Gue paling nggak suka film horror yang dibuat cuma bikin yang nonton takut dan nggak bisa melakukan aktivitas sendirian di malam hari. Tambahan pula, karena rumah gue besar dan untuk saat ini cuma gue penghuninya, membuat gue bermusuhan dengan genre film yang satu itu. Dan lagi, buat apa bayar untuk nonton yang pada akhirnya akan buat kita takut sampai setengah mampus. Kan nggak asik!
"Lo jahat Bang! Huweeeeeee," Gue menangis keras. Tangan gue menutup wajah dengan jantung yang masih berdebar keras dan air mata yang serius menetes. Nggak ada lagi air mata buaya karena kali ini gue serius menangis. Bodo amat orang-orang yang lewat memperhatikan dengan tatapan tertuduh ke Genta. Cowok kejam nggak punya hati macam dia, memang pantasnya dijadiin tersangka pembunuhan.
"Ahelah. Baru si manis jembatan ancol gitu aja. Cengeng banget lo-"
Gue mendelik. Kalau muka gue udah sebelas dua belas dengan si jembatan ancol, bodo amat deh! Gue sudah nggak peduli bagaimana make up gue yang mungkin berantakan. Yang ada, gue pengen cakar-cakar Genta dan menyayatnya jadi seratus bagian.
"Iya gue emang cengeng!" Sentak gue sembari pergi dan masih sesenggukan. Dua kali gue dibuat nangis sama manusia satu itu. Gue nggak menghitung tiga kali karena di awal pertemuan memang hanya akting.
Hiks.
Mami, gimana caranya Kayara bisa hidup sendirian di rumah lagi.
Seharusnya gue nggak langsung terbuay dan mengiyakan ajakan Genta begitu saja. Murahan banget karena di studio Seni Rupa sebelumnya, Genta memang menunjukkan ruang bintang yang membuat gue terpukau. Dia memang memenuhi perkataannya bahwa mau memberikan kejutan. Ruang bintang itu memang hanya sebuah ruang dengan pencahayaan hangat berwarna jingga yang memanjakan mata dan ornamen bintang serta bulan. Gue bakalan betah berada di sana lama-lama. Di tambah musik folklore yang mengalun membuat gue semakin nyaman dan nggak ingin beranjak.
Saat itu, perasaan gue kembali meledak-ledak kepada Genta. Jantung gue berdegup kencang dengan menyenangkan. Paru-paru gue terasa penuh oleh ribuan balon yang melambung dan perut gue terasa berisikan oleh banyak sekali kupu-kupu. Gue bersandar kepada Genta dan oh, my. God! Pundaknya sungguh nyaman untuk dijadikan tempat bersandar. Gue kira, Genta memanglah Prince Charming gue.
Sekarang, gue tarik semua itu!
Genta itu, iblis!
Gue berjalan cepat sambil menunduk. Nggak peduli ketika gue harus menabrak pundak orang-orang yang berlalu lalang di Pacific Place. Gue nggak tahu harus kemana. Sendirian di rumah pun akan menakutkan bagi jiwa princess gue.
"Beybi..."
"Jangan panggil gue dengan nama norak itu!"
Genta malah terkekeh. Membuat gue semakin kesal dengan tingkahnya. Mana ada pacar yang ngeliat ceweknya nangis malah di ketawain.
"Tunggu gue!" Suara Genta terdengar menjauh. Dia mungkin tertahan sesuatu di belakang gue karena gue lancar berjalan lurus.
Bodo amat. Gue nggak mau kenal dia lagi.
Yakin, Kay?
Nggak. Gue nggak yakin.
Gue berhenti melangkah. Kembali sesenggukan di tengah mal yang pasti bakalan mengundang banyak tanya dari pengunjungnya.
"Lo takut banget ya?" Kedua tangan Genta memeluk gue. Menyembunyikan wajah gue di dada bidangnya. Dadanya terangkat dan gue bisa mendengar embusan napasnya.
"Ya ampun. Badan lo sampai gemeteran gini."
Gue masih sesenggukan. Nggak melawan ketika Genta mengeratkan pelukannya untuk sekedar menenangkan.
"Lo emang jahat Bang. Jahat banget."
***
"Gue mau balik." Gue sudah membuat permohonan serupa sebanyak sepuluh kali yang Genta tanggapi dengan jawaban 'hm, iya' namun nggak segera direalisasikan.
"Sekarang!" Rengek gue lagi.
"Hm, iya."
"Ya udah. Ayo!"
"Hm."
Gue geregetan. "Mana kuncinya! Buru buka pintunya!"
"Iya."
"Gue bisa balik sendiri."
"Hm."
"Ngapain pake acara kunci kamar segala! Jangan macem-macem!" Gue mulai kesal. "Atau gue perlu teriak?"
Genta malah terkekeh. Dia yang awalnya duduk dan menekuni laptopnya lalu berbalik. "Percuma. Kamar gue kedap suara kok." Dia menyeringai.
"Lo jangan macem-macem ya, Bang!" Gue mulai mencicit. Mundur ke belakang hingga gue yang awalnya duduk di atas kasur, sudah tersudut di kepala ranjang. Pacar gue, ehem, Genta memang nggak bisa ditebak. Gue nggak menyangka kalau dia malah bawa gue balik ke kosanya dan kemudian mendiamkan gue di dalam kamarnya sementara dia berkutat dengan laptopnya.
Gue cukup takjub dengan kamar kos Genta yang rapi dan nggak aneh-aneh. Gue kira, karena Genta itu anak seni rupa, kamarnya mungkin bakal menyimpan banyak patung ataupun kerajinan aneh atau gambar-gambar abstrak yang menyeramkan. Tetapi ternyata enggak. Dia bahkan punya kaktus lucu yang ada dipinggir jendelanya. Dilihat dari warnanya, kaktus itu pasti terawat.
"Gue nggak macem-macem kok," Genta berhenti. Satu kakinya naik di atas tempat tidur dan membuat gue mulai berpikir yang iya-iya. "Gue cuma mau satu macem aja dari, lo."
Ya ampun, Mami. Lindungi Kayara biar nggak lepas perawan, please.
Genta semakin mendekat. Kemeja flanel yang sebelumnya dia pakai untuk kencan kami sudah dilepas dan meninggalkan shirt hitam yang pas di badan. Gue bisa melihat ototnya yang menonjol dan tampak menggiurkan. Eh...
"B-bang. I-inget dosa, Bang."
Senyuman miring Genta terulas. Membuat gue semakin nggak bisa berkata-kata.
"B-bang-" Gue tersendat sementara Genta semakin dekat. Aromanya yang gue suka bahkan sudah tercium jelas oleh indra gue. Gue memejamkan mata dengan rapat. Merapal doa dan permintaan maaf kepada Mami tersayang gue.
Mam, maafin Kay kalo Kay khilaf ya.
"Bang! Ocha udah balik. Ada apa?" Suara teriakan dari balik pintu terdengar. Gue membuka mata dan melihat Genta yang cengengesan.
"Pasti otak lo udah mikir mesum, ya?" Jarinya menoyor kening gue. "Malem ini lo nginep aja di kamar Ocha," katanya sebelum dia membuka pintu dan mempersilakan Ocha masuk ke kamar bang pacar.
***
Kayara udah masuk kamar Genta, tuh.
Bwahahahahahaha.
Vote komentarnya ditunggu!Jangan lupa mampir ke Rocking dan Twirling ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMBLING
ChickLitKayara tipikal anak manja dengan parfum Les Exclusifs De Chanel. Percaya dengan fairy tale dan cinta pada pandangan pertama. Kayara telah menunggu moment love at first sight seumur hidupnya. Merasa berdebar-debar dan terbang melayang ketika melihat...