2

1.1K 220 13
                                    

As Rainbow 2

Ruangan yang sangat sempurna. Bahkan lebih luas dari butik miliknya yang terbakar itu. Satu set meja kantor yang dipernis sedemikian rupa, berhias kata kata penguasa 'CEO Uchiha group'. Tak lupa sebuah kamar pribadi dengan kamar mandi yang mewah. Belum lagi satu set sofa berwarna putih yang melingkar di tengah ruangan. Waw...ini lebih mirip apartemen daripada sebuah kantor.

"Jadi apa mau mu sekarang." Pria itu duduk bersandar di sofa. Dasinya merenggang ke bawah. Apa dia sudah lelah menghadapi gadis di depannya? Ayolah ini belum satu jam sejak mereka bertemu.

"Sudah kukatakan. Aku mau tempat tinggal dan uang."

"Kenapa tiba-tiba?" Bukan Uchiha namanya kalau tidak menanyakan hal apapun secara detail. Oke, Sakura bertekad akan meladeninya kali ini.

"Tempat tinggal dan butikku terbakar habis." Sakura menghela nafas. Sedangkan pria di depannya melebarkan matanya sedetik, yah..hanya sedetik.

"Jangan khawatir. Tenang saja, aku berniat meminjamnya darimu. Beri aku tempat tinggal sampai aku membeli yang baru." Itulah jalan akhirnya. Pria itu mana mungkin akan memberinya fasilitas secara cuma-cuma.

"Kau sedang mengemis sekarang?" Tanya Sasuke meremehkan.

"Jaga bicaramu, Sasuke."

"Lalu apa bedanya?" Sebuah seringai tercetak jelas di bibirnya yang selalu saja membuat para wanita porak poranda. Yah seperti itulah, pria itu memiliki paras yang sempurna sebagai seorang pria.

"Apa kau tuli?" Sakura menyilangkan tangannya di depan dada. Ah, pakaiannya saat ini begitu lengket. Ia tak nyaman memakainya. "Aku hanya akan meminjam!"

"Aa begitu?" Pria bernama Uchiha Sasuke itu menganggukkan kepalanya pelan. "Ini pertemuan kita yang ke empat. Tapi aku sudah tau watakmu yang sebenarnya. Sungguh di luar dugaan."

"Apa maksudmu Uchiha?" Sakura memicing tajam.

"Kenapa tidak dari awal saja kau meminta harta dariku? Kenapa kau malah setuju dengan perjodohan konyol ini?"

"Kau sudah tau alasanku. Kenapa bertanya terus? Aku bosan mendengarnya, Tuan." Kata Sakura malas. Ayolah dia sedang tak ingin membahas masa lalu yang ia sesali itu.

"Kau?!" Sasuke mengepalkan kedua tangannya.

"Lagipula tak ada bedanya menikah denganmu atau tidak. Hidupku sama saja."

Sasuke berdiri. Hendak melakukan apa saja demi membungkam mulut gadis itu. Untunglah pintu ruangan terbuka menampilkan Suigetsu, asisten Sasuke.

"Aa Maaf Tuan." kata pria itu seranya membungkuk.

"Katakan ada apa." Kata Sasuke tanpa menatap sang asisten. Matanya masih beradu tajam dengan gadis angkuh di depannya.

"Meeting akan dilakukan sepuluh menit lagi."

"Undur lima belas menit. Aku masih ada urusan dengannya." Kata Sasuke dengan penuh penekanan.

"Baik Tuan." Suigetsu membungkuk hormat. Matanya sempat bertemu dengan Sakura. Ia tersenyum singkat dan di balas oleh gadis itu.

Kembali dengan mereka berdua di ruangan itu. Air muka Sasuke berubah tak ramah, bukan, lebih tepatnya lebih tidak ramah. Karena sejak awal ia sudah bersikap seperti itu.

"Jadi--kau masih beranggapan hidupmu tak berubah?" Sasuke benci suasana saat ini. Saat ia harus mengeluarkan tenaganya untuk banyak bicara demi hal yang tak berguna.

"Memang apa yang berubah?" Sakura tersenyum samar. Menertawakan kalimat yang ia ucapkan barusan. Bahkan ia sudah memprediksi apa yang akan diucapkan Uchiha itu setelahnya.

As Rainbow (PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang