membawa Mina dan Chaeyoung keluar dari tempat busuk ini.
"Mina, ingatlah ini. Jika kau terpisah denganku, bersembunyilah di atas pohon atau di kamarku. Disana terdapat sebuah ruang bawah tanah dengan fasilitas yang lengkap. Aku mempelajarinya dari seseorang yang ku kenal. Sekarang dia sedang menjalankan misinya," pesan Jeongyeon saat mereka tengah beristirahat.
"Kita harus menemukan Chaeyoung, kita akan bersama dan bersembunyi disana. Kita akan pergi bersama, kita..." ucapannya terpotong, Jeongyeon mendekapnya dalam pelukan dan mengelus lembut rambut gadis itu.
"Tenanglah, kita akan selamat."
Sesak didadanya muncul akibat tangisan Mina. Ia merasa gagal menjadi sahabat bagi Chaeyoung maupun Mina. Kehilangan jejak Chaeyoung dan kini membuat Mina menangis dengan perasaan tidak tenang.
Tanpa disadari oleh kedua insan yang tengah melepas penat di tepi danau, seorang lelaki tengah mendekati mereka dengan pedang tajam mengarah pada mereka berdua. Semakin dekat dan sebuah senjata tajam menancap tepat pada punggung seorang pria, menembus jantung dan dadanya. Dengan segera pedang itu ditarik keluar agar sangkorban lekas menemui ajalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Masalah (?)
Fanfictionhanya fantasi belaka Terinspirasi dari film animasi pendek berjudul "the voice of distant star" yang dibuat dan dianimasikan oleh Makoto shinkai Inti cerita : petualangan bocah dan keribetan dalam hubungan BFF serta yang lainnya PS : tidak bertanggu...