8

83 58 12
                                    

"APA!!? Lo dijodohin," Kata Jay dan Icha bersamaan, Vana pun hanya mengangguk lalu menatap mereka secara bergantian.

"Iya, dan nanti malam gue bakal dilamar." Vana yang menjelaskan dengan gelisah sendiri.

"Aduh, gue tahu perasaan lo Na." Ica mengusap ngusap punggung Vana supaya Vana lebih tenang.

"Tapi sama siapa Na?" tanya Jay.

"Nah, gue juga belum tahu calon gue siapa. Hadeh." Vana memijit pelan pelipisnya.

"Lah, orang tua lo gimana sih. Masa gak ngasih tau lo siapa calonnya." Protes Jay.

"Gue juga gak tahu, gue tuh pusing tau. Gue gak mungkin bisa jadi isti yang bener." Kesal Vana.

"Gak mungkin Na, lo pasti bisa. Lagian, ini kan baru lamaran. Jadi, lo masih bisa santuy lah." Jay berusaha menenangkan.

"Iya Na, lagian kalo lo ada apa apa nantinya. Lo masih punya kita Na." Kata Ica, ia juga berusaha menenangkan Vana.

"Nah, betul itu." Timpal Jay.

"Jadi gue harus gimana? Gue takut tau." Vana menghela nafas, membuang rasa yang tak enak dihati.

"Kalo kata gue mah Na, lebih baik lo harus yakin sama diri lo." Kata Ica.

"Kalo menurut buku yang gue baca, bener tuh kata Ica." Timpal Jay mendukung perkataan Ica.

"Dih, si Mas ikut ikut an aja." Kata Ica malu malu.

"Hahha, soalnya emang bener apa kata kamu. Gini yah Na, lo harus yakin sama diri lo. Minta sama Allah, kasih jalan buat kedepannya. Kan, gimana pun orang yang dijodohin sama lo. Bakal sehidup semati sama lo." Nasihat Jay.

"Kalo nanti gue berantem mulu gimana? Gue gak mau jadi korban yang kayak diberita berita sekarang itu." Vana menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Inget yah Na, kalo lo berantem sama suami lo nanti. Jangan pernah berfikir untuk cerai!, inget pesan gue ini." Ica mempertegaskan pada kalimat 'cerai'.

"Huh, gue gak tahu gimana nantinya."

"Pokoknya Na, gue sama Ica selalu ada sama lo. Kalo lo butuh apa apa, lo tinggal bilang ke kita. Gue sama Ica pasti bakal bantu." Jay yang sudah tak tega melihat kondisi Vana saat ini.

"Bener Na." Timpal Ica.

"Makasih, kalian udah ada buat gue. Gue akan berusaha kuat untuk perjodohan ini." Vana yang berusaha tersenyum.

"Gue yakin lo bisa Na." Ica memeluk Vana.

💖

Sheva's pov
Aku tidak mengerti dengan Vita, aku tidak mengerti dengan perasaanku. Ya Allah, sebentar lagi aku akan melamar seorang gadis. Mungkin, calon istriku kelak. Tolong hilangkan perasaan ini Ya Allah. Aku mohon.

Aku masih menyetir mobil, bertujuan untuk pulang kerumah.Waktu maghrib akan tiba, jalanan Ibu kota
pada sore hari ini lumayan ramai. Kebanyakan pengendara karyawan yang melintasi jalan raya ini. Sehabis mengantar Vita tadi, aku pun langsung ingin pulang kerumah. Biasanya, aku akan mampir kerumahnya walaupun sebentar, tapi aku rasa. Aku tidak ingin melakukannya saat ini, hatiku terlanjur sakit. Entah, apa obatnya. Jika kalian tahu, kalian boleh memberi tahuku. Tapi, apakah kalian tahu?. Aku ragu pada kalian.

Sebenarnya, aku ingin memberi tahu Vita akan perihal lamaranku nanti malam. Tetapi, niat itu aku urungkan. Aku jadi tidak ingin berkata apa apa lagi setelah Vita memberi tahuku tentang perasaannya pada laki laki itu. Entah, setampan apa dia dimata Vita. Tapi, dengan penuh percaya diri. Aku yakin. Pasti, lebih tampan aku.

Secret Of Heart (Slow Update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang