"Gue duluan ya gaes!" Seru Alina pada sahabatnya.
"Lo mau kemana? Tumben buru-buru amat," tanya Ayesha.
"Rahasia dooong," balas Alina lalu bergegas keluar dari kelas.
Sesuai ucapannya kemarin, Alina datang ke ruang latihan Gavin. Gavin memang pergi ke tempat latihan lebih dulu darinya. Alina membuka pintu dan sudah terlihat Gavin yang duduk didepan piano sambil memainkan ponselnya.
"Gavin," panggil Alina membuat Gavin mendongak menatapnya.
"Ah, udah datang ternyata."
"Pak Erdin mana? Belum datang ya?" Tanya Alina kebingungan.
"Sebenernya hari ini gue nggak latihan, libur," jelas Gavin lalu nyengir dan membuat bentuk V dengan kedua jarinya.
"Lah terus gue kesini ngapain?"
"Yakan gue udah bilang, dengerin gue main piano, Al."
Alina diam namun terlihat resah dan tidak nyaman. Ia bingung akan tetap disini atau pulang saja, mengingat perkataan Nabila saat itu. Alina juga masih Menjauhi Gavin saat ini.
"Nabila udah pulang duluan. Katanya mau kerumah Kakeknya," ucap Gavin tiba-tiba karena tahu gelagat Alina yang terlihat tidak nyaman.
Alina pun menuruti perkataan Gavin. Ia duduk di kursi yang tidak jauh dari tempat Gavin duduk. Gavin memulai permainannya dengan menekan tuts piano asal.
Ia menghela napas singkat untuk menghilangkan kegugupannya saat ini.
Kalo pengen dengerin Gavin main piano buat Alina, cek di mulmed ya guys;)
Alunan nada dari piano Gavin mulai terdengar.
Dari sini Alina dapat melihat wajah serius Gavin saat memainkan piano. Sedikit kegugupan terlihat diwajah tampannya.
Seketika pikiran Alina kembali teringat dengan perkataan Nabila beberapa hari yang lalu. Apakah ia sanggup menjauhi lelaki ini lebih lama lagi? Apakah tidak bisa ia bersama dengan Gavin seperti sebelumnya?
Tidak bisakah ia bersikap egois untuk masalah ini?
Sayangnya itu hanya pikiran Alina saja yang tidak mungkin ia lakukan.
Sampai di reff.
Seketika Alina tersenyum senang. Ia baru sadar bahwa ini adalah lagu kesukaannya.
Tidak terasa Alina memejamkan mata menikmati alunan nada dari piano yang Gavin mainkan.
Bibir Alina tanpa sadar bernyanyi pelan sesuai nada. Sesekali Gavin juga melihat Alina sambil tersenyum.
Sekali lagi, Gavin berhasil membuat Alina bahagia. Dapat dilihat dari raut wajah Alina yang tersenyum damai saat ini.
Dahi Alina berkerut samar saat mendengar suara piano yang sedikit aneh.
Alina lalu melirik Gavin yang tersenyum masam karena jemarinya tidak bekerja sama dengan baik, namun setelahnya Alina tersenyum kembali.
Permainan piano Gavin akhirnya selesai bersamaan dengan Alina yang membuka matanya.
"Itu lagu kesukaan lo kan?"
Alina tersenyum dan membalasnya dengan mengangguk kecil.
"Maaf yaa, gue tadi kacau mainnya. Grogi sih," ucap Gavin tersenyum kaku sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Kacau apanya? Udah bagus kok," balas Alina tersenyum ramah.
"Makasih yaa," imbuh Alina yang masih tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Or Bad
Teen Fiction"Gue tahu, lo sebenarnya cuma pengen perhatian gue. Bukan hati gue kan?" Ucap lelaki di hadapan Alina.