Pendahuluan

4 2 0
                                    

Senja. Sepertinya itu sebuah pengibaratan yang sesuai untuknya. Ya.. untuknya manusia yang perlahan menghilang seperti ditelan oleh gelapnya langit malam. Yang hadirnya selalu ditunggu, namun tidak pernah mau menggugu. Sungguh pertemuan indah yang menyisakan sesal yang sesak. Tapi betapapun indahnya pertemuan, pasti ada kata perpisahan bukan?

"Dhis, Si Elfando kemaren pulang bareng cewe"

"Then, what?"

“Kenapa kalian bisa jadi gini sih?"

"Nggak usah bahas itu lagi.”

"Lo ga coba cari pengganti?"
"Anak ips 3, doi sering nanyain tentang lo. Doi juga minta kontak lo, gue kasih aja ya?

"GAK. Ngapain sih, endingnya juga pasti sama. Basi, Mik!" ketus Ku

"Dhis, please lah. Lo nggak boleh nutup diri kayak gitu. Lo juga harus tunjukin bahwa lotuh.. ” rayu Vania yang langsung ku potong

"Eh udah selesai kan makannya, gue mau ke Kelas." pangkasku

Peristiwa seperti itu sering kualami. Ya.. ceramah dari ketiga temanku, entah itu ceramah atau bukan tapi terkadang terdengar seperti menghakimiku. Seolah aku yang salah, tapi tak pernah ku pedulikan.

Sebelum ku kisahkan lebih lanjut, sepertinya memperkenalkan ketiga teman baikku terlebih dahulu adalah sebuah keharusan. Mereka adalah si pintar Gisca yang merupakan saingan ku dalam satu angkatan. Tapi persaingan kami sehat, tak saling menjatuhkan. Bahkan kami saling support satu sama lain dan selalu berusaha bersama.

Dari ketiganya, yang paling unik adalah Vania. Aku tidak tahu terbuat dari apa isi kepala dan mulutnya. Setiap detik selalu ada saja yang menjadi pembahasan. Penampilan Vania juga selalu kekinian, setiap akhir pekan ia selalu membeli outfit keluaran terbaru lalu bergaya bak seorang seleb di media sosialnya. Katanya, Ia bercita-cita untuk menjadi barbie. Ya, terserah Vania deh.

Teman akrabku yang terakhir adalah Mikha. Dia adalah seorang kutu buku, tapi buku yang ia baca adalah semacam buku tips menaklukan gebetan, ramalan zodiak, tips membuat mantan menyesal, dan buku-buku semacamnya. Mungkin diantara tiga temanku, Mikha lah yang paling banyak mantannya. Dan mungkin itu yang membuatnya senang membaca buku semacam itu.

Aku tidak tahu kenapa teman-temanku ini sangat aneh. Tapi biarlah, mereka mau menjadi temanku.

LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang