Tujuh

7 3 0
                                    

Saat ini keluarga syandra dan keluarga li berkumpul di rumah besarnya alen. Alen sangat sangat benci kalau saudara saudaranya main dirumahnya,karena sehabisnya ia yang akan memberesinya.

"Yaelah bang, cuma gitu doang mah kecil" ucap valen sombong yang mendapat cibiran dari alen.

"Songong amat si, gue juga bisa kale!" gerutu arlenia.

"Tumben belalang ga ikut main ps, biasnya dia yang paling semangat main hydro thunder" ucap raga yang sedang fokus ke gamenya.  Sementara itu, alang dengan santai minum jusnya dibangku dekat kolam renang rumah alen sembari fokus terhadap ponselnya. Melihat adanya alang disana, arlenia mendekati alang dan duduk disebelah alang, ia tiduran didekat alang dan paha alang lah yang jadi bantal.

"Lang. Ko valen makin nyolot si" cibir alen sembari memainkan kukunya.

"Keturunan bapaknya dia! Main sama belalang aja sana, gue sibuk" tukas alang tanpa menatap kearah arlenia.

"Dengan malas ia menuruni bangku nya, ia sangat tidak bersemangat sampai sampai kehilangan keseimbangan.  Ia terjatuh dari kolam renang,alang tadinya masih menghiraukannya, karena takutnya sepupunya itu hanya bohong. Setelah sekian lama arlenia benar benar tidak mengangkat tangannya lagi, alang meneriaki yang ada didalam rumah dan melempar ponselnya kesembarang tempat, ia menceburi dirinya kekolam dan membawa arlenia yang pinsan kelantai. 

Sudah banyak sekali keluarga yang datang ketempat kejadian, ada yang menangis juga ada yang panik meminta bantuan.

"Gu... Gue minta maaf len please" alang membuat nafas buatan kepada arlenia sedangkan bela memencet mencet dadanya, valen menampar nampari pipi alen pelan.  Terdengar suara ambulan diluar, syandra dan li menggotong anaknya itu keluar.

Alang menghembuskan nafas kasarnya, semuanya sudah tidak ada lagi ditempat kejadian.

"Lo ada disitu sama dia lang" tukas valen memukuli pundak alang kasar dengan mengeluarkan airmatanya dan meninggali alang sendirian disitu.  Walaupun valen sering mengejeki alen sering menjahili alen, tetapi ia mempunyai rasa peduli yang membara kepada alen, rasa sayang yang melebihi rasa sayang fir'aun terhadap kolornya.

Tiba tiba raga datang dengan raut wajah yang sangat sangat menyeramkan dari pada biasanya, mukanya memerah, urat yang ada ditangannya terlihat sangat jelas, tatapan tajamnya dan kedua tangannya dikepal sangat erat.  Raga mendorong bahu alang sangat keras, ia menggenggam erat kerah baju alang. Dan menujuk nunjuki alang.

"Lo bilang kalo lo bisa ngejagain alen!  Lo bilang kalo lo jamin keselamatan alen!  Halah tai lo!  Dari tadi lo sama alen, dan lo malah ngebiarin alen iya huh?! Lo juga kenapa kasih dia nafas buatan bego! Sadar diri lo, bener bener gabisa dipercaya lagi lo!  Bajingan!" raga menonjoki pipi kiri alang, ia juga menendang perut alang hingga terjatuh, raga ingin menonjokinya lagi tetapi bela menahannya dengan memeluk raga dan memohon ampun.

"Bang, jangan tonjok bang alang, please" isak tangis bela.

"Lepasin bela! Biar tau rasa dia!....Penghianat lo!" raga melepas pelukan bela, raga pun meninggalkan bela dan alang disana. Bela tadinya ingin ikut dengan raga, tetapi melihat alang kesakitan ia tidak tega. Bela memanggil kedua orangtua alang, dan alang pun diobati dirumahnya saja.

"Harusnya lo biarin aja bang raga habisin gue! Gue emang bajingan bel, gue penghianat!" ucap alang menangis. Bela memeluk alang dengan tulus.

"Bang, bela benci sama bang alang, tapi bela juga sayang sama bang alang" bela mengusap airmata alang dan meninggalkan alang dikamarnya.

A R L E N I ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang