Fokus!

37 7 1
                                    

Niat Kayanna untuk mengambil kue, urung, demi melihat keributan apa yang diperbuat oleh Junior di lantai atas.

" Ada apa, Junior? Kamu kenapa?" Tanya Meyriska setelah melihat Junior yang terduduk di lantai dekat tangga.

" Jatuh, Ma." Jawab Junior singkat. Wajahnya terlihat meringis kesakitan. Namun ia cepat-cepat mengubah mimik wajahnya. Tidak mau sedikitpun terlihat kesakitan.

" Kenapa, Jun? Hati-hati jatuh." Celetuk Kayanna.

" Gue udah jatuh, bego."

" Sini, gue bantu." Kayanna mengulurkan tangannya. Berniat membantu Junior yang masih mengurut pergelangan kakinya.

Junior menepis tangan Kayanna pelan.

" Gak usah."

" Jun, kamu lagi sakit masih aja keras kepala. Sini, Mama bantu."

Junior berdiri dengan bantuan Meyriska. Ia seperti anak kecil saja kalau seperti itu. Dengan wajahnya yang cemberut, ia seperti habis berlarian lalu jatuh dan merengek.

" Sakit, Jun?" Tanya Kayanna. Ia prihatin melihat Junior yang kini tengah duduk di atas sofa panjang.

" Iya."

" Mau gue urut?"

" Gak usah. Nanti makin parah kaki gue."

" Oh, yaudah kalau gak mau sembuh."

Junior memutar bola matanya malas.

" Mending lo pulang."

Kayanna memelotot, " Lo ngusir gue?"

" Lah, lo kan emang udah janji mau langsung pulang. Lo udah kasih hadiahnya kan?"

" Eh, iya. Iya-iya gue pulang."

Kayanna segera meraih tas ranselnya, dan beranjak menemui Meyriska-hendak pamit.

Meyriska datang dari arah dapur. Di tangannya, terdapat sebuah handuk kecil dan es batu yang agak besar. " Mau kemana, Kay?" Tanyanya.

" Ehm, mau pulang, Tante."

" Kenapa buru-buru? Bantu Tante kompres kaki Junior ya,"

" Eh, gak-"

" Kay, tolong ambilkan bantal kecil di kursi." Perintah Meyriska tidak membiarkan Kayanna menyelesaikan kalimatnya.

" Tapi, Tante, Kay harus pulang. Lihat, anak Tante udah kesel lihat Kay disini."

Meyriska melirik putranya. " Ah, Junior emang gitu. Mukanya aja yang sok galak. Tapi hatinya baik kok. Dia pasti seneng ada kamu disini, nanti sekalian bantuin Tante bikin kue ya."

Kayanna menengadah. Betapa baiknya Mama Junior ini. Ia tidak bisa berbuat apa-apa kalau begini. Apa boleh buat, ia harus tetap disana sampai Tante Mey membolehkan Kayanna pulang. Tidak peduli dengan tatapan tajam Junior yang mengarah kepada dirinya.

Meyriska mengambil posisi duduk di sebelah Junior. Tangannya gesit menaruh bantal kecil dibawah kaki putranya.

" Kenapa bisa jatuh sih?"

" Lantainya licin, Ma." Jawab Junior.

" Makannya, hati-hati kalau jalan." Tangannya sibuk mengompres kaki Junior yang membengkak.

" Kay, bisa kompres kaki Junior?" Tanya Meyriska.

Tentu saja gadis itu tidak akan menyanggupinya. Dengan cepat ia mengangguk. " Bisa, Tante."

" Yasudah, sini duduk disebelah Junior. Tante mau nyiapin bahan-bahan buat bikin kue." Meyriska menepuk-nepuk sofa yang sempat didudukinya.

" Tahan ya, Jun." Kayanna meletakkan es batu di pergelangan kaki Junior dengan perlahan.

Verruckte LiebeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang