BAB 5

376 46 5
                                    

"Nah udah sampai"

"Ini tempat apa?" Nial bawa gue ke sebuah rumah bercat putih dengan
pekarangan cukup besar. Di pekarangan itu ada banyak permainan kayak ayunan, perosotan, dan permainan anak-anak lainnya yang gue enggak tau namanya apaan.

"Turun aja dulu" rasa penasaran gue masih belum berkesudahan karena Nial yang sok misterius. Gue pun keluar sambil terus mengamati sekeliling gue. Enggak jauh dari tempat gue berdiri, ada papan kayu yang tulisannya hampir pudar.

PANTI ASUHAN PERMATA BUNDA

Sekarang gue tambah penasaran, kenapa Nial bawa gue ke panti ini? waktu di rumah, Nial bilang mau ajak gue ke acara temennya. Dan yang gue amati rumah panti ini sepi, walau lampunya terang-benderang.

"Yuk masuk" lamunan gue terhenti oleh suara Nial. Dia jalan di depan gue sambil bawa dua kantung plastik besar, entah isinya apa. Gue yang masih cengoh ini ngekorin dia di belakang.

"Assalamu'alaykum" kata Nial, dan enggak lama seorang ibu yang gue taksir umurnya hampir sama kayak mama keluar.

"Wa'alaykumussalam. Wah udah dateng kamu, masuk aja udah ditunggu anak-anak"

"Waah pasti mereka udah enggak sabar ya bun. Eh bun ini kenalin temen Nial namanya Alifa" gue yang merasa diamati oleh perempuan paruh baya di depan gue langsung maju, dan salaman.

"Alifa"

"Hai Alifa, salam kenal ya. Nama ibu, Rosa"

"Panggil bunda Rosa ya Lif" kata Nial, dan gue berusaha tersenyum ramah ke arah bunda Rosa.

"Kakaaaaak" dari dalam muncul anak laki-laki yang berlari ke arah Nial. Nial meletakkan kedua kantung plastik di tangannya dan meraih tubuh si anak laki-laki untuk digendong.

"Hai jagoan. Temen-temen mana?" tanya Nial antusias.

"Di dalem kak, ayooo cepetan" Nial menurunkan si anak lalu berjalan
mengikutinya. Gue yang cuma diem ini digandeng bunda Rosa mengikuti Nial, "yuk" kata bunda Rosa.

Sampai di ruang tengah gue cukup terkejut karena ternyata banyak anak-anak dengan berbagai usia berkumpul. Gue enggak tahu pasti berapa jumlah anak-anak itu yang jelas lebih dari 20 orang. Nial disambut dengan gembira oleh anak-anak panti ini. Gue terharu liat interaksi Nial dan anak-anak. Bunda Rosa mempersilahkan gue duduk di depan anak-anak bareng Nial. Berinteraksi dengan anak-anak sebanyak ini cukup bikin gue nervous.

"Nah semua... sesuai janji kakak tempo hari, kakak ke sini bawa banyak snakck dan buku gambar buat kalian. Kakak juga ajak temen kakak yang pinter gambar buat ngajarin kita semua menggambar."

"Horeee" kata mereka kompak. Temen? maksud Nial gue kan? gue yang ditatap oleh seluruh mata yang ada di ruangan ini adem panas. Malah jadi tambah grogi.

"Lif kenalin diri lo ke mereka" bisik Nial ke telinga gue. Gue otomatis tambah tegang. Gue lirik Nial, dan gue bicara dari mata gue kalo gue malu, Nial yang sangat peka ini akhirnya mengambil alih kembali situasi.

"Nama temen kakak adalah kak Alifa...ayo semua kasih salam ke kak Alifa"

"Haloo kak Alifaaaa" kata mereka bersamaan. Gue bisa lihat wajah-wajah ramah dan lugu mereka. Efek kata 'halo' ke gue tadi lumayan bikin perasaan gue yang nano-nano mulai terkondisikan.

"Hai anak-anak salam kenal yaa" kata gue akhirnya.

"Sekarang semua baris yang rapi ya, kakak akan bagikan snack dan buku
gambarnya" tanpa aba-aba lagi, anak-anak langsung baris. Gue seneng liat mereka yang sedari tadi antusias. Ini salah satu kebahagiaan yang belum pernah gue rasain. Tapi ada satu anak perempuan yang masih duduk anteng, enggak ikut baris kayak
lainnya. Pandangannya kosong menatap satu arah, tapi ada senyuman tipis di bibirnya.

Balada Cewek BerjerawatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang