Part ini akan lebih banyak bercerita tentang Aiko. Untuk Samudra belum banyak muncul hehe.
Please enjoy, I had a hard time to develop this story cause the first chaps I wrote it spontaneously.-----
Diam yang ada diantara Saya dan Samudra hari itu, tidak membawa cerita ini berjalan jauh. Hanya ada senyum singkat, saat mata Saya tidak sengaja bertemu dengan kedua manik mata Samudra yang lebar, bertolak belakang dengan milik Saya.
Sebenarnya hubungan Saya dan Samudra tidak ada yang spesial. Saya mengenal Samudra sebagai Kakak Tingkat di kampus, jurusan dan lingkaran perteman pun juga berbeda. Tapi sosok Samudra yang memberikan sambutan dihari pertama ospek bukanlah sosok yang akan mudah dilupakan bagi para mahasiswa baru. Bahkan saya tidak yakin seorang Samudra mengenali saya sebagai adik tingkatnya atau tidak.
Jadi sore itu, ketika seorang Samudra memutuskan untuk melempar senyum sebelum melangkahkan kaki keluar dan meninggalkan saya menjadi satu-satunya pelanggan. Hal pertama yang saya lakukan adalah membuka riwayat obrolan antara saya dan tasya (satu-satunya teman dekat saya di kampus), dan mengentikkan "Sya, dunia harus tau mas samudra senyum ke aku"
✻✻✻✻✻✻
Bagi saya cara menghabiskan malam minggu hanya ada dua. Pertama dengan menonton habis drama-drama yang sempat saya anggurkan selama jadwal kuliah atau pilihan kedua adalah pergi keluar bersama teman-teman untuk sekedar "update kehidupan".
Kali ini malam minggu saya dihabiskan dengan pilihan yang kedua. Saya dan teman-teman butuh "update kehidupan". Sebuah sesi obrolan yang wajib dilakukan setiap kami bertemu. Maklum, setelah lulus SMA intesitas bertemu kami semakin berkurang, walaupun berada di kampus yang sama tapi kami bukan tipe yang suka bertukar obrolan lewat chat, jadi meluangkan waktu seperti ini memang sebuah kebutuhan.
Jam menunjukkan pukul 21.00 WIB. Sesi "update kehidupan" terpaksa kami akhiri dulu karena WA saya sudah dibombardir dengan pesan untuk segera pulang. Sambil menunggu antrian untuk keluar dari tempat parkir TP yang selalu ramai. Saya mengingat obrolan kecil kami saat sesi percintaan dimulai, tentang sebuah aplikasi online dating yang memang sudah tidak asing ditelinga.
"downloaden aja. Nggak ada ruginya. Dinar aja bisa dapet cowok"
"Ya tapi kan-"
"Nggak tapi-tapi, kamu tiap ketemu pasti nangis-nangis bilang kesepian. Giliran ada yang deketin lari, sekarang nggak ada yang deketin bingung"
Sambil bolak balik memperhatikan layar hp yang menunjukkan aplikasi berlogo api putih dengan latar belakang merah muda dan jalanan didepan, dalam hitungan menit profile saya dengan foto seadanya pun jadi.
Swipe left
Swipe left
Swipe leftProfile laki-laki dengan nama dan wajah yang asing bagi saya bergantian memenuhi layar hp. Kalau boleh jujur, ide mencari kenalan baru lewat aplikasi ini bukan ide favorit saya. Terkesan jahat sekali menilai orang melalui foto-foto mereka dan saya merasa tidak pantas untuk memilih.
"Tenang, it's not that deep", batin saya sambil meletakkan hp di kursi penumpang yang kosong. Kegiatan olahraga jari ini nanti kita lanjutkan di rumah. Sekarang waktunya menikmati jalanan Surabaya yang sepi sambil memikirkan kehidupan percintaan saya yang tidak pernah lupa untuk dibahas saat "update kehidupan" dan kesimpulannya akan selalu sama, saya terlalu ribet.
Bagi saya percintaan adalah hal yang rumit tapi bukan berarti saya benar-benar menghindarinya. Saya masih membuka diri untuk bertemu orang-orang baru, kadang juga ada yang singgah tapi tidak bertahan lama.
Oh iya, jika kalian menebak kisah Saya dan Samudra dimulai dengan aplikasi ini, kalian memang benar. Kisah Saya dan Samudra benar-benar akan dimulai saat saya memutuskan untuk me-swipe right profile bernamakan Samudra Banyuaksara.
✻✻✻✻✻✻✻✻
KAMU SEDANG MEMBACA
「 The Silent Between Us • Sungjin 」
FanficLembaran cerita ini berisi tentang kisah Saya dan Samudra. Tentang Saya dan Samudra, sebelum Saya berani mengganti Subjek kalimat yang akan saya tulis menjadi 'kami'. Tentang diam yang akhirnya tidak lagi menyelimuti pertemuan kami dan tawa yang...