#26

1.3K 53 2
                                    

Malam harinya. . . Seperti biasa, saat ini Gabriel sedang berada di dalam kamarnya Anna, dan sedang berbincang-bincang bersama.

"Anna" ucap Gabriel, yang berdiri di sebelahnya Anna.

Anna pun langsung menoleh ke arah Gabriel, dan menatapnya, "Iya, ada apa?" tanyanya, dengan satu alisnya yang terangkat.

"Apakah, yang tadi kau katakan, memanglah benar?" tanya Gabriel, sambil menatap Anna dari samping

Namun dahinya Anna malah mengerut, lalu ia berkata, "Yang tadi? Yang mana?".

"Saat kau mengatakan, kalau kau ingin menikah denganku, karena kau juga mencintaiku" ujar Gabriel, sambil memalingkan pandangannya ke depan.

Anna pun langsung terdiam sejenak, dan mendadak jadi patung. Lalu ia mengulum bibirnya, dan menatap keluar jendela, "Bukankah, kau bisa membaca pikiranku?" ucapnya.

Segera Gabriel menoleh ke arahnya, dan menatapnya, "Iya, aku memang bisa membaca pikiranmu. Tapi tentang hal itu, aku tidak bisa membacanya" katanya, sehingga membuat Anna langsung menoleh ke arahnya.

"Kenapa seperti itu?" tanya Anna, dengan dahinya yang mengerut.

Tapi Gabriel malah menggidikkan kedua bahunya, dan memalingkan pandangannya ke depan, "Aku juga tidak tahu" jawabnya.

Dan setelah itu, mereka berdua pun saling terdiam, dan tak berbicara lagi, satu sama lain, seperti sepasang orang asing, yang tak saling mengenal.





*************************





Kini, waktu sudah menunjukkan pukul setengah 9 pagi. Tapi saat ini, Anna sedang menonton televisi di ruang keluarga, dan hanya seorang diri saja. Karena Gabriel sedang berada di dalam kamarnya, sedangkan Axell, ia sedang mencuci piring-piring, dan peralatan makan yang kotor.

"Tidak ada acara, atau film yang bagus" gumam Anna, sambil memutar-mutar channel televisi, dengan menggunakan remot.

Ting tong. . .

Ia langsung menghentikan aktifitasnya, saat mendengar suara bel rumahnya, yang berbunyi. Menandakan, kalau ada seseorang yang datang. Dengan berat, Anna menghela nafasnya, dan menaruh remot televisi di atas meja. Lalu ia segera bangkit dari sofa, dan berjalan untuk membukakan pintu.

Setelah sampai di dekat pintu, ia pun langsung menghentikan langkahnya, dan memegang gagang pintu. Dan perlahan, ia mulai membuka pintunya.

"Ayah? Ibu?" ucapnya, dengan mulutnya yang menganga, saat melihat seorang pria, dan wanita, berumur 50 tahun, yang sedang berdiri di depan sana.

"Anna?" ucap wanita itu, yang langsung memeluk Anna dengan erat, "Anna, ibu sangat merindukanmu" ujarnya. Ya, itu memanglah, ayah dan ibunya Anna, dan juga Axell.

Sebuah senyuman pun, mulai terukir di wajahnya Anna. Dan perlahan, ia membalas pelukan ibunya, dan berkata, "Aku juga sangat merindukan kalian".

Namun saat memeluk tubuhnya Anna, ibunya merasa ada yang aneh, yaitu tubuh anaknya, yang terasa sangat dingin, seperti mayat. Ia pun langsung melepaskan pelukannya, dan menatap Anna, dengan dahinya yang mengerut, "Sayang, kenapa tubuhmu begitu dingin? Dan. . ." ucapnya, yang beralih menatap wajahnya Anna, "Wajahmu juga agak pucat" sambungnya.

Anna pun langsung melangkah mundur, dan tersenyum kikuk. Ia begitu terkejut, saat mendengar apa yang baru saja ibunya katakan, "Iya bu, soalnya. . ."

Belum selesai Anna berbicara, tapi Axell sudah datang, dan berjalan menghampiri mereka bertiga, "Anna sedang sakit, bu" ucapnya, sehingga membuat mereka bertiga, langsung menoleh ke arahnya.

"Kau sedang sakit, Anna?" tanya ayahnya Anna, yang kemudian beralih menatap putri semata wayangnya itu.

Anna pun langsung mengganggukkan kepalanya, dan menyunggingkan senyuman, yang terpaksa, "I-Iya yah, bu, aku sedang tidak enak badan. Ah, sedang sedikit demam saja" ucapnya.

"Benarkah? Lalu apakah, kau sudah pergi ke dokter?" tanya ibunya Anna, sambil memegang kedua lengannya Anna, dan menatap Anna dengan khawatir.

Segera Anna menggelengkan kepalanya, dan menyunggingkan senyuman, "Belum bu, tapi ini tidak terlalu parah, nanti juga pasti akan sembuh" jawabnya.

Ibunya pun, kembali memeluknya, dan mengusap kepalanya dengan lembut, "Maafkan kami ya sayang, kami terlalu sibuk dengan perkerjaan kami, sampai-sampai kami jadi mengabaikanmu, dan juga Axell" katanya.

Namun Anna tak marah sedikit pun, bahkan ia tersenyum, dan mengganggukkan kepalanya. Lalu ia berkata, "Tidak apa-apa, bu. Kami dapat memakluminya".

"Terima kasih, sayang" ucap ibunya, sambil melepaskan pelukannya. Lalu ia beralih menatap Axell, yang berdiri tidak jauh di belakangnya Anna, dan berkata, "Axell, kau tak mau memeluk ibu juga, sayang?".

Sebuah senyuman pun, langsung terukir di wajahnya Axell. Lalu ia berjalan menghampiri ibunya, dan memeluknya dengan erat, "Tentu saja mau bu, karena aku sangat merindukanmu, dan juga ayah" jawabnya.

"Oh putraku sayang, kau sudah semakin besar sekarang. Ibu dan ayah, juga merindukanmu, nak" ucap ibunya, sambil membalas pelukannya, dan menyunggingkan senyuman.

"Anna, ingin memeluk ayah juga?" tanya ayahnya, yang berdiri di belakang ibunya.

Anna pun langsung mengganggukkan kepalanya, dan berhambur memeluk ayahnya, "Tentu saja yah, karena aku sangat merindukanmu" jawabnya.

Segera ayahnya membalas pelukannya, dan berkata, "Ayah juga sangat merindukan, putri kecil ayah ini".

Tapi Anna malah langsung melepaskan pelukannya, dan bibirnya, yang sengaja ia kerucutkan, lalu ia berkata, "Tapi aku sudah besar, yah".

Namun ayahnya malah terkekeh, dan mengacak rambutnya Anna dengan gemas, "Iya sayang, kau memang sudah besar. Tapi di mata ayah dan ibu, kau tetap saja putri kecil kami" katanya, sehingga membuat Anna langsung mengukirkan senyuman di wajahnya.

Tanpa mereka sadari, di belakang sana, Gabriel sedang memperhatikan mereka, dengan senyuman yang mengembang di wajahnya. Ia begitu senang, sekaligus iri, melihat pemandangan tersebut, karena ia sudah tak bisa, merasakannya lagi. Sebab, ia tak tahu bagaimana kabar keluarganya, karena sudah sangat lama, ia tak datang ke negerinya, dan menemui keluarganya. Apalagi jika mengingat, kini dirinya yang sudah menjadi seorang vampir. Ia yakin, kalau keluarganya, pasti beranggapan, kalau ia sudah mati, karena dimakan oleh binatang buas, saat sedang berburu. Ya, setelah menjadi seorang vampir, ia dan vampir yang menggigitnya, pergi ke Rumania, dan tinggal di sana. Jadi, Gabriel tak pernah tahu, bagaimana kabar keluarganya, sampai saat ini.















To be continue. . .

Second Life [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang