1

556 53 6
                                    

Peter menatap ke pemandangan di depannya.Kota New York yang benar-benar terang dan indah.

Kota yang hidup.Peter bisa mendengar tawa-tawa para pekerja yang sedang merayakan ulang tahun salah satu pekerja, suara tawa anak kecil yang bermain dengan ayahnya.

Sedangkan dia, di atas gedung, sendirian, gelap menyelimutinya, dan tidak ada harapan.

Peter memejamkan matanya.menikmati angin menyentuh pipinya dengan lembut.memberikan sedikit kedamaian baginya.

Namun itu tidak berselang lama.Peter bisa merasakan sakit di kepalnya.seolah terkena sesuatu.

Dia menatap ke samping.sebuah kaleng cola yang sudah habis.secara reflek, dia melihat ke arah belakangnya.

Terlihat disana seorang pria disana.dia sepertinya petugas yang bersih-bersih di gedung ini, terlihat dari pakainnya.

"Apa menatapku?!"

Peter bergidik.namun dia tidak bergerak dari tempatnya.

"Pergilah pembunuh"

Peter terdiam.namun tidak lama, dia langsung bergegas pergi.dia tidak diterima sama sekali disini.

Atau mungkin, dia sama sekali tidak diterima seluruh dunia.

Kata-kata mengucapkan dirinya 'Pembunuh' sudah menjadi makanannya sehari-hari sekarang.hal ini terjadi semenjak Quentin Beck menyebar video fitnah.di video tersebut dibuat seolah dia membunuh Pria tersebut.

Dan juga dia menyebar identitasnya.

Kini, maupun Peter Parker atau Spiderman, mereka sama-sama dibenci dunia.

Peter berjalan lesu ke apartement nya.dia ingin sekali berpatroli.namun mengingat apa yang terjadi di pratoli terakhirnya membuat dia merinding.

Saat dia membantu, dia di lempari sampah, dibilang pembunuh, dipukul, dan lain-lain.tak sedikit juga yang bilang padanya bahwa dia tidak usah berpatroli lagi, mereka tidak mempercayainya.

Di kehidupan sekolahnya juga tidak baik.mungkin hanya dulu Flash yang membully-nya, kini satu sekolah.kecuali Mj dan Ned tentunya.

Setiap Flash membully-nya, mereka semua akan bilang "hati-hati Flash, bisa saja nanti kau dibunuhnya" atau "jangan cari gara-gara dengan pembunuh"

Guru memandanginya dengan berbeda.dia dikeluarkan dari klub sains di sekolahnya.tidak ada satupun yang mau berinteraksi dengannya.

Mimpi buruknya semakin parah.serangan paniknya yang semakin sering.

Peter benar-benar tidak tau apa yang harus dilakukannya.

-

"May?"

Peter menutup pintu apartment nya.tidak lupa juga menguncinya.

Dia melihat ada sepasang sepatu yang asing baginya.dengan segera dia pun berjalan menuju ruang tengah.

May ada disana.sedang tertawa dan, ada teman sekantornya yang juga tertawa.namun mereka menyadari kehadirannya.tawa mereka pun berhenti.

"Hai" sapanya canggung.May tersenyum.tapi tidak temannya.dia menatapnya tajam.

Peter pun bergegas masuk ke dalam kamarnya.saat pintu tertutup, dia menyenderkan dirinya ke pintu dan terduduk.lalu melipat kakinya dan menggelamkan kepalanya di antara mereka.

"Kau tidak takut dengannya?"

Peter berusaha untuk tidak mendengar.

"Apa?"

Itu suara May.

"Dia pembunuh. Aku tau dia keponakanmu tapi sedikit hati-hati kau tidak tau apa rencananya"

Peter semakin menenggelamkan kepalanya.dia bisa merasakan air mata keluar dari matanya.

Peter bisa mendengar suara nafas May yang terlihat ingin marah.namun temannya tersebut langsung pamit pulang.

Tangisan Peter lebih deras.isakan sudah keluar.celana jeansnya sudah basah oleh air mata.

Dia benar-benar tidak tau mau melakukan apa.

Tony meninggal.Dia tertipu ilusi beck.identitasnya terbongkar.semua orang membencinya.

Peter benar-benar putus asa.

Peter berusaha membuka matanya.dia sama sekali tidak tidur kemarin.dia menangis sampai pagi.

"Mr.Parker!" Teriak Mr.Harrington.

Peter langsung terbangun.ia lansung panik.tanpa sengaja, ia menjatuhkan  pulpennya ke kursi depannya, Betty.

Peter menggigit bibirnya.dia ingin minta tolong tetapi dia takut.tetapi dia harus memiliki pulpen tersebut.

Akhirnya Peter pun memaksakan dirinya berani, "maaf Betty, boleh ambilkan pulpennya?".

Betty tidak berbalik.dia tetap di posisinya.pura-pura tidak mendengarkannya.

Peter terdiam.memiriskan hubungannya dengan temannya.

Akhirnya Peter pun tidak mengambil pulpennya.

-

Bel pulang pun akhirnya berbunyi.Peter dengan segera keluar dari kelasnya.

Dia berlari ke gerbang.tidak memedulikan sekitarnya.bahkan dia tidak menanggapi panggilan dari Ned.

Tujuannya hanya satu.makam Tony.

Dia memegang dadanya.dadanya sedikit sakit.nafasnya tersenggal-senggal.

Dia berlari dari sekolah sampai sini. tidak ada berhenti.

Peter meletakkan bunga yang dibelinya di atas makam Tony.jujur dia tidak tau bunga kesukaan Tony, jadi dia membeli mawar merah dan kuning.mewakilkan warna Iron Man.

Ada banyak bunga di sana, menandakan bahwa tidak ada yang berhenti datang kesini.tak dikit juga gambar mural dan surat-surat.

Peter duduk.memandangi makam tersebut cukup lama.

Terakhir kali ia kesini sebelum Trip Eropa.cukup lama.

Dia melihat nama panjang Tony, Anthony Edward Stark, diukir dengan warna emas.dan dibawahnya terdapat tulisan a hero.

Tanpa disengaja, air mata Peter jatuh.namun pria itu sama sekali tidak menepisnya.

Jujur, Peter lelah.

Lelah.

Ingin ini semua berhenti.

Tekanan sosial.

Rasa bersalah.

Peter hanya ingin kembali seperti dulu.

Hidupnya yang bahagia.bersama Ned dan Mj.di bully Flash.Patroli.Makan malam dengan May.Bersenang-senang di Lab bersama Mr. Stark.

Peter ingin itu semua kembali.

Semuanya.

Apa itu mungkin?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I can't (Peter Parker)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang