Sakti berjalan di belakang seorang gadis dengan perawakan mungil namun tegas, terlihat dari sorot mata dan juga wajahnya yang tidak menampakkan kesan lembut. Rambut sebahunya nampak bergoyang seiring langkah kakinya. Gadis itu berjalan menelusuri kerumunan bandara tanpa memperdulikan adiknya yang kesulitan membawa dua koper miliknya. Yang ia butuhkan sekarang adalah tempat untuk mengistirahatkan badannya sejenak.
Pandangannya menyapu sekitar bandara yang selalu terlihat ramai. Matanya berhenti di sebuah cafe. Dengan langkah mantap yona masuk kemudian memesan kopi dan juga cake untuk sekedar menghilangkan stressnya saat tiba di tanah kelahirannya.
Baru saja yona duduk, Sakti sudah kembali membuat kepalanya pening. Penat setiba di jakarta saja belum hilang ditambah adiknya yang menggerutu tidak jelas.
"Lo pikir gue pembokat lo apa? Nih koper lo." Sakti menendang koper dihadapannya, sedangkan yona acuh tidak menggubrisnya, ia malah sibuk mengotak-ngatik ponselnya.
"Aargh! kenapa sih harus gue? Kenapa lo gak nyuruh supir aja buat jemput." Kesalnya, Sakti duduk sembari menendang-nendang kecil koper milik kakaknya. Keringat mengucur dari pelipis pria yang sekarang sedang mengibaskan kaosnya karena kepanasan.
"Adik nggak tau diri, gue kesini gara-gara siapa? Kalo bukan gara-gara masalah yang lo buat, gue gak bakalan balik sini. Ngerti lo? Masukin koper gue ke mobil. Dan lo gak usah balik sini lagi kalo cuma mau ngedumel, muak gue liat muka lo." Yona memang tidak suka basa-basi, menurutnya itu adalah hal yang menggelikan. Sikapnya yang tegas dan juga tidak suka dengan bantahan membuat Sakti kadang menjadi adik yang teraniaya.
Sakti mendengus, tanpa berucap apapun lagi, Sakti langsung membawa dua koper menuju mobilnya. Sudah jelas hatinya dongkol, bagaimanapun dirinya adalah laki-laki yang lebih kuat dari wanita, tetapi ia selalu kalah jika di bandingkan dengan kakaknya.
"Sialan, mati saja kau yona." Gumam sakti dengan geram.
Yona adalah anak pertama dari Dyo Hendrawan. Saat ini sedang menjalani bisnisnya di negeri sakura, ia tidak suka indonesia, baginya warga indonesia merepotkan. Jika bukan karena ayahnya yang meminta, ia tidak ingin kembali ke jakarta. Selain warga indonesia yang selalu ikut campur masalah orang lain, jakarta macet kemana-mana, banjir dimana-mana. Membuatnya cepat tua saja jika tidak bisa menahan emosinya.
"Ck!" Decak Yona. Ia melihat punggung adiknya yang semakin menjauh lalu hilang dari pandangannya. Ia menyandarkan tubuh lelahnya, memejamkan matanya dengan napas panjang yang baru saja ia hirup. Sejujurnya yona tidak ingin berada disini, ia sudah bahagia hidup mandiri dengan penghasilan yang lumayan untuk hidup di negeri orang. Kenapa juga selalu ada masalah yang ujung-ujungnya melibatkan dirinya.
"Adik kurang ajar." Racau yona sembari menegakkan tubuhnya kembali.
++++
Shania dan juga kedua sahabatnya sedang berbincang di taman kampus, sedangkan Veranda bersama Kinan berada di perpustakaan. Gelak tawa terdengar, sehingga beberapa orang menoleh ke arah suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paralyzed (END)
FanfictionTuhan memberikan sentuhan keajaiban pada sosok gadis bernama Veranda. Dan bagaimana takdir mempermainkan Shania adik dari Veranda yang keduanya mencintai orang yang sama. Lika-liku kehidupan dan hubungan percintaan anak manusia di uji dengan sebuah...