#27

1.3K 58 7
                                    

Namun tak sengaja, ayahnya Anna melihat Gabriel, yang sedang berdiri tak jauh, di belakang sana. Ia pun langsung melepaskan pelukannya, dan berkata, "Siapa pria itu?".

Axell dan ibunya pun, langsung melepaskan pelukan mereka, dan menoleh ke belakang, "Itu, seseorang yang spesial buat Anna" jawab Axell, sambil melirik ke arah Anna, sehingga membuat Anna langsung terdiam, dan menjadi patung.

Lalu ayah dan ibunya, langsung melirik ke arah Anna juga, dan menatap Anna dengan tatapan, seperti sedang mengintrogasi. Karena melihat raut wajah kedua orang tuanya, Axell pun berkata, "Nanti akan aku ceritakan, sebaiknya sekarang kita masuk dulu".

Dan kemudian, mereka segera masuk ke dalam, dan berjalan menuju ruang keluarga.






*************************





Kini, waktu sudah menunjukkan pukul setengah 8 malam. Dan saat ini, mereka berlima baru saja selesai menyantap makan malam, bersama-sama.

"Jadi begitu ceritanya?" ucap ayahnya Anna, sambil menaruh gelas kosong, di atas meja makan.

"Iya yah, ceritanya begitu. Jadi, Anna hampir saja, menjadi korban dari para penyembah Setan itu, kalau saja tidak ada Gabriel, yang menyelamatkannya" ujar Axell, sambil melirik ke arah Gabriel. Ya, tadi Axell telah menceritakan kepada kedua orang tuanya, tentang awal pertemuan Anna, dengan Gabriel. Namun ia sedikit mengubah ceritanya, yaitu dengan mengatakan kepada ayah dan ibunya, kalau Anna ke gereja setan itu, karena mendapat tugas dari kampusnya, untuk menyelidiki gereja tersebut. Tapi untungnya, mereka berdua percaya saja dengan ceritanya Axell.

"Jadi, kau orang Italia, tapi mengapa kau bisa berada di sana? Apakah kau tinggal di sana, atau sedang berlibur?" tanya ayahnya Anna, sambil menatap Gabriel, yang duduk di sebuah kursi, yang berada di depannya.

Gabriel pun langsung menundukkan kepalanya, dan menyunggingkan senyuman, "Aku hanya sedang berlibur saja di sana" jawabnya.

"Baiklah, lalu saya dengar dari Axell, katanya kau mencintai Anna, dan ingin menikahinya, benar?" tanya ayahnya Anna lagi. Ya, tadi Axell juga sudah memberitahu pada kedua orang tuanya, tentang niat Gabriel, yang ingin menikahi Anna.

Segera Gabriel mengganggukkan kepalanya, dan kembali menyunggingkan senyuman, "Benar om, saya memang ingin menikahi Anna, karena saya begitu mencintainya" jawabnya.

"Tapi Anna kan masih kuliah" ujar ibunya Anna, sehingga membuat yang lainnya, yang langsung menoleh ke arahnya.

"Kalau soal itu, sepertinya tidak masalah bu, Anna tetap bisa melanjutkan kuliahnya, usai dia menikah nanti" sahut Axell.

"Ayah rasa, itu bukan ide yang bagus, Axell. Setelah menikah nanti, Anna harus fokus mengurus suami, dan rumah tangganya. Kalau ia melanjutkan kuliahnya, maka fokusnya akan terbagi" ujar ayahnya Anna.

"Lalu bagaimana?" tanya ibunya Anna.

Dengan berat, ayahnya menghela nafasnya, dan menundukkan kepalanya, "Anna harus berhenti berkuliah" jawabnya, sehingga membuat yang lainnya, langsung membelalakkan matanya, "Sebab tidak mungkin, jika Gabriel harus menunggu Anna, sampai ia lulus. Karena masih begitu lama, apalagi mereka saling mencintai satu sama lain" sambungnya.

Mendengar apa yang baru saja ayahnya katakan, membuat Anna begitu senang. Karena akhirnya, ia tidak akan kuliah lagi, dan tidak akan terbayang-bayang oleh Marcel lagi, yang membuatnya jadi terus merasa bersalah.

"Baiklah, lalu kapan kita bisa bertemu, dengan keluarganya Gabriel?" ujar ibunya Anna, sehingga membuat Anna dan Gabriel, langsung terdiam dan menjadi patung.

Tapi dengan cepat, Gabriel langsung tersadar dari lamunannya, dan berkata, "Mohon maaf, tapi saya sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Karena keluarga saya, sudah lama menghilang, setelah mereka pindah ke Inggris. Maka dari itu, saya sering berlibur ke Inggris, dan mendatangi setiap kota yang berada di sana, untuk mencari keluarga saya. Tapi sayangnya, saya tidak pernah menemukannya".

Mendengar apa yang baru saja Gabriel katakan, membuat ayahnya Anna langsung menggangguk paham, dan jadi merasa kasihan pada Gabriel, karena rupanya ia hidup sebatang kara. Lalu ia berkata, "Kasihan sekali dirimu, Gabriel. Pasti rasanya begitu sepi, ya?".

Segera Gabriel mengganggukkan kepalanya, dan tersenyum sedikit kikuk, "Ya begitulah, tapi inilah hidup, harus terus kujalani, sampai tiba saatnya, dan selesai" ucapnya.

"Kalau begitu, setelah kalian menikah nanti, sebaiknya kalian tinggal di rumah ini saja, agar Axell tak kesepian" ujar ibunya Anna.

"Tidak usah bu, mereka kan harus memulai hidup baru, dan menjalaninya bersama. Aku tak mau, jika keberadaanku jadi mengganggu kenyamanan mereka, nanti mereka jadi tak bebas, untuk melakukan segala macam hal, jika ada diriku" sahut Axell, dengan senyuman yang mengembang di wajahnya.

Anna dan Gabriel pun langsung mengukirkan senyuman, dan menundukkan kepala mereka.

"Baiklah, kami paham. Dan lagipula, tidak mungkin jika Gabriel, harus meninggalkan rumahnya, yang berada di negaranya" ujar ayahnya Anna.

"Benar juga" ucap ibunya Anna, sambil menggangguk setuju.

Dan mereka pun terus mengobrol bersama, dan sesekali tertawa.















To be continue. . .

Second Life [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang