1.1 Afiq Avandi Dirgantara

22 6 3
                                    

Sebuah motor vespa mulai memasuki gerbang Smk Cendrawasi. Sang ketos sekaligus murid paling teladan sudah siap untuk menimba ilmu sekaligus melaksanakan tanggung jawab sebagai ketua Osis.

Dia memang bukan dari kalangan anak-anak populer atau anak-anak dari kalangan orang berada. Dia hanyalah anak yang tumbuh dari orang tua yang hidup dengan penuh kesederhanaan. Tapi jangan salah diusia yang baru genap tujuh belas tahun dia sudah bisa mempunyai penghasilan sendiri.

Di berkati otak yang pintar dan sifat yang tidak sombong dia menjadi siswa yang populer di sekolahnya. Bahkan hampir semua warga sekolah sudah kenal siapa sebenarnya dia. Dia pun sering memenangkan Olimpiade tingkat provinsi yang berhasil membuat harum nama sekolahnya. Tak sampai di situ, dia pun dipercaya untuk menjadi ketua Osis yang masa jabatannya akan berakhir sebentar lagi.

Dan dia ingin dimasa jabatannya yang akan berakhir. Dia bisa menjadi suri tauladan bagi calon ketua Osis yang akan datang.

Minggu ini adalah persiapan untuk kegiatan MPLS siswa/siswi baru Smk Cendrawasi. Sebagai ketua Osis yang bertanggung jawab dia dituntut untuk bisa menyelenggarakan kegiatan masa pengenalan sekolah dengan lancar.

Seperti hari ini disaat murid-murid lain sedang menikmati masa liburan mereka yang hanya tersisa beberapa hari lagi, dia bahkan harus sudah masuk sekolah untuk persiapan acara MPLS.

Diruang Osis Afiq sedang fokus dengan bahan editannya untuk poster kegiatan MPLS yang akan mulai dilaksanakan besok.
Tanpa dia sadari temannya sudah masuk ruang Osis dengan mengendap-endap persis seperti maling.

Dengan mulut komat-kamit karna sedang menguyah permen karet Dava berusaha mengagetkan temannya yang sedang dalam mode fokus tersebut.

"Gue tau lo ada di belakang" Ucap Afiq dengan mata masih memandang monitor.

Decakan kesal keluar dari mulut temannya itu. "Ceilah baru juga mau dikagetin" Ucap Dava sembari menarik satu kursi yang ada di sampingnya.

"Lo itu keliatan bego dimonitor gue" Ucap Afiq dengan nada santai.

"Oh iya ya kok gue gak kepikiran yaaa" Ucap Dava bingung.

"Makanya otak tuh di bawa. Ini punya otak palah digadein" Ucap Afiq dengan nada mengejek.

"Sembarangan gue itu cucunya Albert Einstein" Ucap Dava menghalu.

"Mana ada cucunya Albert Einstein nilai matematika kok tiga" Ucap Afiq dengan menyepelekan temannya itu.

"Udah lah gue kalah kalo harus debat sama lo" Ucap Dava mengalah.

"Oh iya gimana persiapan MPLS? Aman kan?" Ucap Dava.

"Udah kok tinggal poster yang belom" Ucap Afiq.

"Keren tugas segitu banyaknya udah selesai. Cepet juga ya kerja lo" Ucap Dava.

"Udah-udah lah daripada lo ngoceh mulu. Mending sekarang lo ke percetakan terus print nih poster, abis itu pasang di gerbang" Ucap Afiq menginstrupsi.

"Okeee tapi ada komisinya kan?" Ucap Dava sembari menggesek-gesekan kedua jarinya.

"Komisi bapak lo peyang" Ucap Afiq menonyor kepala Dava.

"Dasar pelit" Ucap Dava pergi dengan nada gerutuan yang masih terdengar sampai sekarang.

☘☘☘☘

Setelah malaksanakan sholat magrib Afiq berbaring terlentang di kasur. Berusaha menenangkan pikirannya yang sedang kacau minggu-minggu ini. Jangan salah walaupun dia terkenal mempunyai otak mesin namun dia juga manusia yang bisa memiliki rasa lelah pada padatnya kehidupannya sekarang.

Hembusan angin malam melalui tirai jendela membuat Afiq terpaksa bangun untuk menutup tirai karna tidak mungkin jika dia harus tidur dengan angin malam yang dingin.

Setelahnya Afiq berjalan gontai menuju meja belajar untuk mengecek proposal apakah semua sudah beres atau belum. Meneliti satu persatu setiap kata setelahnya dia baru kembali melanjutkan tidurnya agar esok hari bangunnya tidak kesiangan.




Tbc

Halooooooo Ceritaaaa baruuu kuyyyy
Jangan lupa vote, comment, dan follow karna itu semua enggakk bayar sama sekali.

After EffectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang