EPILOG

3.2K 89 5
                                    

Radja menelusuri jalan di kota Bergen ini, cuaca yang sangat dingin membuat Radja memasuki sebuah caffe di pinggir jalan. Ia memesan sebuah americano dan duduk di pojok ruangan.

Radja membuka aplikasi Instagramnya, mencari sebuah nama perempuan yang selalu saja membuat Radja tak bisa berpaling ke hati lain.

Aluna.

Bimo juga mentag namanya di kolom komentar postingan Aluna, lalu dengan cepat Radja membuka itu dan menampilkan sebuah foto dengan kata-kata.

bimbimalaskar sedep ni dja! kode euy @radjandreas

gelarfaristaaa gakuat gue gakuat @radjandreas

sagatharalubis udh jan galaw mulu

Radja membaca setiap kata di foto itu.

if love makes you hurt. just wait, because believe in love will cure it again.

Radja tersenyum membaca itu, sudah dua tahun Radja tak bertemu dengan Aluna. Ia kembali pada halaman utama dan berniat untuk meng-like postingan dari Aluna.

Waiters itu memberikan kopi yang dipesan oleh Radja.

"Tusen takk." ucap Radja tersenyum.

Mungkin bagi Radja, seperti ini terlebih dahulu adalah keputusan yang paling terbaik diantara yang baik.

Radja yang kini sudah mulai memasuki kuliahnya dengan jurusan kedokteran pun membuatnya tersenyum puas karena salah satu cita-citanya bisa terwujud. Tapi untuk memiliki Aluna, lelaki itu masih ragu. Karena jika ia pulang pun, mungkin Aluna sudah bersama Sam. Tak ada lagi kesempatannya untuk berjuang.

Tak apa, selagi Aluna bahagia. Radja akan bahagia. Radja memejamkan matanya sebentar lalu ia mendengar suara seseorang.

"Excuse me, can i shit here?" tanyanya.

Deg!

Radja membuka matanya dengan cepat, menatap perempuan di hadapannya yang tengah tersenyum lebar kearahnya.

"Hai, Kak. Gimana? Udah siap buat kita lanjutin kisah kita sama-sama lagi?" tanya Aluna.

"Lun." ucap Radja yang masih terkejut.

Aluna memperhatikan Radja dari atas sampai bawah, tak ada yang berbeda dari Radja. Hanya saja bulu-bulu halus mulai tumbuh di wajahnya.

"Boleh aku duduk?"

Radja menganggukan kepalanya.

Radja menarik nafasnya dalam. "Aku mau minta maaf, Lun. Karena udah nggak bil--"

"Nggak bilang ke aku kalo Kakak pindah kesini?"

Radja menganggukan kepalanya. "Aku takut kalo kamu makin sakit karena keputusan aku, Lun. Aku nggak sanggup liat kamu semakin terluka."

"Kak, cara Kakak salah. Tapi kita nggak usah bahas yang udah-udah, biarin aja. Kita anggap semuanya sebagai pelajaran aja." ucap Aluna.

"Aku kira kamu bakalan marah? Tampar aku misalnya?" tanya Radja.

Aluna tertawa pelan. "Apa sih, Kak. Kita udah sama-sama dewasa, bisa berpikiran lebih jernih lagi. Masalah itu nggak di selesain sama pertengkaran."

Radja ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang