Tuan Putri?

50 4 0
                                    

Kisah ini bermula saat hari pertamaku masuk sekolah. Aku sangat senang, karena impianku untuk sekolah di SMA terfavorit di kotaku menjadi kenyataan. Meski aku telah berhasil menggapai mimpi-mimpi itu. Namun, cerita, kisah, dan sejarah hidupku sama sekali tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Semua kisah-kisah itu berawal dari pertemuanku dengan makhluk yang paling menyebalkan dan juga baru pertama kalinya aku menemukan spesies makhluk seperti itu.

*******

"KRING...KRING..." Terdengar dari luar bel sekolah itu berbunyi. Nafas yang terengah-engah dan sedikit keringat membasahi keningku. Sial sekali! mengapa aku harus terlambat di hari pertamaku masuk sekolah.

"Tunggu pak!" Aku mencegah bapak satpam yang tengah menutup pintu gerbang.

"Cepat masuk neng! Acara pengenalan lingkungan sekolah akan segera dimulai." Pak Narto, satpam sekolah itu menyarankan ku sembari membuka kembali pintu gerbang yang belum tertutup dengan sempurna.


"Terima kasih pak." Demi mengejar waktu aku berlari secepatnya menuju aula pertemuan.


"Neng, tunggu neng." Dari kejauhan aku mendengar suara pak Narto berteriak memanggil seseorang. Tapi sama sekali aku tidak memperdulikannya.


*******

"Baiklah, silahkan buka buku panduan yang telah diberikan!" Suara itu terdengar dari balik sebuah ruangan yang tertutup rapat.

"Assalamu'alaikum." Aku mengetuk pintu.

Tak lama setelah itu, seseorang yang terlihat begitu tampan membukakan pintu untukku.

"Jam berapa ini? Bukankah peserta siswa baru harus datang sebelum jam tujuh? Lihat jam itu! (Menunjuk jam dinding yang berada di belakang kelas)." Pria yang kusangka akan berkata manis, ternyata berkata begitu kasar padaku.

Apalah dayaku, ini memang salahku. Huh! Mengapa aku harus menonton film-film itu sampai larut malam hingga aku bangun begitu siang.

Setelah pria itu ngomel-ngomel tidak jelas, aku langsung mencari bangku kosong untuk tempat dudukku. Sama sekali aku tidak memperdulikannya. Tapi tiba-tiba....

"Heh!, Mau kemana. Apa kami menyuruh mu duduk?" Pria itu mengomeliku lagi.

Ada juga satu pria yang duduk di sampingnya. Ia terlihat sangat angkuh. Hanya terdiam dan sedikit tertawa melihat keadaanku. Menyebalkan sekali hari ini.

"Terus apa aku harus berdiri di depan kelas?" Aku mencoba membantahnya.

"Sini, cepat!"

Aku menghampirinya dengan perasaan kesal dan mendidih.

"Kau harus menghibur kami semua! Menyanyi dan menari lah dengan anggun dan Indah." Menjijikkan sekali perkataan itu.

"Menari???" Aku tak percaya bahwa aku akan mendapatkan hukuman sebodoh ini.

"Jika kamu tidak mau baiklah, mungkin kamu ingin membersihkan seluruh kamar mandi di sekolah ini. Tuan putri." Pria bodoh! Beraninya dia memperlakukanku seperti ini.

Perasaan kesal ini tak akan padam dengan begitu mudahnya. Aku harus balas dendam pada dua pria bodoh itu. Pria bodohhhh!!

"Baiklah, mari kita sambut penampilan putri raja dari negeri seberang." Aku sudah tak sanggup lagi mendengar perkataan bodoh itu.

Semua merasa kegirangan. Mereka menyambutku dan bertepuk tangan. Mungkin ini adalah pertama kalinya aku menjadi manusia tolol.

"Bagaimana tuan putri, apakah putri sudah siap?"

"Ini akan lebih menarik jika aku mengabadikannya dalam ponselku." Satu pria yang hanya terdiam kini ikut mendukung ide bodoh ini

Tampan tapi sangat bodoh!

Sebelum aku menari semua orang telah menertawakan ku. Benar-benar memalukan.

Alunan musik mulai menuntunku menggerakkan tarian tubuh, menari dan menyanyi menuruti makhluk makhluk tidak waras itu. Semoga handphonenya rusak. Bodoh sekali, mengapa ia menyimpan lagu-lagu aneh.

Hanya kata bodoh yang pantas untuk mereka. Tampan, ya, tampan. Tapi sangat bodoh. Mungkin aku tak akan pernah berhenti mengatakan itu.

"Tuan putri yang cantik, silahkan duduk. Putri sudah menjalankan tugas dengan sangat baik." Lagi-lagi pria itu mengejekku.

"Apakah tuan putri ingin melihat video tarian tuan putri yang begitu anggun?" Pria yang merekam ku tadi. Rasanya ingin aku tampar pipinya.

Aku tak mempedulikan omong kosongnya. Bagiku itu sangat tidak berguna sama sekali. Kini waktunya aku untuk duduk dan mendengarkan apa yang ketua OSIS itu katakan. Jujur saja sebenarnya aku enggan mendengar apalagi melihat wajahnya.

"Mengapa harus dia? Dia sungguh tidak waras."

"Ada pesan dari kepala sekolah, bahwasannya hari ini pulang sedikit terlambat. Silahkan kalian beritahu kepada orang tua masing-masing." Kali ini saja pria itu berbicara dengan baik.

Saat aku hendak mengabari orang tuaku, aku terkejut saat tidak ada ponsel di sakuku. Ya Tuhan, kemana ponsel ku? Kenapa aku sial sekali hari ini.

Aku mengangkat tanganku dan,

"Maaf, kurasa ponselku terjatuh saat aku berlari menuju aula ini." Aku mencoba menjelaskan apa yang terjadi.

"Benarkah? Ini mungkin alasanmu untuk bisa keluar dari ruangan ini." Pria itu tak mempercayai ku sama sekali.

Rasanya aku ingin menjerit dan menangis sekuatnya. Tak pernah aku mengalami hal bodoh seperti ini dalam hidupku. Mungkin tadi pagi pak Narto memanggilku karena handphone ku terjatuh.

Berfikir positif membuatku menjadi lebih lega. Tapi aku masih memikirkan ibuku. Aku takut ibu bingung mencari ku.

Semoga ponselku benar-benar ada di tangan pak Narto.

Aku kenal betul dengan pak Narto karena ia adalah teman ayahku. Ia sering ke rumah untuk menemui ayahku. Tapi semenjak ayahku meninggal, pak Narto jarang main ke rumah atau bahkan sudah tidak pernah lagi. Aku benar-benar ingat kejadian 7 tahun yang lalu.

. *******

Masa orientasi sekolah sudah kujalani selama tiga hari. Dua hari lagi, aku harus tabah menghadapinya. Lagipula kenapa sih, harus lima hari? Cinta saja aku bisa mengenalnya dalam hitungan menit.

Ya Tuhan, kuatkan lah hamba-Mu ini dari godaan makhluk-makhluk bodoh yang tidak waras itu.

*****
"Qiela, bangun nak! Nanti kamu terlambat lagi." Ibu, adalah alarm terbaik yang kumiliki.

"Angga" Aku mengingat pria menyebalkan itu. Sial! Ku awali pagi ku dengan mengingat namanya.

Hari ini hari Kamis, biasanya ibuku membuat beberapa jenis kue untuk diberikan kepada tetangga. Jadi, hari ini aku sarapan dengan kue tradisional buatan ibuku.

"Qiela berangkat dulu bu." Aku berbicara sedang mulutku penuh dengan kue.

"Habiskan dulu kue di mulutmu. Tidak baik makan di jalan." Kata ibuku.

"Tangan ibu penuh dengan adonan kue, jadi Qiela gak bisa cium tangan ibu. Baiklah, Qiela cium pipi ibu saja."

Ibuku hanya tersenyum melihatku. Ia juga membalas ciumanku.

"Assalamu'alaikum, bu. Qiela berangkat." Aku meninggalkan ruang makan.

Waktu menunjukkan jam 06:40 WIB. Itu artinya dua puluh menit lagi gerbang kan di tutup. Aku segera menuju lowongan rumahku, dimana aku meletakkan sepedaku.

Sekolahku cukup jauh, jadi aku harus mengayuh sepedaku lebih kuat.

Mohon dukungannya untuk terus berkarya. Terima kasih kepada teman-teman yang juga membantu memikirkan jalan cerita.
Kelanjutan akan segera dipublikasikan.

Mohon maaf apabila ada kesalahan baik dalam kata maupun penulisan. Ini adalah cerita pertama yang saya publiskan.

~Mauludin

Tuan PutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang