Satu

37 7 1
                                    

Baiknya follow dulu sebelum membaca ya😘 akan difollback kok asal DM ya🤗



"Cha!" teriak seorang gadis yang memiliki paras yang imut dan manis menghampiri Sang pemilik nama dengan tergesa-gesa. Namanya Icha gadis polos dengan sejuta pesona pemikat bagi kaum adam. Ia siswa kelas 3 di SMA Melati.

"Eh, Sal ada apa?" tanyanya pada gadis yang memanggil setelah duduk manis di sampingnya dengan menopang wajah gembulnya. Raut wajahnya ditekuk membuat siapa pun yang melihatnya ingin mencubit pipi itu.

Sudah tidak perlu dipertanyakan lagi jika ekspresi wajah kusut itu muncul, yang pastinya seseorang telah membuatnya kesal.

"Cha, kau kenapa diam? Apa tidak berniat bertanya padaku?" Icha gadis yang memang polos langsung saja menggeleng hingga membuat sang sahabat tercintanya –Salsa mendengkus kesal. Terbukti saat ia membuang wajah dengan tangan yang dilipat di depan dada.

Tanpa rasa bersalah Icha malah tertawa dengan keras di depan wajah Salsa. Bahkan, pelupuk mata sipit itu berair karena tawa yang begitu lepas. Lagi, hanya dengkusan yang dilakukan Salsa.

"Kau ini kenapa?" tanya Salsa datar.

"Hihi, tidak apa-apa," jawab Icha diiringi tawa kecil.

"Ah! Kau tidak mau tahu kalau aku sudah pacaran dengannya?" ucap Salsa lagi kesal.

"Siapa? Rian, Kevin, Zidan, Rangga, Arjuna, Fian atau siapa?" Lagi pertanyaan itu membuat Salsa kesal. Ingin rasanya ia menjambak sahabatnya itu, akan tetapi karena gadis di hadapannya itu sangat polos ia pun mengurungkan niat.

"Bukan salah satu dari yang kau sebut," jawab Salsa berusaha bersabar.

"Lalu?"

"Radit." Singkat padat itulah jawaban Salsa. Namun, ekspresinya kembali kusut.

Kembali hening untuk beberapa saat. Akan tetapi jeritan kesal yang sudah tidak bisa Salsa taha membuat ia mengguncang tubuh Icha.

"Kau ini kenapa? Hentikan aku pusing, Sal," kata Icha namun, seolah tuli Salsa tidak mengindahkan ucapan itu.

"Akh! Salsa! Hentikan!" Dengan cepat kedua telapak tangan mungil itu menutup telinga karena teriakan Icha benar-benar akan membuat tuli.

"Kau kenapa?" Lanjutnya dengan nada biasa.

"Kau ini sahabatku atau apa? Bukanya bertanya ada apa aku kusut begini, nah kau malah diam saja. Dasar tidak peka," oceh Salsa merejuk.

"Tapi, aku harus tanya apa?"

"Ah, sudahlah tidak usah dibahas!"

Keduanya terdiam Salsa melipat kedua tangan di depan dada dengan pandangan berlawanan arah dari Icha. Sedang Icha sendiri sedang asyik membaca novel yang kemarin lalu dipinjam di perpustakaan sekolah. Benar-benar tidak peka, bukan. Bukannya membujuk sahabatnya ia malah cuek saja dan mementingkan novel itu.

"Salsa!" Suara seorang lelaki tinggi yang sedang berjalan menghampiri keduanya membuat Icha yang tadinya khusyuk dalam membaca menoleh.

Namanya Radit–kekasih Salsa yang baru beberapa hari ini. Tapi atensi gadis polos itu terus memperhatikan sosok lelaki lain yang berdiri di samping Radit. Asing itulah penilaian Icha. Ia melihat dari ujung kaki hingga  mata sipit itu menangkap papan nama bertuliskan 'Rival'

Sadar dengan tatapan Icha, lelaki itu merasa risih dan berbalik dengan pandangan berlawanan.

"Eh, Sal aku ke kelas duluan," kata Icha kemudian meninggalkan pasangan itu. Memang tidak peka, akan tetapi jika bersangkutan dengan pertemuan sepasang kekasih ia mengerti.

Berjalan dengan mata terus tertuju pada lelaki tinggi yang memiliki ketampanan luar biasa itu membuat lelaki itu kembali berbalik. Mungkin karena risih, akan tetapi justru tingkah laku itu yang membuat Icha tertawa kecil sembari terus menelusuri jalan menuju kelas.

...

"Icha, tunggu sebentar," panggil Radit berlari kecil menghampiri Icha yang hendak pulang.

"Ada apa, Dit?" tanya Icha bingung karena tiba-tiba dipanggil dan itu pertama kali.

"Eh, besok kau ada waktu, tidak?" tanyanya tersenyum sangat manis.

"Tidak. Memang ada apa?" tanya Icha balik dengan kening yang berkerut. Radit terlihat salah tingkah dan menggaruk kepala belakang yang sama sekali tidak gatal.

"Kau mau menemaniku ke suatu tempat besok sepulang sekolah, tidak?" Terlihat jelas rasa antusias setelah Radit menyelesaikan maksudnya dengan mata yang berbinar ia menanti jawaban Icha.

"Tapi, di mana?"

"Hanya membeli beberapa alat musik untuk festival tahunan nanti," kata Radit penuh harap Icha mau menemaninya.

"Baiklah, jam berapa?" tanya Icha.

"Ini," kata Radit setelah memasukkan nomor ponselnya  pada benda tipis milik Icha.

Bingung sudah pasti. Mengapa tiba-tiba memberikan nomor ponselnya? Padahal mereka bicara saja jarang dan sekarang bersikap akrab dan anehnya lagi ia menyetujui ajakan Radit. Benar-benar Icha gadis polos dan lugu tidak menimbang dahulu sebelum memutuskan sesuatu. Tapi yang ia pikirkan toh hanya menemaninya bukan karena niat buruk.

...

Pagi menyambut dan si gadis polos itu sudah siap berangkat sekolah. Senyum manis terpatri diwajah menandakan ia sangat senang sekali.

Jarak yang lumayan jauh ke sekolah membuat ia berangkat awal. Musik yang diputar melalui earphone membuat kepalanya ikut bergerak kanan kiri. Sesekali ia bersiul dan menirukan ucapan penyanyi yang didengarnya. Akan tetapi tiba-tiba saja ia menghentikan mobil dengan pandangan yang difokuskan pada sosok lelaki yang berdiri di seberang jalan. Sepertinya ia mengenal lelaki itu, tampak seperti Radit? Ah, tapi ia tidak yakin sepenuhnya. Karena lelaki itu bersama dengan seorang gadis yang digandengnya dan masuk ke toko buku.

Tanpa menghiraukan lagi Icha segera melajukan mobilnya dan lagi sebuah motor besar berwarna merah melaju dengan cepat menyelinap dicela mobilnya membuat ia berhenti mendadak. Sebetulnya ia kesal dan ingin rasanya menabrak saja pengendara motor itu.

"Hudff! Untung tidak bertabrakan," gumam Icha memukul stir mobil. Tapi atensinya lagi menangkap sosok lelaki yang ia lihat dipinggir jalan beberapa menit lalu. Dengan penuh minat Icha segera menyusul pengendara motor itu yang diyakininya Radit kekasih sahabatnya.

"Ah, kehilangan jejak lagi!" geram Icha kini memutar arah mobil menuju sekolah.

Menit berlalu dan akhirnya ia sampai di sekolah. Salsa yang juga baru sampai langsung berteriak menyapa Icha.

"Cha! Sini aku mau bicara," panggilnya antusias berbeda dengan kemarin yang sangat kusam.

"Ada apa, Sal?"

"Kau tahu kemarin aku dan Radit jalan-jalan ke taman dekat rumahmu? Uhh aku sangat senang sekali. Romantis," oceh Salsa sepanjang jalan.

Icha ingin mengatakan yang dilihatnya tadi akhirnya tidak jadi karena tidak ingin merusak suasana hati sahabatnya yang sedang bahagia. Ia hanya ikut tersenyum, akan tetapi dipikirannya terus tertuju pada lelaki pengendara motor tadi.

"Apa itu, Radit atau bukan ya?" batin Icha bertanya.


Wkwkwk udah sampe sini aja ya😁 kalo minat baca kelanjutannya jangan lupa vote dan komentar 🤭

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fake Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang