[19] Gelisah

1.8K 118 19
                                    

Bintang kembali ke rumah dengan rasa senangnya, dia kembali melihat semuanya. Rasanya semesta kembali baik pada dirinya, gadis itu bahkan sedari tadi tersenyum lebar dan sangat ceria berbeda dengan Angkasa yang malah terlihat murung di ruang tengah rumah Bintang karena semuanya sedang berkumpul disana.

"Gue seneng banget bisa liat semuanya." seru Bintang merangkul Atlan dan Galaksi yang sedang duduk berdekatan.

"Brisik, dari tadi teriak teriak terus." protes Galaksi.

"Dih, ga bisa banget apa liat orang bahagia."

"Sa, ke bukit angkasa mau ngga?" tanya Bintang menatap Angkasa yang ada di seberangnya.

"Mm... Aku ada urusan, besok ya." balas Angkasa membuat raut wajah Bintang menjadi cemberut seketika.

"Maaf, aku pergi dulu."

Setelah Angkasa pergi, mood Bintang kembali buruk. Gadis itu menghempaskan tubuhnya keatas sofa kemudian melipat kedua tanganya didepan dada, "Gitu aja ngambek." cibir Atlan.

"Diem lo, bang." timpal Bintang.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." semuanya kompak menjawab salam itu.

"Langit." teriak Bintang yang langsung berlari memeluk cowok itu. "Gue bisa liat lagi lang." ucap Bintang mengeratkan pelukanya.

"Gue seneng banget."

"Iya iya, ini gue bawain sesuatu." Langit memberikan sesuatu di tanganya ke Bintang yang ternyata adalah satu bungkus martabak telor dan martabak manis.

"Ya ampun, Langit baik bener."

"Lang, lo tau aja kita laper." sahut Galaksi yang langsung mengambil sekotak martabak itu.

"Lang, gue pengen banget ke bukit Angkasa. Pengen liat pemandangan disana." mendengar hal itu langit langsung melirik kearah arlojinya kemudian dia mendongakan kepalanya menatap kearah Bintang.

"Ayo, tapi ambil gitar dulu ya di rumah."

"Serius lo mau?" tanya Bintang dan Langit menganggukan kepalanya, senyuman Bintang kembali terukir.

Akhirnya mereka berdua menuju ke bukit Angkasa bersama. Sebelum sampai ke bukit Angkasa, Langit mengambil gitar di rumahnya dan membeli beberapa makanan dan minuman untuk disana. Hanya butuh waktu 30 menit mereka sampai di bukit itu dengan pemandangan yang cukup indah dan masih alami.

"GUE KANGEN BANGET." teriak Bintang yang langsung duduk di ayunan jaring yang terpasang disana, Bintang membuka matanya lebar-lebar menatap kearah pemandangan kota di sore hari itu.

"Lo sering kesini ya sama Angkasa?" Langit ikut duduk di samping Bintang, cowok itu memangku gitarnya sembari merapikan rambutnya.

"Udah jarang."

"Tapi serius deh lang, Angkasa berubah." balas Bintang mulai mencurahkan isi hatinya.

"Dia ngga berubah, lo cuma nemuin sisi lain dari dirinya."

Bintang menghela nafasnya lelah, gadis itu hanya bisa menatap kearah pemandangan di depanya sedangkan Langit mulai memetik gitarnya membawakan beberapa lagu untuk menemani waktunya di sore hari itu.

Kau yang singgah tapi tak sungguh
Kau yang singgah tapi tak sungguh
Ku kira kau rumah
Nyatanya kau cuma aku sewa
Dari tubuh seorang perempuan
Yang menintaku untuk pulang

Alunan lagu Ku kira kau rumah mengalun sangat merdu dinyanyikan oleh Langit dengan suara beratnya. Langit terkejut saat tiba-tiba Bintang menyandarkan kepalanya ke bahunya.

Retain (Sekuel of Angkasa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang