Dini flashback...
Dini mengurung diri di kamarnya, entah sudah berapa kali ia mendengarkan kedua orang tuanya bertengkar. Terlahir sebagai anak bungsu dari empat bersaudara, Dini harus menjadi saksi bagaimana pernikahan kedua orang tuanya kini sudah di ujung tanduk.
Dini sebenarnya sudah lama ingin keluar dari rumah itu, ia merasa muak melihat ayahnya yang kadang membawa teman wanitanya sepulang dari kantor, dan setelah wanita jalang itu pergi, ibunya pasti akan melampiaskan emosinya dan terjadilah perang dunia ketiga di rumah itu. Suara raungan ibunya akan bercampur dengan makian kata-kata kasar sang ayah sehingga membuatnya sangat tersiksa.
Ayah Dini, Jeffry Rianto adalah seorang Wakil Direktur di salah satu perbankan yang cukup bonafid di Kota Patriot. Ia memang mempunyai kebiasaan buruk sering bermain wanita yang sudah Dini ketahui sejak di bangku sekolah.
Sementara itu, ibu Dini, Titin Herawati pada awalnya adalah seorang teller bank yang takluk oleh rayuan gombal Jeffry sehingga dengan mudah menerima lamarannya. Namun ketika melahirkan anak kedua, Titin menyadari bahwa Jeffry memang pria hidung belang.
"Cukup sudah..." Dini membereskan pakaiannya ke dalam tas dan bersiap untuk pergi. Sementara suara pertengkaran kedua orang tuanya masih terdengar hingga ke kamarnya. Kini tekadnya sudah bulat untuk pergi dari rumah.
Dini keluar dari kamarnya, ia melihat situasi ruang tengah yang berantakan. Ayahnya nampak bertelanjang dada dengan celana panjang berwarna khaki sedang bertolak pinggang, sementara ibunya sedang meringkuk di sudut ruangan sambil menangis.
"CUKUP SEMUANYA!" bentakan dari Dini membuat kedua orang tuanya berpaling kepadanya.
"Dini...?" Titin nampak panik melihat anaknya sudah membawa tas besar, seperti bersiap untuk meninggalkan rumah.
"Kamu mau kemana nak?" ia langsung menghampiri dan memegang wajah Dini. Air mata Dini jatuh tak terbendung melihat ibunya yang kini sedang meratap.
"Aku udah muak dengan semua ini bu, kenapa ibu nggak pisah aja sama pria brengsek ini," suara Dini terisak lirih, ia tidak peduli lagi dengan sikap sopan terhadap ayahnya.
"Jangan nak, jangan tinggalin ibu. Nanti ibu akan lebih stres menghadapi ayah kamu," Titin berharap Dini mengurungkan niatnya untuk pergi.
"Ibu kira aku nggak stres mendengar kalian terus berantem seperti ini?" Dini beranjak pergi, hatinya bagai teriris belati jika terus memandang wajah ibunya itu.
Dini berjalan perlahan, Jeffry hanya memandanginya tanpa berusaha mencegahnya. Sementara Titin hanya bisa menangis pasrah, ia memahami jika Dini juga mengalami tekanan batin seperti dirinya.
"Tolong ceraikan ibuku, pria brengsek!" kata-kata itu terlantar begitu saja dari mulut Dini membuat Jeffry terkejut. Seketika emosinya naik dan mengangkat tangannya untuk menampar wajah Dini.
"Tampar saja, aku bersumpah kalau kamu akan lebih sengsara dari yang pernah kamu perbuat dengan ibuku,"
Jeffry tidak jadi menampar Dini, ada perasaan yang cukup aneh ketika ia melihat tatapan mata nanar Dini yang begitu tajam, dan kata-katanya yang sangat menusuk.
Dini benar-benar melangkahkan kaki dari rumah itu, meskipun ia sendiri tidak mengetahui kemana tujuannya.
*****
"Halooo, Dini..." suara itu membuat Dini tersadar dari kenangan buruknya.
Di depan wajahnya kini ada seorang wanita berkerudung sedang melambaikan tangan. Dia adalah kawan kerjanya, Tya Kamalita yang juga menjadi pramuniaga penjual ponsel.
KAMU SEDANG MEMBACA
City Of The Damned (Nightlife Part II)
ActionSequel dari novel sebelumnya berjudul 'Nightlife', kelanjutan dari petualangan sang wartawan Andre Adisatya yang berhasil membongkar sindikat perdagangan wanita. Disarankan untuk membaca terlebih dahulu novel pertamanya agar tidak terjadi gagal paha...