Baca yang gemes-gemes aja dulu.
Kayak lapak ini 😊
Karena beban tidak baik terus dipikul, tapi tanggalkan, agar bisa terasa ringan.Happy Reading 💜
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Seumur hidup, Hyuna tidak pernah merasa marah sebesar ini. Marah dalam artian ingin memakan orang hidup-hidup.
"Kenapa lu harus kayak gitu sama gue?" tanya Hyuna sambil bertolak pinggang, dan mengangkat dagu untuk menatap Tristan yang berdiri menjulang tinggi di hadapannya.
"Nggak ada alasan," jawab Tristan tanpa ragu, terlihat datar dengan aksi protes Hyuna sekarang.
"Ini di jalan, Na. Malu ah kalo berantem kek gini," celetuk Milea sambil menarik mundur Hyuna, tapi cewek itu langsung mendesis, dan menepis tangan Milea dari lengannya.
"Gue nggak peduli. Kakak lu udah bikin gue naik darah," tukas Hyuna dengan tegas.
"I'm going first, so you can do more drama here, Sister. See ya," celetuk Max jenuh, lalu berjalan meninggalkan mereka.
Nero hanya mengangkat bahu, lalu menyusul Max. Tinggal mereka bertiga di tengah jalan besar yang ramai.
"Mia, kita balik aja," ujar Tristan sambil menggenggam pergelangan tangan Milea, sama sekali tidak mengindahkan Hyuna yang hendak menangis.
"Nggak bisa, dong. Ini Hyuna masih di sini," tolak Milea sambil menarik tangan, tapi Tristan semakin mengeratkan genggamannya.
"Nggak apa-apa, Mia. Bener kata Tristan, kalian pulang aja. Nggak usah peduliin gue. Seperti kata Max, gue kebanyakan drama!" desis Hyuna kesal, sambil berbalik dan berjalan cepat, mengabaikan panggilan Milea padanya.
Seharusnya, Hyuna tidak perlu bersikap semarah itu, dan berakhir dengan menjadi cewek yang cengeng seperti ini. Tapi, melihat bagaimana sinisnya Tristan kepada dirinya, membuatnya kesal setengah mati.
Mengusap pipinya yang basah dengan kasar, sambil berjalan tersaruk-saruk untuk menghindari kerumunan. Niatnya adalah satu, pergi sendirian tanpa satu pun yang menemani. Biasanya, itu selalu berhasil dan memang seperti itulah, dia bisa menenangkan diri.
Sebuah cekalan erat menghentikan langkahnya, membuat Hyuna segera berbalik sambil mendesis sinis pada orang itu. "Mau ngapain ke sini? Sana pergi!"
"Harus banget yah, main kabur saat lagi marah? Nggak bisa bersikap kayak orang gede? Lu bukan bocah lagi, Na," celetuk Tristan datar.
Inilah yang membuat Hyuna menaruh harapan lebih pada cowok kampret, yang selalu PHP seperti Tristan. Setiap kali Hyuna sedang kesal, setiap kali itulah, Tristan akan menghibur dan menenangkan diri, atau menyusul dirinya. Semua itu dilakukan karena takut Hyuna akan bersikap melewati batas.
"Bukan kewajiban lu untuk terus lindungi gue, karena lu bukan kakak gue," balas Hyuna kesal. "Ngarepin jadi pacar aja, ribet banget kayak uji nyali."
"Kalo gitu, coba tanggung jawab sama diri lu, apakah lu udah bisa lindungi diri sendiri? Dengan lu main kabur kayak gini, itu tandanya cuma pengen bikin keluarga kuatir," sahut Tristan sambil menyipitkan matanya dengan tajam.
"Gue tahu jalan pulang," balas Hyuna lagi.
"Tapi nggak cukup pinter buat liat lokasi. Look around you, Dummy. Di sini bukan tempat yang tepat buat luapin kekesalan," kembali Tristan menyahut, kali ini dengan ekspresi biasa saja.
Hyuna mendengus sambil menepis tangan Tristan dari lengannya. Masih merasa kesal, dan enggan untuk bersamanya. "Dimana Mia?"
"Sama Max dan Nero. Gue suruh mereka balik duluan," jawab Tristan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untie The Knot
Romance"Mama selalu ingetin kalau jadi cewek itu kudu konsisten. Terutama soal cowok. Kalau uda yakin suka, yah ngegas aja," kata Hyuna. "Daddy selalu berpesan untuk perluas pergaulan supaya menambah pengetahuan akan dunia. Jangan dilingkup yang itu-itu aj...