Sayang aku kalian ga ada batasnya. Jadi ramein yha *kissed
Rossa mematut dirinya sendiri di hadapan cermin. Rambutnya yany berwarna keemasan ditata sedemikian rupa agar terlihat lebih rapi. Kemudian dia memilih pakaian yang paling tepat untuk pertemuan pertamanya dengan Charis.
Setelah mencari luang seharian, untuk melakukan perawatan tubuh, serta melakukan treatment pada wajahnya, malam ini dia akan bertemu dengan Charis.
Perjanjian pertemuan ini sudah dilakukan oleh asistennya sejak dua minggu lalu. Selama dua minggu ini pula, dia berkerja semaksimal mungkin untuk mendapatkan libur selama satu hari penuh.
"Lis," Rossa mempelihatkan dua buah baju yang dia pilih paling tepat untuk dikenakan pada pertemuannya nanti malam. Wajahnya berseri bangga. Dua baju tersebut merupakan keluaran Gucci musim terbaru.
Rossa yakin, Charis memiliki sense of fashion yang cukup baik. Menurut portofolio yang dirangkum Lisa dan dirinya lihat, Charis memiliki lingkungan pergaulan yang hetero. Sahabatnya Kaynan merupakan brand ambassador Gucci untuk Asia.
Sementara, temannya yang lain, Suho merupakan pengusaha yang memiliki legalitas atas distribusi barang-barang branded. Belum lagi, Yura sang kakak yang diketahui memiliki beragam merek kecantikan dan outlet pakaian wanita.
Rossa tidak mau terlihat tidak maksimal dalam pertemuan mereka. Sebagai salah satu penerus perusahaan garmen, dirinya mau terlihat memukau. Juga tidak dilupakan.
Lisa yang melihat dan menelisik pakaian yang diperlihatkan Wanda memicingkan mata. Baginya dua pakaian tersebut tidak cocok untuk dikenakan dalam pertemuan pertama mereka.
Sejujurnya, melihat kepribadian Charis dari portofolio yang dia dapatkan adalah orang yang cukup santai. Melihat Rossa yang membawa baju agak formal dan, cukup bagus untuk digunakan di sebuah pesat, Lisa merasa tidak ada satupun dari pakaian itu yang pantas.
"Menurut gue nih, nggak ada. Gue kan bilang Charis itu, orangnya santai. Kenapa nggak lo coba paiak long dress yang emang santai aja gitu. Atau setelan jeans dan t-shirt."
Rossa memutar bola matanya. "Kalai gitu nggak spesial dong Lis. Ini gue beli baju ini seminggu yang lalu. Harus nyembah-nyembah Jennie biar mau tukeran waiting list."
Lisa kemudian berdecak. Lalu dia menarik dua pakaian tersebut dari jemari Rossa. "Just listen me. Karena pertemuan ini di luar jam kerja. Pun, tidak membahas pekerjaan. Jadi, gunakan pakaian biasa aja. Jangan berlebihan," kata Lisa kemudian meletakkan lagi pakaian itu di walk in closet milik Rossa yang berada di sebelah kamar mandi gadis itu.
Rossa ikut berjalan dengan Lisa di belakangnya. Wajahnya cemberut. Kesal dengan keputusan Lisa yang sama sekali tidak menghargai usahanya tampil cantik di depan Charis. "Dia tahu fashion loh Lis. Nggak mungkin dong gue pakai baju biasa-biasa aja, nanti kalau merusak image gue gimana?"
Lisa memilih beberapa pakaian yang ada di bagian pakaian kerja. Kemudian dia, memilih di antara salah satunya. "Pakai ini aja nih," Lisa menyerahkan sebuah setelang sangat santai, yang kadang digunakan Rossa pada saat berkerja di hari Sabtu.
"Lis, yang benar aja dong. Ini baju udah gue pake lebih dari sepuluh kali. Masa gue mau pakai baju ini."
Lisa menggeleng, melipat tangannya di dada, kemudian, "Rossa, peraturan pertama dalam kencan buta adalah, berpenampilan sangat buruk. Untuk melihay sejauh apa pasangan kita tertarik atau tidak tertarik dengan penampilan yang kita miliki."
"Itu untuk orang biasa. Tapi ini gue, Rossa Kayana."
"Termasuk lo Rossa Kayanan. Peraturan ini berlaku."
YOU ARE READING
A Midsummer Nights Dream ✔
FanficWanda hanya tidak percaya pada cinta. Dia memilih melakukan apapun sendirian. Lalu Charis datang. Membuktikan cinta itu punya kekuatan magis. Tapi Wanda tidak pernah percaya. Bagi Wanda, cinta sangat menyakitkan. Bagi Wanda, cinta hanya membawanya p...