disclaimer: tidak ada keuntungan finansial yang diambil dari pembuatan karya ini, yang dibuat untuk kepentingan hiburan semata.
.
.
.
.
.
(09:11:49. paris.)
Mimpi-mimpi Seulgi mungkin sedang menyelusup ke antara jalur-jalur padat di berbagai arrondissement. Di antara gedung-gedung permukiman. Menghindar dari Eiffel, melambaikan tangan pada Montmartre. Melarikan diri dari Arc-de-Triomphé.
Jongin bisa melihatnya. Jongin bisa merasakannya. Seulgi memegang sebuah mawar, muse terbesarnya, menghadap jendela kaca rumah Airbnb yang sebentar lagi harus diperpanjang sewanya itu.
Mawar itu kelihatan kesepian. Barangkali jiwanya telah terbang melayang bersama mimpi yang melarikan diri, menjauhi Paris.
Pertemuan dengan seorang perancang yang menawari Seulgi kolaborasi untuk desain motif clothing line-nya tidak berlangsung lancar kemarin. Satu lagi ketidaklancaran dalam hidup. Biasa, tapi manusia tak pernah terbiasa. Rasa kecewa selalu tahu jalan kembali, sebetapa seringnya membiasakan diri.
Musim semi Paris tidak terlihat di mata Seulgi. Luntur.
"Jangan pernah merasa cukup dengan satu mimpi."
Seulgi menoleh.
"Agar jika satu hancur, kau tidak patah hati."
#
(09:29:34. paris.)
Jongin membayangkan dunia yang lain. Waktu, takdir yang berbeda. Mungkin di masa yang lain. Masa yang tidak pernah terjadi. Gramofon, vintage dress, musik jazz yang baru naik daun. Berbagai anakronisme. Ketika Seulgi menyandarkan kepalanya di dadanya, ia memejamkan mata makin rapat. Mendengarkan gumaman Seulgi, yang sesekali diiringi oleh humming mengikuti lagu yang ia putar untuk dansa tanpa cerita ini.
"Aku akan menemui relasiku yang lain."
Lagu menyelanya.
"Aku akan mengusahakan clothing line-ku sendiri."
Hela napas.
"Kau benar. Untung saja aku punya banyak rencana lain. Plan B. Dream B."
Jongin menggenggam tangan Seulgi lebih erat. Dansa 50-an yang dibawa kembali ke masa sekarang.
"Kau masih senang berharap."
Seulgi tertawa. Agak getir. "Tentu saja. Aku bisa mencintai ribuan kali meski jatuh ratusan kali."
Jongin terlempar ke masa lalu. Tentang pengkhianatan, permainan cinta, kekecewaan dan patah hati. Seulgi adalah tokoh utama. Dirinya, antagonis. Seulgi masih bisa memaafkan. Seulgi masih menemukan jalan kembali.
Sekarang, Anna Fitzgerald. Lagu favorit Seulgi.
Jongin yang merasa luka lagi untuk Seulgi di masa lalu. Seulgi sudah tidak apa-apa, tampaknya melupakan, tetapi giliran Jongin yang patah hati atas perlakuannya di masa lampau, siap menghardik dirinya yang di masa lalu.
Seulgi bernyanyi, menarik Jongin ke permukaan. Ia menarik napas seolah-olah sebelumnya paru-parunya terisi air. Tenggelam.
Nyanyian Seulgi menegaskan pada Jongin bahwa yang sekarang adalah kenyataan.
YOU ARE READING
recital
FanfictionJongin menggenggam tangan Seulgi lebih erat. Dansa 50-an yang dibawa kembali ke masa sekarang. "Kau masih senang berharap." Seulgi tertawa. Agak getir. "Tentu saja. Aku bisa mencintai ribuan kali meski jatuh ratusan kali."