Chapter 2: Lebih Baik Kau Menyerah

12 4 0
                                    

Chapter 2




Lebih Baik Kau Menyerah




Sebenarnya aju kurang yakin apakah rencana ini akan berhasil, rencana ini hanya akan berhasil hanya jika pencuri tidak biasa itu sangat bodoh dan konyol karena menyerang targetnya tanpa pikir panjang dulu, walaupun begitu kami harus tetap melakukan rencana ini meskipun belum jelas berapa kemungkinan keberhasilannya.



"Rika kau yakin dengan ini? Maksudku apakah target kita memang sebodoh itu dengan menyerang patung lilin yang bahkan tidak bisa bergerak sama sekali," Ucap Lia.


"Kau punya ide lain?" Tanya Rika.


"Tidak, aku tidak punya ide lain," Ucap Lia.


"Maka dari itu, kita coba saja walaupun belum jelas kemungkinan keberhasilannya," Ucap Rika.


"Sejujurnya aku juga merasa kurang yakin dengan rencana ini, tapi aku sangat menghargai usahamu Rika, maka dari itu akan aku lakukan rencanamu sebaik mungkin," Ucapku.


"Terima kasih Jeamiy, jika memang rencana ini akan gagal tidak apa-apa, kita masih bisa memikirkan rencana yang baru," Ucap Rika.


"Anu... Rika biarkan aku saja yang menjadi umpan seperti sebelumnya, aku pasti tidak akan terluka lagi," Ucap Fani.


"Tidak boleh, dengarkan ini Fani, kau dan Fahri terlalu mengandalkan kemampuan regenerasi itu dan selalu mengambil posisi yang memiliki risiko tinggi serta sering membahayakan diri sendiri, kau memang bisa beregenerasi lagi dengan cepat tapi bagaimana dengan rasa sakit yang kau rasakan?" Tanya Rika.


"Rasa sakit itu memang masih bisa kurasakan meskipun regenerasi tubuhku cukup cepat," Ucap Fani.


"Akhirnya kau tahu, rasa sakit itu pasti masih terasa dan aku tak ingin orang terdekatku merasakan rasa sakit yang luar biasa lagi," Ucap Rika.



Sepertinya Lia juga memikirkan hal yang sama denganku mengenai peluang keberhasilan rencana ini dan disisi lain Fani meminta untuk menjadi umpan lagi seperti saat melawan chimera sebelumnya, namun Rika menolak permintaan Fani karena dirinya tak bisa lagi melihat teman dekatnya merasakan rasa sakit yang luar biasa sendirian. Hal yang dikatakan Rika memang benar, Fahri dan Fani terkadang membahayakan dirinya sendiri karena terlalu percaya dengan kemampuan regenerasinya, padahal meskipun regenerasinya cukup cepat namun tetap saja itu tidak dapat menghilangkan rasa sakit ketika mendapat luka.



"Fani, meskipun regenerasi tubuhmu lebih baik dari kami tapi tetap pikirkanlah keselamatan dirimu sendiri, jangan terlalu bergantung kepada kemampuan yang bisa menyambung anggota tubuhmu yang putus," Ucapku.


"Mungkin kalian memang ada benarnya, maaf," Ucap Fani.


"Tidak apa-apa, yang terpenting jangan pernah membahayakan dirimu sendiri lagi," Ucap Rika.


"Iya aku mengerti," Ucap Fani.


"Anu... Teo bisakah kau berhenti memandang patung lilin itu!" Ucap Fani.


"Ini benar-benar mirip dengan aslinya..." Ucap Teo.



Di samping itu ketika kami bertiga tengah sibuk membahas tentang rencana yang akan kami lakukan, Teo malah sedang sibuk memandang patung lilin yang mirip dengan Lia tersebut, dia duduk diam sembari sesekali menyentuh patung lilin tersebut, tingkah Teo membuat Rika geram dan memasang wajah marah.



"Dasar berandal sialan... apa kau memang segila itu sampai terpesona melihat patung lilin tersebut?" Tanya Rika dengan wajah marah.


"Rika tenangkan dirimu, biar aku yang mengurus ini," Ucap Lia.

PANDORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang