✻ ✻ ✻ ✻ ✻ ✻ ✻Cerita Saya dan Samudra dimulai di bawah langit Surabaya yang kali ini diselimuti langit mendung.
Diantara berbagai macam pilihan kedai kopi kekinian di sepanjang jalan Kertajaya, tanpa sengaja saya bisa bertemu Samudra disini. Di kedai kopi yang tidak terlalu besar dan lebih sepi dibanding kedai lainnya.
Penampilannya hari itu sama saja seperti hari-hari lainnya. Tetap rapi, dengan kemeja lengan panjang hitam yang lengannya selalu terkancing rapi, tidak pernah dia gulung.
Pemandangan Samudra yang duduk dengan latar belakang ornamen putih yang menghiasi kedai ini terasa aneh. Samudra yang saya tau lebih memilih warkop pinggir jalan untuk sekedar menikmati segelas kopi.
Bayangan diri Saya yang terpantul dari kaca dibalik punggung barista kedai ini juga terasa aneh, bagi saya sendiri. Seorang Aiko tidak akan pernah repot-repot memarkirkan mobil di jalanan kertajaya yang ramai ini dan jelas-jelas ada tanda dilarang parkir. Ditambah lagi langit Surabaya yang mendung harusnya lebih mendukung alasan Saya untuk segera pulang dan menenggelamkan diri dibalik selimut.
Tapi hari ini pengecualian, tiba-tiba Saya ingin menikmati segelas es susu regal sambil menanti rintik hujan datang dibalik jendela kaca kedai ini. Lucu, saya pikir. Bagaimana efek akan datang bulan bisa membuat saya seperti ini. Tapi tidak heran juga, bagaimana tamu bulanan ini selalu identik dengan sesuatu yang manis dan sendu.
Sambil tenggelam dalam pikiran, saya melihat pantulan diri Samudra, masih dari kaca dibalik punggung barista kedai kecil ini. Fokus Samudra terarah sepenuhnya pada layar hp-nya yang terarah horizontal.
"Oh sedang main game", tipikal Samudra sekali. Batin saya.
Seorang Samudra yang saya tau dan ada dalam gambaran saya memang seperti yang terlihat dari pantulan kaca disebrang sana.
Sederhana, terlihat mudah dibaca, namun tidak ada orang yang benar-benar mengerti sosok seorang Samudra.
Samudra yang sederhana, entah dari penampilan sehari-harinya, caranya menyelesaikan suatu masalah, intinya Samudra adalah definisi dari seseorang yang males ribet.
Samudra yang terlihat mudah dibaca. Perasaannya yang selalu tergambar jelas oleh garis-garis wajahnya. Samudra yang marah, Samudra yang bahagia, Samudra yang bosan, Samudra yang bingung. Semua tergambar diwajahnya.
Dan yang terakhir, tidak ada yang benar-benar mengerti tentang Samudra. Contoh saja momen ini, momen seorang Samudra duduk sendirian di pojok kedai kopi kecil. Bagi teman-temannya ini pasti momen yang aneh, mengapa seorang Samudra yang jarang bahkan tidak pernah terlihat sendiri di area kampus, menghabiskan sore harinya disini sendiri, sedangkan teman-temannya pasti dengan sukarela meluangkan waktu untuknya.
Hari itu, untuk Saya hanya ada tiga bagian diri Samudra yang saya tau. Namun, diantara suara samar Kunto Aji yang keluar dari speaker di pojok ruangan dan suara mesin kopi yang beradu dengan suara tawa kedua barista dibalik meja cashier. Diam yang tercipta antara Saya dan Samudra adalah awal bagi saya menciptkan sebuah lembaran baru untuk sisi dari Samudra yang pelan-pelan akan muncul diperjalanan kami.
✻✻✻✻✻✻✻✻
Samudra Banyuaksara, 21 tahun.
Mahasiswa Tingkat akhir di salah satu PTN Surabaya. Jurusan Teknik Perkapalan.
☓
(You)
Aiko Saraswati, 20 tahun. Mahasiswa.
KAMU SEDANG MEMBACA
「 The Silent Between Us • Sungjin 」
FanfictionLembaran cerita ini berisi tentang kisah Saya dan Samudra. Tentang Saya dan Samudra, sebelum Saya berani mengganti Subjek kalimat yang akan saya tulis menjadi 'kami'. Tentang diam yang akhirnya tidak lagi menyelimuti pertemuan kami dan tawa yang...