Tidak terasa besok pagi merupakan keberangkatan hyunjin ke jepang, jeongin sedari tadi ikut membantu sang kakak mengepak pakaian dan barang yang harus dibawa. Iris mata jeongin memandang kosong dengan tangan yang sibuk melipat pakaian, sadar akan gelagat aneh jeongin, hyunjin menghentikan kegiatannya dan ikut duduk di tepi ranjang.
Ia lambai-lambaikan telapak tangannya didepan wajah jeongin. "Hey?"
" ... Maaf kak, jeongin benar-benar bingung, jeongin takut." Sang adik dengan cekatan menggenggam kedua tangan kakaknya.
Hyunjin tersenyum lembut, di belai lembut pipi sang adik. "Tidak apa, jeongin h-harus percaya sama hyunjin, lihat? Bahkan hyunjin s-sudah tidak memperdulikan bebek-bebek hyunjin."
Betul, kakak nya yang sekarang hampir sudah 50% berbeda daripada yang sebelumnya, terapi yang hyunjin jalani bersama dokter jack di katakan berhasil, namun, untuk ikhlas membiarkan hyunjin pergi ke jepang walaupun disana bersama paman dan bibi, rasanya jeongin belum bisa, tetapi mau bagaimana, ini sudah keputusan bulat ibu nya.
Jeongin balas tersenyum. "Kakak janji? Bisa menjaga diri kakak mulai sekarang? Jangan mudah percaya dengan orang, jangan terpancing apapun demi uang ... Ibu, paman, dan bibi pasti akan memberikannya untuk kakak!"
"Dan satu lagi ... Jangan terpancing dengan perempuan, oh! laki-laki pun!"
Hyunjin tertawa renyah memperhatikan sang adik yang menggebu-gebu, ke dua pipinya itu sudah berubah warna merah bagai kepiting rebus sekarang, hyunjin tidak tahan untuk tidak mencubitnya.
"Iya-iya ... Hyunjin sekarang sudah mengerti jeongin, ciuman, pelukan hanya di lakukan untuk orang yang mempunyai hubungan."
"Maksud kakak?"
Tanpa ba bi bu lagi, di dorongnya sang adik lalu di tindih dengan lutut hyunjin sebagai tumpuan. "Hubungan seperti hyunjin dan jeongin, kakak dan adik ... Hyunjin suka jeongin."
'uhm well, kakaknya itu belum mengerti sepenuhnya' batin jeongin di iringi tawa dalam hati.
Kedua pipi putih hyunjin di tangkup, di remas-remas hingga si empunya merengek. "Jeongin sakit!"
"Kakak suka jeongin, kalau yu na bagaimana?"
"Tidak, yu na centil, yu na pelit, yu na tidak pernah memandikan hyunjin, yu na tidak suka membantu ibu, yu na-"
"Hahaha, jadi batas suka hyunjin ke jeongin hanya karena jeongin suka memandikan hyunjin?"
"Bukan ... "
"Lalu?"
Di tatap intens oleh hyunjin seperti ini mengapa dada jeongin berdetak tidak stabil? Apalagi kakaknya ini tepat diatas tubuhnya, wajah polos hyunjin beberapa detik yang lalu lenyap, yang ada sekarang hanyalah wajah pemuda berusia 20 an yang tengah menatapnya lapar.
"Kak? Berat."
Di kecup nya tengkuk jeongin tiba-tiba, tangan kanannya ikut menekan belakang kepala jeongin agar kecupannya semakin dalam sedang tangan kirinya meremas dua bongkahan kenyal milik jeongin dibawah sana.
Yang di perlakukan seperti itu tentu saja terkesiap, jeongin menahan desahan yang hampir saja keluar dari bibirnya, ke dua tangannya sibuk mendorong-dorong dada hyunjin supaya pemuda itu berangsur menjauh dari tubuhnya saat ini. Ini salah, hyunjin masih dalam terapi, tidak seharusnya berbuat seperti ini.
"Ngh- kak ... Kak hyunjin."
"Oh shit jeongin, kau cantik sekali."
Jari telunjuk hyunjin di masukan kedalam mulut jeongin yang sekarang tengah terengah-engah, jeongin mengulumnya paksa, kedua mata cantik itu mengeluarkan bulir-bulir kristal menatap hyunjin melas sedang yang di tatap menatapnya remeh dengan senyum miring tampan, ada apa dengan hyunjin?

KAMU SEDANG MEMBACA
Convivencia ❲ hyunjin ft jeongin ❳
Fanfiction( Start : 2019 December - End : 2020 July ) Bagaimana rasanya mempunyai saudara tiri yang memiliki kekurangan pola dalam berpikir dan bertindak atau kebanyak orang lebih mengenal dengan istilah autis? 一 Jeongin rasanya sudah muak. Background story ;...