1

2.4K 244 14
                                    

As Rainbow 1

Suatu kebanggaan tersendiri saat tangan kita turut andil dalam moment berharga seseorang. Apalagi orang itu adalah sahabat kita sendiri. Bisa mewujudkan impiannya sejak kecil, seperti halnya menciptakan keajaiban.

"Cantik sekali." Yamanaka Ino membelai lembut detail mutiara dalam gaun pengantin yang akan segera ia coba. Berkali-kali ia bergumam kagum dengan hasil karya sahabatnya sejak kecil itu.

"Kenapa kau tak membuatkan bajuku sejak dulu, Jidat. Menjadi desainer pribadiku mungkin?" Ujarnya tanpa mengalihkan pandangannya dari gaun berwarna peach di tangannya. Sangat sempurna, tak sabar ia ingin segera mencobanya.

"Bisa. Hanya saja--aku takut kau tak bisa membayar upahku." ucap Haruno Sakura sambil mengibaskan rambut merah mudanya.

"Ck. Dasar. Ingat ya jidat... aku adalah orang yang sangat berjasa dalam kariermu saat ini." Ino beranjak sambil membawa gaun itu ke dalam ruang ganti. Kamarnya sangat mewah dan besar. Mungkin sebesar ruang tamu milik orang biasa. Yamanaka Ino terbiasa hidup mewah sejak kecil. Sangat sulit baginya untuk tinggal di dalam rumah sempit seperti rumah sewa.

Sakura menunggu di luar karena ada asisten yang membantu Ino. Ia akan menilai saja, bagaimana penampilan si pirang dengan karyanya itu.

Berbeda dengan Ino, Sakura membutuhkan perjuangan keras hingga ia bisa menjadi seperti sekarang. Masa mudanya ia habiskan dengan bekerja keras. Memeras keringatnya demi cita-citanya menjadi seorang desainer.

Di banding Ino, Sakura jauh di bawah dari berbagai aspek. Kehidupan nyaman dan mewah, cantik dan seksi, populer, ia tak memilikinya. Apalagi kehidupan cinta yang romantis seperti Ino yang beruntung akan menikahi seorang pemuda impiannya. Seorang pelukis terkenal yang mempunyai museum terbesar ke-5 di dunia. Takdirnya lumayan bagus.

Terlahir dari keluarga yang biasa saja membuat Sakura harus bekerja banting tulang untuk sekolah desainnya. Merantau sendiri ke kota demi impiannya sejak kecil. Terbiasa hidup mandiri di tengah kompetisi hidup yang kejam. Keberuntungan berpihak padanya dua tahun yang lalu. Saat umurnya menginjak 28, karyanya mulai dikenal banyak orang berkat seorang pejabat yang memakai jasanya.

Perlahan tapi pasti, ia mampu membangun brand'nya sendiri. Membeli sebuah gedung untuk tempat usahanya, walau hanya sebatas bangunan ruko. Ia sangat bersyukur. Setidaknya ia memiliki tempat untuk memperkenalkan hasil karyanya.

Sukses di karier belum tentu sukses di aspek lain. Semua orang tak seberuntung Ino. Kehidupan di dunia ini memang sudah di atur Tuhan dengan segala rencananya. Begitu pula dengan asmara yang ia jalani, sangat tidak sinkron dengan apa yang ia capai saat ini. Sakura sangat berbakti pada orang tua. Bahkan urusan cinta-- merekalah yang mengatur, ia hanya menurut saja. Dan itu adalah kebodohan yang ia sesali hingga saat ini.

Ino keluar dari ruang ganti dengan anggun dan sempurna. Gaun pengantin dengan belahan dada rendah sangat pas di lekuk tubuhnya. Perpaduan yang sangat indah antara ciptaan Tuhan dengan karya seorang desainer yang tengah naik daun.

"Aku tau kau selalu melakukannya dengan baik." Ino tersenyum lembut. Sakura menyambut pujian itu dengan haru.

"Aku akan segera menyusul statusmu dengan memakai gaun indah ini." Gadis itu berputar. Semakin membuatnya percaya, bahwa gaun itu memang sengaja dibuat hanya untuk dirinya seorang.

"Aku masih lajang Ino, kau tau itu." Sakura tertawa sumbang. Menyadari arah mana yang akan dibawa Ino ke dalam topik pembicaraan.

"Hidupmu yang lajang...tapi statusmu tidak."

"Jangan membahasnya. Membuatku malas saja."

Ino tertawa terbahak-bahak. Sangat kontras dengan tubuhnya yang anggun. Hilang sudah wibawanya sebagai sosialita kelas atas jika ia sudah terbawa suasana secara berlebihan.

As Rainbow (PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang